{34}

654 30 0
                                    

"Ning beneran yang mau masak? Gak usah deh ning kita aja yang masak gudegnya,"ucap Qila saat Zira tengah bersiap untuk mengolah bahan-bahan yang ada di hadapannya.

"Gak papa biar saya aja yang masak. Kalian bantu motong nangkanya saja," Qila dan teman-temannya manut. Mereka mulai mengerjakan apa yang di titah oleh Zira.

Zira tersenyum melihatnya, saat Qila dan teman-temannya memotong nangka Zira akan menyiapkan bumbu-bumbu yang di butuhkan juga menyiapan air untuk merebus nangka.

"Nanti kalau nangkanya udah selesai di potong masukin kesini aja ya," ucap Zira pada Qila dan teman-temannya sembari menunjuk panci berisi air yang sedang di panaskan di atas kompor.

"Enggeh ning."

Bukan sebab tiada hujan ataupun tiada angin Zira yang tiba-tiba masak gudeg. Sebetulnya tadi pagi Zira iseng saja menanyakan masakan kesukaan umi pada khadimat yang bekerja di dapur  dan mereka mengatakan bahwa umi menyukai gudeg.

Jadilah selepas pulang kuliah Zira langsung ke pasar mencari bahan-bahan apa saja yang di butuhkan untuk membuat gudeg.

Bisa di bilang mungkin ini adalah misi Zira untuk menaklukan hati sang mertua. Sudah tiga hari ini di tinggal hanya berdua dengan ibu mertua tapi sikap ibu mertuanya masih acuh tak acuh padanya. Apalagi ning Najla selama bebeerapa hari ini selalu berkunjung kesini bahkan menginap di ndalem sehingga Zira semakin sulit mendekati ibu mertuanya. 

Percayalah selama itu pula Zira malah merasa kalau ning Najla memang sengaja mengambil alih perhatian umi untuk dirinya tapi lagi-lagi Zira selalu menepis fikiran itu. Zira tak boleh terlalu berprasangka buruk pada orang apalagi saat mengingat ucapan suaminya kala itu saat Zira juga berprangsaka buruk kepada salah satu temannya di kampus lalu ia bercerita pada suaminya. 

Fiqri saat itu langsung memberikan sebuah nasihat pada Zira. Begini ucapnya kala itu, "Jangan berprasangka buruk terhadap orang lain,sayang kita kan gak tau maksud dia ngelakuin itu untuk apa,"

"Ketahuilah sayang, saat kita memiliki prasangka buruk kepada orang lain itu merupakan akhlak yang tercela dan dilarang oleh agama bahkan di dalam Al-Qur'an Allah berfirman dalam surah al hujurat ayat 12 yang artinya jauhkanlah kalian dari kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa,"

"Tak hanya itu Rasulullah juga bersabda jauhilah prasangka, karena prasangka itu perkataan yang paling dusta. Seorang ulama dari arab saudi yaitu syaikh Abdul Aziz bin Baz juga mengatakan seperti ini, maka yang menjadi kewajiban seorang Muslim, baik lelaki atau perempuan, wajib untuk menjauhi prasangka buruk. Kecuali ada sebab-sebab yang jelas (yang menunjukkan keburukan tersebut). Jika tidak ada, maka wajib meninggalkan prasangka buruk. Tidak boleh berprasangka buruk kepada istri, kepada suami, kepada anak, kepada saudara suami, kepada ayahnya atau kepada saudara Muslim yang lain. Dan wajib berprasangka baik kepada Allah, serta kepada sesama saudara dan saudari semuslim. Kecuali jika ada sebab-sebab yang jelas yang membuktikan tuduhannya. Jika tidak ada, maka hukum asalanya adalah bara'ah (tidak ada tuntutan) dan salamah (tidak memiliki kesalahan)." 

Saat di jelaskan seperti itu oleh sang suami Zira berusaha agar tak lagi menaruh prasangka buruk pada siapapun.

"Semoga umi suka sama gudegnya nanti," harap Zira dalam hati.

_____________

"Shaf, saya minta tolong boleh?,"tanya Zira pada Shafa yang tengah peralatan mencuci peralatan masak yang kotor.

Shafa membilas tangannya lalu berjalan mendekat ke arah Zira, "Enggeh ning, ning mau minta tolong apa ya?,"tanya Shafa sopan.

"Saya mau mandi dulu, kamu tolong jagain ini ya. Nanti kalau emang ini airnya udah kering terus bumbunya udah meresap kamu langsung matiin aja ya terus kamu langsung pindahin ke piring ya,"ucap Zira yang di balas anggukan oleh Shafa, "Enggeh ning."

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang