LALISA

93 17 5
                                    

Happy Reading 🤍

Jangan lupa vote and comment!!

Maafkan typo.








Pagi ini mendadak seluruh tubuh Tiffany lemas seketika. Begitu ia keluar dari kamar mandi dan berniat memeriksa keadaan Irene, ia justru menemukan Irene yang tengah mimisan diatas ranjang.



Tubuhnya berkeringat basah dan menggigil. Dengan kaki yang gemetar takut, Tiffany memangku Irene yang sangat pucat.




"Irene-aaa, sayang.... Lihat Eomma." Tiffany mengusap kening putrinya yang basah oleh keringat dingin. Kulitnya panas sekali.




"Di—dingin sekali....." Ucap Irene pelan dengan matanya yang sayu.




Tiffany meletakkan kepala Irene kebantal lagi. la bergerak mencari ponselnya dengan tangannya yang bergetar panik. Melihat Irene mengigil sungguh membuat ia takut setengah mati. Tiffany kehilangan fokusnya sehingga ia tidak tahu harus menghubungi siapa saat ini.



Dirinya sedang menyembunyikan Irene dari Taeyeon. Tiffany memiliki rencananya sendiri. Setelah ia membawa Irene ke psikolog untuk melakukan terapi, ia baru membawa Irene pulang sekaligus ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan sang suami.




Kejadian bullying membuat Tiffany khawatir akan mentalnya Irene. Dan pagi ini, Tiffany tidak tahu kenapa Irene  bisa seperti ini padahal sebelumnya, ia baik-baik saja.





Jemari Tiffany berhenti kala melihat
kontak Taeyeon, hampir saja ia menekan tombol memanggil. Tiffany menggeleng cepat. Dia tidak boleh menghubungi Taeyon untuk sekarang ini. Tiffany berbalik menatap Irene yang terbaring lemas di sana.





Dua bodyguard yang menjaga di luar kamar penginapan bintang lima itu sedikit tersontak kaget saat pintu dibuka secara tiba-tiba dan kasar oleh Tiffany.  Raut wajah panik serta ketakutan terlihat jelas di wajah wanita berusia 47 tahun itu.





"Bawa Irene ke mobil sekarang juga dan siapkan mobil!" Titah Tiffany penuh kekhawatiran hingga air mata berderai di kedua pipinya.




"Yes, Mam!" Jawab mereka dan segera melakukan tugas masing-masing.




Tiffany membawa Irene ke rumah sakit. Tentunya, dia tidak pergi ke rumah sakit milik Taeyeon dan lebih memilih yang lain demi Irene. Bahkan, Tiffany menyuap banyak agar identitas Irene dan dirinya tidak  diketahui pihak luar terutama Taeyon.





Mobil sedan hitam itu kini berhenti di
sebuah rumah sakit elite di kawasan
bandara yang jauh dari tempat
kekuasaan Taeyon. Irene di dorong ke ruang pemeriksaan oleh beberapa suster. Tiffany menatap wajah Irene yang pucat itu dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan melihat buah hati satu-satunya harus terbaring tak sadarkan diri seperti saat ini.





Meski Tiffany sering membawa Irene menjalani periksa rutin, tetap saja setiap memasuki rumah sakit bersama, Tiffany selalu membuat jantungnya terasa nyeri.





Tiffany pernah hampir putus asa waktu dulu. Saat Irene hampir tidak terselamatkan atas kecelakaan tragis yang menimpanya. Tiffany sangat bersyukur keajaiban terjadi pada Irene waktu itu.





























Istirahat pertama membuat Jihyo tidak beranjak dari lapangan. Pagi ini materi kelasnya adalah bola voli. Meski bell sudah berbunyi, gadis itu masih menetap di pinggir lapangan menatap sebuah kelas junior. Dia sedang menunggu kemunculan Irene.




My Cooldest Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang