HUG

109 13 4
                                    

Happy Reading 🤍

Jangan lupa vote and comment!!

Maafkan typo.












Pagi hari menjelang siang, Irene mengusap matanya karena merasa ada sinar yang menusuk matanya. Perlahan-lahan ia mengumpulkan kesadarannya. Sembari menguap, Irene tak sengaja melirik ke atas kepalanya, dia hampir menjerit.






Rasanya seluruh nyawa Irene yang tadinya masih melayang mendadak berkumpul detik itu juga kala ia melihat dagu ketua osis Nature menumpu di puncak kepalanya dengan mata yang terlelap.






Sejenak Irene menyadari posisinya yang tertidur di dada Jihyo sedangkan sang ketua osis itu bersandar pada headboard ranjang dengan keadaan duduk memeluk tubuh Irene. Tangannya menyatu di punggung Irene.




Gadis kelinci itu kembali mencuri pandangannya ke atas, menatap wajah Jihyo yang terlelap damai. Diam-diam ia tersenyum sambil merasakan debaran jantungnya yang tiba-tiba berdetak cepat sekali.






Irene menelan ludahnya susah payah. Ia sangat berhati-hati, berharap gerakan kecil darinya tidak menganggu tidur sang ketua osis galaknya itu. Berada di pelukannya
sangat membuat Irene tenang. Bahkan Irene sama sekali belum mengingat kejadian semalam yang
menimpanya. Taeyeon yang menyiksanya, Jihyo yang hampir ditembak oleh Taeyeon juga mimpi buruk yang menganggunya semalam, semua itu belum datang menganggu
pikiran Irene karena gadis itu sibuk menikmati betapa nyamannya dekapan Jihyo.





Irene merasa tidak asing dengan rasa nyaman ini. Pelukan kali ini berbeda dengan pelukan yang biasa ia dapatkan dari Tiffany. Sepertinya Irene sudah merasakannya sejak dulu tapi bagaimana mungkin? Irene menghabiskan masa-masa remajanya di rumah dan hanya bermain dengan Jennie saja.







Irene memposisikan kepalanya pada leher Jihyo, mencari posisi ternyaman lalu mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Jihyo. Irene sedikit merasa bersalah karena membiarkan tubuhnya menindih Jihyo  sepanjang malam hingga sekarang. Tapi, mau bagaimana lagi? Irene terlalu nyaman dan tak ingin beranjak.







Menghirup harum parfum yang melekat di tubuh Jihyo serta kehangatan yang ia peroleh dari gadis berambut coklat ini membuat pikiran Irene tenang dan damai.






"Kau sudah bangun? Singkirkan tubuhmu, kau sangat berat." Jihyo telah terjaga dari tidurnya.







"Jangan salahkan tubuhku yang berat, salahkan saja dirimu yang membawaku ke pelukanmu." Balas Irene ketus.





Ya, walaupun terkadang Jihyo bertingkah menyebalkan dengan ucapannya itu tak menjadi masalah
bagi Irene. Sejak mengenal Jihyo, Irene memang telah menilainya sebagai orang yang menyebalkan.






"Jam berapa sekarang?" Tanya Jihyo serius.





Tak mendapat jawaban dari Irene, Jihyo melirik jam dinding yang
bergantung di hadapannya, pukul 10 pagi dan hari ini adalah hari senin yang artinya Jihyo harus berangkat ke sekolah.







"Shit, aku terlambat!" Decak Jihyo kemudian menyingkirkan Irene dengan kedua tangannya ke sisi kasur yang kosong.





"YA PARK JIHYO!"







"Waeee?" Sahut Jihyo sembari mengikat rambutnya terburu-buru.






"Kau mau pergi kemana? Meninggalkanku sendiri di sini? Aku bahkan tidak tahu ini dimana." Kata Irene.






My Cooldest Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang