"Masih ada jadwal kuliah lagi habis ini?,"tanya Nuha sembari meminum es teh miliknya.
Kedua sahabat itu tengah ada di kantin. Nuha meminta bertemu dengannya setelah Zira selesai kelas.
Zira menggeleng, "Kamu ada jadwal lagi memang?," Nuha mengangguk.
"Satu mapel lagi,"ucapnya.
"Habis ini langsung pulang berarti?,"tanya Nuha. Zira menggeleng, "Nunggu kak Fiqri dulu. Kak Fiqri masih ada jadwal lagi habis ini,"ucap Zira.
"Beda yang udah punya suami mah ya,"ucap Nuha. Zira tersenyum simpul menanggapi ucapan itu.
"Oh iya,zir, kamu di tanyain anak-anak tuh kapan mau main kesana katanya udah lama loh kamu gak kesana nemuin anak-anak,"ucap Nuha.
"Aku juga kangen main sama mereka nanti deh aku coba izin dulu sama kak Fiqri ya buat kesana,"ucap Zira.
"Tapi anak-anak pada sehat semuanya kan?,"tanya Zira. "Alhamdulillah sehat semua cuma dua hari yang lalu Ana kambuh tubuhnya belum stabil sampai sekarang,"ucapnya.
"Ya allah, secepatnya aku kesana insyaallah,"ucap Zira.
Mereka kembali melanjutkan makan dan mengobrol ringan lainnya, "Zira, aku tinggal ya lima menit lagi kelas ku mulai. Gak papa kan di tinggal sendiri?"tanya Nuha setelah ia mengecek jam tangannya.
"Gak papa. Yaudah sana kamu ke kelas nanti telat."
"Aku duluan, assalamu'alaikum," Nuha bangkut dari duduknya sambil membawa buku dan totebagnya.
"Wa'alaikumussalam."
🦩
Hampir satu jam setengah Zira sudah menunggu suaminya. Ia sudah berpindah pindah tempat sedari tadi selepas dari kantin ia pergi ke masjid kampus untuk dhuha lalu pergi ke taman kampus dan kini dirinya berakhir di perpustakaan.
Sebetulnya bisa saja ia langsung pulang tapi ia masih amat sangat canggung di rumah orang tua suaminya apalagi melihat sikap dari mertuanya yang belum menerima keadaan dirinya yang dia sendiri tidak tau apa masalahnya hingga sikap mertuanya seperti itu.
Ia sempat mengirim pesan pada suaminya menanyakan apa kelasnya masih lama atau tidak sekaligus memberi tahu bahwa ia ada di perpustakaan sekarang. Percayalah Zira sudah benar-benar bosan satu setengah jam di kampus tidak ada tujuan seperti ini.
Zira melipat kedua tangannya di atas meja lalu menelungkupkan kepalanya disana. Keputusan dia kali ini ia akan tidur di perpustakaan semoga saja tidak ada penjaga yang tiba-tiba mengusirnya karena tidur di dalam perpustakaan.
Di lain sisi Fiqri baru saja selesai kelas. Dosen yang mengajar pun baru saja keluar dari kelasnya. Fiqri mengambil handphone yang ada di saku celana.
Ia membuka room chat. Ada lima pesan dari istrinya yang berkali-berkali menanyakan apakah kelasnya masih lama atau tidak. Selain itu dalam pesan tersebut pun istrinya memberi tahu letak keberadaannya sekarang.
"Buru-buru banget mau kemana,fiq?,"tanya Alan yang melihat Fiqri begitu terburu-buru ingin keluar dari kelas.
"Istri gue nunggu dari tadi. Gue duluan ya, assalamu'alaikum,"ucap Fiqri lalu keluar dari kelas sambil menyampirkan tas di pundak kirinya.
"Wa'alaikumussalam. Hati-hati,fiq. Salam buat bojo mu,"teriak Alan pada teman karibnya itu.
🦩
KAMU SEDANG MEMBACA
EMBUN
Teen FictionMentari masih malu-malu memunculkan dirinya. Burung pagi menyambut kedatangan sang mentari dengan siulannya. Embun pagi meninggalkan jejak diantara dedaunan yang ada di muka bumi. Aromanya menguar ciri khas sekali. Udara masih bersih belum terpapar...