KETUA OSIS

154 21 5
                                    

Happy Reading 🤍

Jangan lupa vote and comment

Maaf kalau ada typo.





"HAHAHA!!" Tawa melengking yang menyakiti telinga Irene berasal Jennie.


Gadis berkulit eksotis itu berdiri diambang pintu toilet. Melihat Irene yang tengah membersihkan toilet hingga berkeringat, rambut lepek dan wajah berminyak adalah kejadian yang langka dan patut ditertawakan.


"Lihatlah, kau seperti ibu-ibu, Irene-aaa. Ah kau juga terlihat seperti sedang hamil tua. Baju itu terlalu besar di tubuhmu. Hahaha....." Jennie semakin mengeraskan tawanya.



Hanya Jennie yang bisa menjatuhkan
image seorang Bae Irene. Harga diri Irene jatuh karena ejekan. Sedikit kesal, Irene menyiramkan segayung air ke arah pintu. Rencananya untuk mengusir Jennie berhasil.


"Tutup mulutmu, Irene."



"Bagaimana? Masih mau berbuat masalah dengannya?"


"Asal kau tahu ini tidak seberapa. Park Jihyo itu tidak ada apa-apanya." Ujar Irene tersenyum geli mengingat raut wajah Jihyo yang panik saat di ruangannya.



Irene mencampakan asal gayung dan pel yang ada di tangannya. la menyudahkan hukumannya yang belum selesai. Ada sepuluh toilet yang harus ia bersihkan tetapi Irene baru menyelesaikan satu. Itu juga asal-asalan.


Seorang Bae Irene mana tahu cara membersihkan toilet yang bersih dan wangi? Hari ini, pertama kalinya telapak tangan Irene digunakan untuk bersih-bersih, toilet pula. Semua ini karena si ketua osis itu.


"Kau sudah selesai?" Tanya Jennie bingung melihat Irene berdiri di sebelahnya sembari mengelap keringat dengan punggung tangannya.



"Aku tidak peduli. Kalau kau mau, kau bisa lanjutkan hukumanku." Irene terkekeh kecil.



"Enak aja! Aku nggak mau berurusan sama ketua osis. Aku masih mau hidup aman di sekolah ini." Jennie bergedik ngeri.


"Aku akan kembali ke kelas." Kata Irene. Irene mengambil kedua sisi bawah bajunya, kemudian mengikatnya menjadi menyatu dan simpul hingga menampakkan bagian perutnya yang mulus. Baju yang tadinya kedodoran menjadi lebih modis berkat tangan Irene.


"Hukumanmu belum selesai. Kau bisa dapat masalah, Irene."


"Benar. Itu yang ku inginkan, Jennie. Mencari masalah untuk bertemu lagi dengan si ketua osis itu." Irene menaik-turunkan alisnya.


"Astaga, Irene...." Jennie kehabisan cara untuk menasehati Irene.

"Jangan aneh-aneh kalau kau masih mau aman di sekolah ini. Dan, jangan sampai aku terbawa dalam masalahmu. Aku tidak mau!"


"Tenang saja, okay?" Irene melirik Jennie sekilas. Jemarinya sibuk menyisir rambut yang baru saja ia urai.


"Yaa, kau cari mati?!! Pusarmu kelihatan! Kau benar-benar gila!" Jennie menggeleng pasrah melihat penampilan Irene yang tak wajar bagi siswi yang masih berada di lingkungan sekolah. Setelah yakin dengan penampilannya. Irene melambaikan tangan pada Jennie.


"Bye, Jennie. Sampai jumpa pulang sekolah nanti!" Irene mengedipkan matanya sebelum memutar badannya.


Jennie dan Irene berada di kelas yang berbeda. Mereka akan bertemu ketika jam istirahat. Melihat kelakuan Irene yang suka mencari masalah membuat Jennie merasa beruntung karena tidak berada di kelas yang sama dengan Irene.


My Cooldest Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang