TAMPAR

109 17 6
                                    

Happy Reading 🤍

Jangan lupa vote and comment!!

Maafkan typo.












Ini adalah hari pertama Jihyo menjalani masa skors. Gadis itu mengisi waktu kosong itu dengan mengerjakan tugas, belajar dan mengurus organisasi yang masih ia pimpin sampai saat ini. Sebenarnya ia merasa tidak layak di posisi ini setelah apa yang sudah ia perbuat hingga harus mendapatkan skors seperti ini. Namun, Jihyo tidak bisa menolak ketika Pembimbing Lee memintanya tetap bertahan sampai masa jabatannya yang akan berakhir tidak lama lagi.



Tok... Tok.... Tok......




"Jihyo-ahh?"



Panggilan hangat itu membuat Jihyo menoleh ke arah pintu kamarnya yang sengaja ia buka sejak ia duduk di meja belajar. Jihyo tersenyum pada sosok pria bersetelan jas rapi juga berkacamata itu.




"Appa? Belum berangkat kerja?"




"Sebentar lagi. Boleh Appa masuk?"




"Ne, silahkan." Jihyo melepaskan kacamata yang biasa ia gunakan ketika belajar atau menatap layar laptop. Ia memutar kursinya ke belakang dan mendekat, melihat sang ayah yang duduk di sisi tempat tidurnya.




"Kau tidak sekolah?" Tanya Hyoyeon.





Park Hyoyeon, pengacara terkemuka yang kesuksesannya tidak perlu diragukan lagi. Beliau sangat cerdas, cekatan dan pandai di berbagai bidang. Ia bahkan memiliki beberapa perusahaan terkenal dan berpengaruh di Seoul. Keberhasilan yang ia milki sekarang tidak lepas dari dukungan mendiang istrinya juga putri kesayangannya, Park Jihyo.




"Maaf bila membuatmu kecewa, aku....." Jihyo menggantungkan kalimatnya, ia ragu untuk bicara yang sejujurnya pada ayahnya ini, "aku sedang di skors." Ia mengaku. Hyoyeon tertawa mendengar pernyataan putrinya itu.





“Kenapa Appa harus kecewa? Appa tahu itu kemauanmu. Setelah semuanya mengetahui identitasmu, mereka tidak berani memberikanmu hukuman. Kau yang menginginkan itu dan Appa sangat bangga padamu." Jihyo memandangi kedua tangannya yang digenggam oleh ayahnya. Hangat dan nyaman.





"Kau membuat Appa merasa berhasil mendidikmu. Gomawooyo Jihyo." Hyoyeon tersenyum bangga.




"Eomma juga pasti sangat bangga padamu." Ujar Hyoyeon menoleh menatap bingkai foto istrinya yang selalu terletak di bawah lampu tidur milik Jihyo.





"Aku merasa bersalah karena sudah membuat keributan, aku takut Appa dan Eomma sedih karenaku." Ujar Jihyo pelan.




Hyoyeon menggeleng pelan. Ia selalu tau, putrinya itu selalu menginginkan yang terbaik untuk dirinya dan mendiang istrinya.





“Kau selalu membuat kami bahagia,
arrachi?" Jihyo menatap ayahnya lekat. Ia benar-benar takut membuat ayahnya bersedih. Hyoyeon mengusap bahu Jihyo lembut.





"Tapi Appa bingung, apa yang membuatmu marah sampai memukul anak itu? Appa tahu pasti ada sesuatu yang tidak beres kan?"





"Dia merendahkan seseorang. Kata-katanya sangat tidak layak untuk diucapkan kepada seorang wanita dan ucapannya telah menyakiti wanita itu bahkan jika semua wanita yang menerima ucapan itu akan merasakan hal yang sama, Appa. Aku tidak suka melihat wanita direndahkan." Jelas Jihyo terbuka.





Hyoyeon mengangguk paham. Lihatlah, Hyoyeon masih sering terkejut mendengar pemikiran putrinya ini. Bagi Hyoyeon, Jihyo sangat luar biasa.





My Cooldest Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang