BUKIT

83 11 8
                                    

Happy Reading 🤍

Jangan lupa vote and comment!!

Maafkan typo.















Pagi hari, seperti biasa Tiffany terbangun untuk menyiapkan sarapan pagi untuk putri kesayangannya. Pukul 5 pagi sebelum matahari menampakkan dirinya, Tiffany sudah berkutat di dapur. Memulai harinya dengan meminum segelas air putih, lalu mengenakan celemek masaknya.






Tiffany akan memasakkan nasi goreng kimchi favorit Irene. Tiffany tidak tahu, apakah Irene akan menyentuh masakannya kali ini. Saat ini, Irene hanya makan satu kali sehari. Itu juga hanya beberapa. Tiffany sangat berharap Irene ingin melahap nasi goreng ini.







Selalu terlintas dibenaknya akan cara mengembalikan nama Irene  yang telah terlanjur hancur di publik masyarakat Seoul dan di internet-internet. Mereka semua menganggap Irene adalah pelacur yang dengan mudahnya memberikan tubuhnya pada laki-laki. Pada kenyataanya, Irene hanyalah korban Taeyeon.







Tiffany tidak mendapatkan bukti yang kuat mengenai itu. Pikirannya selalu berputar untuk mendapatkan bukti itu, entah dengan cara apa. Tiffany masih belum leluasa bergerak. Sebab, ia harus memperhatikan keadaan Irene dan berusaha memulihkannya. Untuk sekarang, hanya itulah fokus Irene.





Namun, di belakangnya, rupanya si gadis bermarga Park ini sudah bertindak lebih dulu. Rencananya sedang berjalan. Sudah dibilangkan? Jihyo tidak pernah diam jika itu bersangkutan dengan orang yang ia sayangi.







Tangan Tiffany begitu telaten memotong sayuran yang akan ia masukkan ke dalam kuali berukuran kecil yang sudah terisi oleh nasi dan telur. Senyuman Tiffany merekah. Ia begitu berharap Irene menikmati masakannya dengan lahap kali ini.




Di tengah-tengah kegiatannya, Irene berdiri di sana. Melihat ibunya di dapur sana.







Jennie baru tahu, Tiffany bangun begitu awal. Saat di rumah lama, Tiffany hampir tidak pernah bangun sepagi ini. Waktu dulu, kami punya pembantu yang cukup banyak di rumah. Tiffany hanya akan memasak jika Irene sendiri yang memintanya.







Entah mengapa, kedua mata Irene terasa panas. Dia berkaca. Begitu menyadari kepeduliaan  Irene pada dirinya di saat keduanya sama-sama terpuruk, itu membuat hati Irene hangat. Tiba-tiba Irene merasa bersalah karena telah membuat Tiffany mengkhawatirkannya.






Gadis yang baru saja bangun itu, melangkah mendekat pada ibunya. Dia tidak bersuara. Tetapi, Tiffany merasakan kehadirannya dan segera
menghentikan pisaunya.







"Irene-aaa? Kenapa bangun seawal ini?" Tanya Tiffany, ia segera membasuh tangannya agar dapat mengusap wajah Irene.






"Aku hanya terbangun, mencoba untuk tidur lagi tapi tidak bisa." Gumam Irene.






Tiffany menunjukkan senyumannya lalu membawa Irene ke dekapannya. Tiffany lega karena kali ini Irene membalas pelukannya. Tak lupa Tiffany juga selalu memberikan usapan hangat pada punggung Irene dan hal itu selalu membuat Irene nyaman.






"Tunggu sebentar ya? Eomma sedang memasak nasi goreng kimchi untukmu. Akan siap sebentar lagi." Tiffany mengurai pelukan mereka, beralih mengusap lembut pipi Irene  yang tampak jauh lebih kecil dari sebelum-sebelumnya.






Irene mengangguk, "aku ingin jalan-jalan ke luar. Eomma taruh saja nasinya di atas meja. Setelah aku selesai dari luar, aku akan memakannya."







My Cooldest Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang