Happy Reading 🤍
Jangan lupa vote and comment!!
Maafkan typo.
—
Pria yang mengenakan kemeja putih itu langsung berdiri dan menyambar jas cokelatnya begitu menerima panggilan dari Daniel yang mengatakan Jihyo dilarikan ke rumah sakit. Hyoyeon terkejut setengah mati, jantungnya berdegup takut.
Hyoyeon telah menduga, hal ini pasti akan terjadi. Hal ini lah yang ia takutkan jika Jihyo terus mencari bukti kecelakaan yang menimpa ibu dan teman kecilnya. Mereka berbahaya, bukan sembarang orang yang bisa dilawan. Hyoyeon akan merasa sangat bersalah jika gagal menjaga putri semata wayangnya.
Dia memasuki mobilnya, memerintahkan supirnya untuk mengebut menuju ke rumah sakit. Sepanjang jalan Hyoyeon tampak gelisah. Dia tidak menyangka, mereka benar-benar bertindak secepat ini. Dia pikir, belakangan ini Jihyo sering menyibukkan diri dengan belajar untuk menghadapi ujian nasional.
Insiden ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Hyoyeon harus melakukan sesuatu untuk melindungi putrinya yang sedang dalam bahaya. Hyoyeon sama sekali tidak tahu, siapa dibalik penyerangan ini. Oknum mana yang membuat peringatan pada keluarganya. Hyoyeon sama sekali tidak tahu.
Pikirannya sedang tidak bisa diajak kerja sama. Kasus yang menumpuk, sidang yang akan ia lakukan benar-benar menyita waktu dan menguras tenaganya. Hyoyeon melepas kacamatanya, memijit pangkal hidungnya lelah.
Setibanya di rumah sakit, Hyoyeon berlari memasuki lobby dengan ponsel yang menempel di telinganya. Dia menghubungi Daniel untuk tahu dimana lokasi Jihyo saat ini.
Hyoyeon menekan tombol lift untuk naik ke lantai delapan. Di sanalah tempat Jihyo sekarang.
"Daniel, bagaimana kondisi Hyo?" Hyoyeon menghampiri Daniel di sana. Melihat kedatangan ayah dari
Jihyo, Daniel pun berdiri. Raut wajah Hyoyeon terlihat sangat cemas dan khawatir. Bisa dikatakan, untuk pertama kalinya penampilan Hyoyeon berantakan di hadapan Daniel."Masih di dalam, Paman." Daniel menjawab lirih.
Hyoyeon melihat baju seragam Daniel dipenuhi dengan darah yang ia sangat yakin adalah darah Jihyo.
Tubuhnya serasa lemas, tatapannya meredup pada Daniel, "apa yang terjadi?"
Daniel melirik sosok gadis di sebelahnya. Dia bingung harus menjawab apa. Gadis bersurai hitam itu adalah Jennie. Jennie mengangguk, yang artinya meminta Daniel jelaskan yang sebenarnya terjadi di depan gerbang sekolah tadi. Jennie paham, Daniel pasti terluka saat menjelaskannya.
Kediaman Daniel membuat Hyoyeon semakin cemas. Lantas, pria itu melangkah mendekat, lalu menyentuh lembut bahu Daniel. Jennie bisa melihat kedua tangan Daniel mengepal di bawah sana, sedang mengendalikan dirinya.
"Tembak. Tembakan yang entah darimana tertuju pada Hyo." Suara Daniel bergetar.
Separuh nyawa Hyoyeon seperti menghilang sejenak. Nafasnya tercekat. Tembakan? Peringatan itu benar-benar sangat membahayakan putrinya. Hyoyeon bersumpah atas nama istrinya. Dia akan mencari sosok yang mengincar putrinya. Tidak akan ia biarkan putrinya dalam bahaya, ini yang terakhir.
Hyoyeon mengambil ponsel di dalam sakunya. Ia menghubungi Kim Taehyung. Teman dekat Jihyo yang ia percaya selain Daniel. Hyoyeon melangkah menjauh dari Daniel dan juga Jennie.
"Kau sudah menghubungi Yoongi dan lainnya?" Tanya Jennie.
Daniel menggeleng lemah. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain menunggu pintu geser itu terbuka. Kedua tangan Daniel yang terletak di atas pahanya gemetar. Laki-laki itu mengingat darah yang ada di bagian pundak Jihyo mengalir dengan deras.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Cooldest Senior
FanfictionBerawal dari Bae Irene yang harus menyembunyikan diri dari Suho yang berstatus sebagai tunangannya, Bae Irene, siswi sekolah Cube yang pindah ke sekolah Nature karena tak ingin dijodohkan oleh keluarganya. Pertemuannya dengan Park Jihyo di sekolah...