Seminggu sudah berlalu setelah kepergian Sang Hee, dan Min Hoon masih meratapi hidupnya yang merasa kosong.
Ini mengingatkannya akan kehilangan Ha Jeyin. Bezanya, kerana salah faham, ia sedikit membenci teman wanitanya. Namun dalam waktu yang sama dia masih menyayanginya.Hingga selama kepergian Ha Jeyin, ia merasa terpukul dan hampir bunuh diri.
Lalu bagaimana dia akan menjalani hidupnya dengan normal setelah semua ini?
Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi.
Melihat Jung Hee di sekolah hanya akan membuatnya teringat pada Sang Hee, jadi Min Hoon pun memutuskan berpindah sekolah--kembali ke sekolah lamanya. Disusul juga dengan kedua temannya.
Berkat Sang Hee, trauma masa lalu Min Hoon tidak lagi menyerangnya. Jadi ia sudah kembali seperti semula, bergaul dengan teman-teman lamanya dan tidak lagi merasa takut dengan perempuan.
Meski begitu, sosoknya yang dulu seolah sudah terkubur dalam berkat patah hati. Ia lebih banyak menyendiri dan tiada siapa yang berani dekat dengannya. Mana tidak, wajah Min Hoon selalu lesu.
Ada masanya Min Hoon merasa tidak tahan dan berniat mengejar Sang Hee ke Singapura tapi Dae Ho menghalangnya. Mengatakan yang ianya hanya akan memburukkan keadaan.
Sang Hee sudah meninggalkannya, untuk alasan apa lagi ia mengejarnya?
Min Hoon frustasi.
Hidupnya seolah tidak lagi bermakna. Hari-harinya hanya dipenuhi kenangannya bersama Sang Hee, setiap moment dan setiap masa. Dimana-mana, dia akan selalu terbayangkan wajah Sang Hee.
"Tengah memikirkan sesuatu?" Dae Ho ikut duduk disamping Min Hoon lalu menyodorkan minuman pada lelaki itu.
Min Hoon langsung menerima pemberian Dae Ho, ia bahkan tidak sadar air itu isinya tidak full karena Dae Ho sempat meminumnya juga tadi.
Melihat Min Hoon tidak mengatakan apapun,Dae Ho mengikut arah tatapan sepupunya itu yang mengarah ke langit. Sudah 2 jam Min Hoon melamun di balkoni apartment dan ia sudah berada di sana sejak kemarin, turut bersimpati.
"Dae Ho, pernahkah kau kehilangan
sosok yang kau sayang?" Tanya Min Hoon
tiba-tiba."Yah jika kau lupa dia kini sudah bahagia bersama cinta hatinya. Kenapa?"
"Bagaimana rasanya?"
Dae Ho terdiam sesaat.
"Jika kau tanya bagaimana rasanya tentu saja itu menyakitkan, dan yang dapat menyembuhkan rasa sakit ini hanya waktu. Waktu yang terus berjalan memaksaku untuk perlahan merelakannya pergi." Min Hoon tertegun dengan ucapan Dae Ho.
"Tapi itu tidak berlaku untukku ya."
"Setiap orang berbeza Min Hoon. Mungkin
bagimu waktu saja tidak akan cukup untuk merelakan rasa kehilangan itu.""Kau benar." Min Hoon menatap langit diatas sana, tiba-tiba saja langit menjadi mendung dan perlahan gerimis pun datang. Cuaca hari ini sangat menggambarkan suasana hatinya sekarang.
"Aku rasa hanya satu hal yang bisa
membuatmu merelakannya."Min Hoon kembali menoleh kearah Dae Ho. "Apa?"
"Kau harus menemukan sosok berharga yang lain untuk perlahan melupakannya." Min Hoon tidak yakin dapat melakukannya. Sosok itu telah mengisi ruang di hatinya sejak lama. Jika tidak, perasaan itu tidak akan bertahan selama ini bukan?
"Aku rasa itu sulit. "
Min Hoon bangkit dari posisi duduknya lalu berjalan menjauhi Dae Ho. Ia menengadahkan tangannya untuk menampung tetesan air hujan yang perlahan menjadi hujan deras, mengantikan air matanya.
YOU ARE READING
𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【𝐌𝐢𝐧 𝐇𝐨𝐨𝐧】✔️
Short Story1 CERITA, 5 ENDING *** "Itu dia! Kejar!" "Berhenti mengejarku keparat!" Pada awalnya Sang Hee berniat mengantikan adik lelaki kembarnya untuk menolak cinta dari seorang lelaki yang terobsesi dengan adiknya, Jung Hee. Sang Hee berfikir tidak akan ses...