{23}

857 40 0
                                    

"Enggak ikut sholat magrib di masjid sama ayah?,"tanya Zira saat ia melihat Fiqri yang masih ada di kamar.

Fiqri menggeleng, "Saya udah bilang ayah. Saya mau sholat jamaah bareng sama kamu di rumah,"ucap kak Fiqri.

"Kamu dari mana?,"tanya kak Fiqri.

"Bantu umi masak buat makan nanti malam,"ucap Zira. "Aku ambil wudhu dulu ya,"ucap Zira lalu ia bergegas untuk mengambil air wudhu.

Dua sajadah sudah di bentangkan saat Zira telah selesai mengambil wudhu. Bibirnya membentuk bulan sabit melihat itu apalagi melihat kak Fiqri yang tengah duduk di atas sajadah miliknya.

"Kak,"panggil Zira saat ia telah memakai mukena. Fiqri menoleh, "Sudah?,"tanyanya. Zira menjawab pertanyaan itu dengan anggukan.

"Sini duduk kita tunggu adzan maghrib,"ucap kak Fiqri sembari menepuk sajadah milik Zira, mempersilakan istrinya untuk duduk di sajadah tersebut.

Mereka berdua menunggu adzan maghrib dalam keheningan. Masih sekitar lima menit lagi adzan maghrib akan berkumandang.

Tak ada yang memulai pembicaraan apapun. Mereka sibuk dengan fikiran masing-masing.

Hingga akhirnya adzan berkumandang. Mereka mendengarkan adzan itu dengan khidmat sampai selesai.

Memulai sholat qabliyah lalu di sambung dengan magrib berjamaah. Hati Nazeera tentram saat mendengar kalam illahi yang terlantun dari mulut kak Fiqri.

Ini sudah kali ke dua Nazeera mendengar Fiqri membaca ayat Al-Qur'an selepas akad yang ternyata ia menghadiahkan Nazeera surah ar-rahman.

Lima belas menit berlalu setelah mereka menyelesaikan sholat magrib dan juga dzikir.

Fiqri langsung memutar tubuhnya menghadap Nazeera. Nazeera mencium punggung tangan Fiqri saat laki-laki itu menyodorkan tangan ke hadapannya.

Saat Nazeera ingin menarik tangan dari genggaman Fiqri, Fiqri justru menahannya dan berhasil membuat Nazeera terlonjak kaget saat  Fiqri ikut mencium punggung tangannya dengan cara bolak balik.

Nazeera menatap Fiqri yang ternyata Fiqri pun menatapnya lalu tersenyum begitu tulus pada sang istri tak hanya itu tangan Fiqri kini mengelus kepala Nazeera dengan lembut.

Bunda zira butuh EKG sekarang. Jantung Zira gak aman bunda.

"Zira, terimakasih ya, terimakasih sudah mau menerima saya dalam hidup kamu. Terimakasih sudah mau menerima saya untuk menyempurnakan separuh agamamu,"ucap Fiqri yang begitu tulus masuk ke indra pendengaran Nazeera.

"Zira juga mengucapkan terimakasih kak. Terimakasih telah memilih Zira untuk menjadi pendamping hidup kakak walau bagi Zira ini terlalu mendadak tapi Zira bersyukur banget Allah menjadikan kakak pelengkap hidup untuk Zira,"ucap Zira.

Keduanya saling melempar senyum satu sama lain. Ini adalah awal pembuka hidup yang baru bagi mereka. Tatapan keduanya begitu dalam saat memandang satu sama lain.

"Ana uhibbuki fillah Nazeera Putri Arabella,"ucap Fiqri lalu ia mendaratkan sebuah kecupan di kening sangat istri.

Beneran ini mah jantung Nazeera udah serasa mau lepas dari tempatnya.

"Saya boleh peluk kamu?,"tanya kak Fiqri setelah ia melepas kecupan dari kening Nazeera.

Nazeera mengangguk membolehkan kak Fiqri untuk memeluk dirinya. Tak perlu lama Fiqri langsung membawa tubuh Zira masuk ke dalam pelukannya.

"Zira mohon bimbingannya ya kak. Tegur Zira jika memang Zira nantinya melakukan ke salahan,"ucap Zira dalam pelukan suaminya.

"Insyaallah saya akan membimbingmu. Kita melangkah untuk meraih ridho dan surgaNya bersama ya,"ucap Fiqri yang membuat Zira menganggukan kepala dalam dekapannya.

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang