PARK JIHYO

172 26 1
                                    

Happy Reading 🤍

Jangan lupa vote and comment

Maaf kalau ada typo.










Kantin Nature High School saat ini dipenuhi oleh murid yang sedang dilanda kelaparan masal. Waktu istirahat tiba, Irene dan Jennie mendesah kecewa karena terlambat datang ke kantin. Alhasil mereka harus mengantri.



Irene mengeluh sembari menyeka keringat yang mulai bercucuran di keningnya karena harus berdesakkan dengan murid yang lain. Wajar saja, dulu di sekolah Irene yang lama, suasana kantinnya tak seperti ini. Irene dapat kartu khusus yang diberikan Jun-Myeon. Kartu tersebut tidak bisa dimiliki oleh murid biasa. Irene beruntung. la bisa menggunakan kartu itu masuk ke kantin VVIP dan memakan apapun yang ia mau. Nuansa kantin itu seperti restoran mewah, bergengsi. Makanannya pun berbeda dengan kantin umum. Banyak petinggi sekolah yang menyantap makanan di sana. Dan hanya 5 dari 2000 murid yang bisa mengakses tempat itu dengan kartu khusus. Irene bisa makan dengan nyaman tanpa harus berdesakan seperti sekarang. Tubuhnya yang mungil daripada murid lainnya membuat Irene kesusahan.



"Astaga, aku menyesal." Nafas Irene ngos-ngosan. la menyerah, lalu keluar dari kerumunan untuk membeli ramyeon. Irene memandang Jennie kagum karena masih bertahan disana, memperjuangkan ramyeon.



"Jennie! Aku menunggumu di meja. Titipkan ramyeonku, aku tidak sanggup lagi. Huh....." Irene berteriak sekuat mungkin. Mengibaskan rambut panjangnya ke belakang, Irene bergerak mencari tempat duduk. Mata indahnya itu memincing tajam mengitari setiap sudut kantin dan berakhir berbinar ketika menemukan sebuah meja yang baru saja ditinggalkan oleh murid. Irene sontak segera berlari ke sana. Berdecak senang di dalam hati karena akhirnya ia bisa duduk dengan tenang.



"Kenyamanan memang selalu berpihak pada seorang Bae Irene." Gumam Irene yang akan menduduki kursi itu.



"Yaaa! Singkirkan bokongmu!!" Suara intimidasi itu menghentikan Irene.



"Kau tuli?!!" Orang itu melotot kesal kala Jennie tetap duduk di bangku itu.



"Ada urusan apa ya? Kalian mau duduk juga? Yaudah tinggal duduk aja kan? Jangan ribet deh." Cetus Irene sambil mengikat rambutnya.



Gadis pemilik mata monoloid dan berponi itu mendekati Irene, melayangkan tatapan tajamnya. Irene tidak takut, ia justru tersenyum manis pada seseorang yang berdiri diam disana. Ekspresinya datar, tak ada senyum sama sekali.



Brak!



Gebrakan mejanya membuat Irene terlonjak kaget juga sebagian murid yang tengah menyantap makanan. Kantin mendadak diam dan hening. Meski kesal karena terkejut, Irene berusaha menahannya.



Irene melirik sekelilingnya. Semua orang memperhatikan ke arah mejanya. Irene tersenyum miring. Ini menyenangkan. Kemudian, Irene berdiri tanpa ada rasa takut sedikitpun.



Jennie melihat Irene dari jauh. Ia tak habis pikir dengan Irene. Gadis itu selalu membuat masalah dimana pun ia berada. Belum genap satu minggu ia datang, tapi ia sukses menciptakan masalah besar.



Dua orang yang menghampiri Irene adalah ketua osis dan wakilnya. Tak banyak orang berani berurusan dengan mereka. Tapi kali ini Irene terlalu berani.



"Wae? Apa aku salah ngomong? Kalau salah, tolong katakan dimana letak kesalahannya." Ucap Irene melipat tangannya, angkuh sekali. Memperlihatkan senyum miring serta manisnya. Benar-benar tidak ada rasa takut sedikitpun.



My Cooldest Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang