LET YOU GO

85 15 7
                                    

Happy Reading 🤍

Jangan lupa vote and comment!!

Maafkan typo.

Akan ku buat galau kalian semua 😁
















Wanita jangkung itu memijat kepalanya lelah. Perginya Irene dengan suara pintu kamar yang dibanting membuat pikirannya berantakan.






Berbeda dengan pria yang masih berdiri dengan segelas minuman di tangannya. la hanya memikirkan nasib pintu kamar apartementnya yang dihantam keras oleh Irene.








Jihyo mengusap wajahnya kesal, dia perlu ketenangan untuk mencerna semua yang terjadi antara dirinya dengan Irene tadi. Sejujurnya, itu tidak mudah untuk Jihyo terima.






Gadis yang ia cintai telah tidur dengan orang lain. Perkataan yang keluar dari mulut Irene begitu serius. Artinya ia tidak berbohong. Jihyo sama sekali tidak merasa jijik pada Irene. Sama sekali tidak.







Dia hanya marah pada dirinya karena
tidak bisa menjaga Irene. Kedua mata Irene memancarkan luka yang sangat dalam hingga Jihyo bisa merasakannya.







Saat melihat Irene terluka, Jihyo sangat marah. Dahulu, ia tidak pernah mengizinkan siapapun melukai Irene-nya. Jihyo teramat suka dengan senyum manis anak kecil berpipi tembam itu. Dia selalu mengusahakan apapun untuk melihat senyum itu setiap harinya.







Jihyo akan murka bila melihat Irene kecil menangis karena permennya direbut paksa oleh anak komplek sebelah atau Irene kecil sengaja ditabrak oleh anak laki-laki yang suka usil pada Irene. Jihyo  kecil tidak akan segan untuk membalas perbuatan mereka.







Melihat keadaan Irene tadi, Jihyo sadar. Banyak kisah yang dilalui oleh Irene sendiri tanpa dirinya, tanpa sepengetahuannya sedikitpun. Cerita dirinya dan Irene pun berakhir saat Irene hilang di suatu pagi dari Melbourne. Pagi itu dan seterusnya, Jihyo tak lagi bertemu dengan sosok anak kecil yang selalu ingin ia lindungi.






Betapa besar rasa ingin memeluk Irene saat ini. Namun, gadis itu malah menghindarinya. Jihyo terduduk lemah diatas sofa. Sepupunya yang tampan itu menghampirinya, menyodorkan minuman kaleng untuknya.








"Minumlah dulu." Ucap Taehyung menyuguhkan minuman. la agak terkejut melihat keadaan Jihyo saat ini. Gadis berambut coklat itu menolak.







"Bukan waktunya untuk minum, Tae. Apa yang harus ku lakukan?" Dia menatap sayu pada pria kepercayaannya itu.







Taehyung turut mendudukkan dirinya di samping Jihyo.
"Biarkan dia tenang dulu, setelah itu coba ajak dia bicara. Tunggu beberapa saat lagi." Ujar Taehyung.








Jihyo menghela napasnya berat. Dia tidak sengaja melihat gitar Taehyung yang terletak di dekat pintu kaca balkon. Lama ia menatap lekat gitar itu hingga membuat Taehyung sadar dan mengikuti pandangannya yang mengarah pada benda itu. Taehyung tersenyum tipis.







"Mainkanlah jika kau ingin. Kau jauh lebih membutuhkan gitar itu daripada minuman ini, Hyo. Kau masih tidak mau orang lain melihatmu main gitar dan bernyanyi kan? Aku akan keluar sebentar untuk cari angin, tenangkanlah dirimu dahulu." Kata Taehyung menepuk pelan bahu sepupunya sebelum berdiri.






Jihyo tak bergeming. Pintu apartement tertutup, Taehyung keluar seperti yang dia katakan demi dirinya. Taehyung sangat memahaminya.







My Cooldest Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang