Happy Reading 🤍
Jangan lupa vote and comment!!
Maafkan typo.
—
IRENE POV
Perasaan apa ini? Perasaan yang baru saja kutemui dan begitu sulit dijelaskan saat tangan yang sedikit berisi itu membawaku ke pelukannya. Dia mengusap punggungku lembut, berkali-kali dan cukup lama.
Aku menjadi kaku. Padahal, ini bukan kali pertamanya kami berpelukan. Dagunya yang menumpu di bahu kananku begitu dekat, hingga aku dapat merasakan hembusan nafasnya pada tengkukku.
Kedua tanganku masih ragu untuk membalas pelukan Jihyo. Yang ku lakukan hanyalah memejamkan mata, menikmati kehangatan saat
ini. Kehangatan yang sangat nyaman dan aku tidak tahu kapan lagi waktu mengizinkanku untuk merasakan pelukannya setelah pelukan ini usai."Pelukan sebelum perpisahan, Rene. Aku senang bertemu denganmu lagi di Nature." Ujar Jihyo, masih memelukku.
"Kau benar senang?" Tanyaku tak yakin.
Ku rasakan anggukan kepalanya.
"Tapi kau selalu dingin dan datar setiap kita bersama. Apakah itu memang wajah senangmu?" Kataku terkekeh mengingat dia yang hampir tak pernah ku lihat senyumnya.
"Aku tak bisa mengekspresikan perasaanku. Aku terlalu kaku. Tapi sekarang, aku sedang mencobanya." Katanya.
Aku mulai mengangkat tanganku untuk membalas pelukannya. Sekali lagi, ku pejamkan mataku untuk merasakannya. Tak ingin melewatkan sedetik pun untuk pelukan ini.
Dia mengeratkan pelukannya lagi, mencari posisi yang lebih nyaman di celah leherku.
"Tak bisakah kau tetap tinggal? Rasanya aku belum siap membiarkanmu pergi lagi." Gumamnya.
Aku mengernyit bingung. Apa maksud dari kata lagi? Tadi Jihyo bilang senang bertemu denganku lagi di Nature. Sekarang dia mengatakan belum siap membiarkanku pergi lagi? Lagi? Bukankah Nature adalah tempat pertama aku mengenalnya begitu pun sebaliknya?
"Lagi? Kau mengatakannya seolah kita pernah bertemu sejak dulu. Kita baru saling mengenal sejak aku di Nature kan?" Tanyaku.
Jihyo menguraikan pelukannya. Kedua mata kami saling bertemu. Dari dekat, aku sangat menyukai bola mata miliknya yang teduh, berwarna coklat terang alami. Detik itu juga, dia
tersenyum padaku. Dia benar-benar mengukir senyum indah di bibir
tipisnya membuat pandanganku semakin lekat.Seperti biasa, jantungku berdebar.
Lebih kencang lagi saat Jihyo menyelipkan rambutku ke belakang telingaku. Aku gugup, ku rasa Jihyo mengetahuinya. Aku segera mengalihkan mataku darinya. Sungguh, aku sangat berharap dia tidak menyadari pipiku yang merona sekarang."Mwoyaa? Kenapa pipimu memerah? Kau kepanasan? Padahal ruangan ini dingin." Celetuk Jihyo polos.
"Anii!" Reflek aku mendorongnya menjauh.
"Aku akan bersiap-siap, Eomma bentar lagi akan tiba." Aku pun berbalik pergi ke kamar. Namun harus terhenti karena Jihyo menahanku.
"Hati-hati. Seperti yang ku katakan, hiduplah dengan bahagia, Irene. Aku sangat berharap kau tetap tinggal, tapi aku tahu. Ini semua berat untukmu jadi aku tidak akan memaksamu. Cepatlah kembali, karena aku punya kejutan untukmu. Sekarang, aku pamit untuk pergi lebih dulu. Aku egois karena tidak ingin terlihat menyedihkan saat kau pergi nanti. Sampai jumpa, Bae Irene." Jihyo berlalu pergi. Dia berjalan meninggalkan ruang tengah menuju pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cooldest Senior
Fiksi PenggemarBerawal dari Bae Irene yang harus menyembunyikan diri dari Suho yang berstatus sebagai tunangannya, Bae Irene, siswi sekolah Cube yang pindah ke sekolah Nature karena tak ingin dijodohkan oleh keluarganya. Pertemuannya dengan Park Jihyo di sekolah...