PERDEBATAN

91 14 4
                                    

Happy Reading 🙌

Jangan lupa vote and comment

Maafkan kalau ada typo 😉

~


Tiga hari lalu, kondisi Jihyo meningkat sempurna. Gadis itu sudah bertenaga untuk duduk, seperti kembali normal. Hanya saja bagian bahunya harus diperhatikan lebih ekstra. Bekas jahitannya belum sembuh sepenuhnya. Jihyo duduk bersandar pada bantal.

Hari-harinya selalu di dampingi Irene. Mereka mengobrol banyak hal sehingga membuat keduanya semakin dekat. Sedikit demi sedikit Irene tahu kisah hidup Jihyo, makanan yang ia suka, selera film dan masih banyak lagi. Waktu yang berlalu terasa begitu cepat setiap harinya. Rasa bahagia terus menguar didalam dada Irene setiap detiknya.

Gadis berambut coklat itu secara terang-terangan menatap Irene. Dia tidak malu lagi. Irene yang ditatap Jihyo pun mulai terbiasa. Terkadang jantungnya berdetak cepat, terkadang pula ia menggoda kembali hingga Jihyo memalingkan tatapannya.

Saat ini, Irene dan Jihyo sedang menonton variety show lewat televisi besar yang tergantung di depan ranjang Jihyo. Irene asik mengunyah. Tangannya terus memasukkan kepingan makanan ringan berupa keripik kentang ke dalam mulutnya. Sseperti anak kecil, kedua pipinya mengembang karena kepenuhan.

Jihyo meraih gelas yang berisikan air putih untuk Irene. Dia tidak menyuruh Irene memegang gelas ramping itu karena kedua tangan Irene kotor. Jihyo menyodorkan gelasnya agar Irene dapat langsung meminumnya tanpa menyentuh gelas itu. Irene menatap Jihyo setelah minum.

"Gomawoyoo, Browniee." Irene berucap sembari menatap Jihyo.

"Jangan terlalu banyak. Tidak baik untuk tenggorokkanmu, Irene." Jihyo seperti sedang menasehati bocah kecil yang menganggukan kepalanya. Gemas.

Irene menyimpan makanan ringannya. Lagipula dia sudah merasa kenyang.

"Aku cuci tangan sebentar," kata Irene lalu berdiri.

Jihyo terkekeh pelan melihat Irene yang menurut padanya. Padangannya kembali ke televisi. Sekilas gadis itu melirik jam dinding, sudah siang. Taehyung belum datang. Biasanya di jam ini, pria itu sudah muncul disini.

"Apakah dia sedang menyelidiki kasus kecelakaan itu?" batinnya.

Kemarin sore, Taehyung sempat membahas masalah kecelakaan yang sudah mereka selidiki beberapa tahun terakhir. Hari itu Jihyo melihat keraguan dan ketakutan dari mata sepupunya itu. Awalnya, Jihyo ingin mendesak Taehyung untuk mengatakannya tapi ia mengerti. Taehyung pasti punya alasan tersendiri.

Jihyo harus bicara dengan Taehyung setelah pria itu datang.

Irene kembali. Dia baru saja selesai mencuci tangan. Jihyo menghelas nafas.

"Acaranya membosankan. Aku tidak mau menontonnya lagi."

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar? Matahari belum terik. Kau bisa menghirup udara luar sebentar." usul Irene membuat Jihyo tertarik.

"Aku mau." kata Jihyo setuju.

"Sebentar. Aku panggilkan suster untuk membawakan kursi rodamu. Kau tidak boleh jalan sendiri." tegas Irene.

Irene hendak berdiri lagi, tapi tangan Jihyo segera menahannya. "Tunggu dulu, apa maksud mu?"

Jihyo tidak mau Irene mendorongnya. Irene akan lelah jika mendorong tubuhnya sepanjang jalan nanti. Jika begitu, lebih baik dia di kamar saja. Tidak perlu keluar.

"Aku tidak mengizinkan kau untuk berjalan sendiri meski kau telah membaik. Kau harus istirahat setidaknya 3 hari lagi." Irene menatap Jihyo serius.

Ah, sekarang Jihyo tidak tahu harus senang atau sedih dengan kekhawatiran Irene yang berlebihan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Cooldest Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang