Mendekati masa tenggang liburan Zira dan Fiqri baru punya waktu luang untuk liburan.
Hampir tiga bulan ini mendapat waktu libur ternyata Fiqri harus menemani abah safari dakwah ke beberapa kota di tambah dengan mengurus acara untuk wisuda santri yang akan di laksanakan beberapa minggu lagi.
Selama hampir tiga bulan itu juga Zira mengisi waktu liburannya di pesantren, ke rumah bunda, atau pergi ke yayasan
“Besok kita Ziarah ke kudus, ya. Maaf baru sekarang bisa ajak kamu pergi di waktu liburan semester ini.”
“Kak Fiqri gak ada yang harus di kerjain lagi kah? Zira gak papa kalau gak liburan,”ucap Zira.
“Untuk acara wisuda mas Yusuf mau bantu nge handle jadi insyaallah aman. Saya udah bilang sama kamu sebelum kita liburan kalau saya mau ajak kamu ke kudus. Jadi gimana? Besok mau ke kudus?”tanya Fiqri.
“Zira ikut kak Fiqri aja gimana baiknya.”
“Besok kita berangkat, ya. InsyaAllah ba'da subuh kita berangkat.” Zira mengangguk.
Hening tercipta hingga terdengar suara notifikasi yang memecah keheningan diantara keduanya.
Zira meraih handphonenya. Raut wajahnya berubah saat melihat notifikasi yang masuk dalam handphonenya.
“Kenapa, Ra?” tanya Fiqri saat melihat perubahan raut wajah Zira.
Zira menyimpan handphonenya lalu menggeleng. “Enggak papa.”
Fiqri menatapnya intens tak puas dengan jawaban sang istri. “Bener gak papa? Gak ada yang kamu sembunyiin sama saya?”tanya Fiqri.
“Enggak kak Fiqri.” Dalam hati Zira hanya melafalkan kata maaf untuk suaminya.
"Kak Fiqri mau ke pesantren hari ini?." Zira bertanya untuk mengalihkan pembicaraan agar tak membahasnya panjang lebar.
"InsyaAllah sore ini mau ke pesantren. Kenapa? Mau ikut?" tanya Fiqri.
Zira mengangguk dengan antusias. "Mau, mau, Zira mau ikut, boleh?."
“Boleh humaira,”ucap Fiqri sembari mengusap lembut kepala Zira.
Zira mengembangkan senyumnya. "Terimakasih kak Fiqri."
•••
"Fiqri? Dari kapan disini? Kok gak bilang mau ke rumah kalau tau mau ke rumah tadi umi gak lama-lama di luarnya, " Umi yang baru masuk ke dalam rumah bersama abah terkaget saat melihat putranya sudah duduk di ruang tamu.
"Belum lama, umi. Umi sama abah dari mana?"tanya Fiqri setelah mencium punggung tangan umi dan abah.
"Ini dari undangan walimah anaknya temen abah."
"Zira, MasyaAllah. Sehat, nduk?" tanya umi. "Alhamdulillah sehat umi." Zira berucap setelah mencium punggung tangan kedua orang tua dari suaminya.
Hubungan yang perlahan mulai membaik membuat hati Zira senang. Sifat umi perlahan mulai berubah terhadap dirinya. Usaha yang ia kerahkan nyatanya perlahan demi perlahan membuahkan hasil. Umi dan abah mulai menerima kehadirannya.
"Mas Yusuf bilang mau kesini, mau badalin kamu ngurus persiapan wisuda katanya,"ucap abah.
"Iya, abah. Fiqri minta tolong mas yusuf untuk gantiin Fiqri sebentar mantau persiapan wisuda."
"Mau kemana emang, Fiq?" Tanya Abah.
"InsyaAllah Fiqri sama Zira akan ke kudus besok untuk Ziarah, bah."
KAMU SEDANG MEMBACA
EMBUN
Teen FictionMentari masih malu-malu memunculkan dirinya. Burung pagi menyambut kedatangan sang mentari dengan siulannya. Embun pagi meninggalkan jejak diantara dedaunan yang ada di muka bumi. Aromanya menguar ciri khas sekali. Udara masih bersih belum terpapar...