1. Mimpi yang sama

1.8K 250 16
                                    


ORACLE
Lazy_Monkey96

|||


Vote & Komen.


-------------------------------🌹---------------------------


















Angin menerpa menggoyangkan dahan-dahan pohon willow, pada sisi kiri deretan kelopak bunga dandelion beterbangan menampilkan kehangatan yang tak biasa. Sepanjang kedua matanya melihat, itu hanyalah hamparan padang hijau yang sunyi. Hanya ada satu batang besar pohon willow disana serta setumpuk bunga dandelion yang siap bermigrasi melepaskan diri mencari lahan baru sebelum musim berganti.

Tempat yang sama, awal mulanya. Hingga dirinya begitu hapal dan tak lagi panik. Cukup diam dan menikmati semilir angin lalu menghitung waktu. Tumbuhan-tumbuhan itu hidup, mereka berbisik. Menyuruhnya untuk bergerak, menyuruhnya untuk maju beberapa langkah lagi. Pada akhirnya, mengikuti kemauan mereka, kedua kakinya melangkah perlahan.

Tepat saat langit berubah warna menjadi jingga, seseorang muncul dari balik batang pohon willow. Berdiri dengan punggung tegap, rambut cokelat sepundaknya melambai-lambai seolah memanggilnya untuk mendekat dan mendekat.

"Kamu datang..." Suaranya begitu merdu, penuh akan kerinduan. Kedua matanya memercikan sinar serta binar yang berbeda. Sosok itu menunggunya disana, membawa satu buket bunga yang sama setiap kali mereka berjumpa. Daisy, kesukaannya. Ia merentangkan satu lengan, memanggil dengan suara yang teramat lembut menenangkan jiwa. "Akhirnya kamu datang kemari."

"Aku tidak bisa..."

Tak ingin terlarut. Ia tahu ini tidak akan pernah berubah. Setiap kali dirinya bertemu dengan perempuan itu, segala hal di dalam hidupnya tak pernah berjalan dengan baik. Setidaknya, hari ini ia ingin memberi sebuah keputusan.

"Aku merindukanmu."

"Kamu tidak mengerti, aku tidak bisa pergi!" teriaknya, meremas jemari kuat-kuat. Mencoba memberitahu namun, perempuan itu malah tersenyum.

Mengapa kehadirannya selalu begitu mengganggu? Mata cokelat hangat tersebut bersinar, kedua tangannya terentang lebar meminta sebuah pelukan. Sampai sosok lain muncul dari arah belakang, berlari ke arah perempuan itu menerjangnya dengan pelukan erat. Mereka tertawa, begitu terlihat bahagia mengabaikan dirinya. Namun sebaliknya, ia tidak marah.

"Mengapa semuanya selalu sama?" gumamnya pelan membuang muka. Tak lama menertawakan dirinya sendiri.

Ini percuma. Semuanya hanyalah mimpi belaka. Itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Ia menyakinkan dirinya sendiri, ia tak ingin lagi berlama-lama disini. Banyak hal yang harus dia lakukan selain menemui perempuan ini lagi dan lagi. Banyak hal yang bisa ia kerjakan selain bermimpi seperti seorang pungguk merindukan bulan, yang terlihat menyedihkan karena kasihnya tak pernah sampai.

Semua ini hanyalah ilusi yang tak akan pernah usai, lagipula apa yang menyenangkan selain melihat dua insan berpelukan serta berciuman mesra tepat dihadapannya?

Itu hanyalah cinta masa muda yang menggelikan, itu hanyalah cinta masa muda yang menerjang kepalanya. Semua orang akan mengatainya tengah berdelusi dan dia tidak akan pernah memiliki tempat untuk kebahagiaan semacam itu. Semua orang meragukan siapa dirinya, bakatnya. Tak ada yang bisa ia capai hanya dari sebuah mimpi.

Tidak ada!

Separuh kakinya telah melangkah, memilih untuk berbalik melupakan semuanya. Kekehan samar menguar dari sudut bibirnya. Tak perlu lagi menonton pertunjukan yang sama. Itu seperti nasi yang lama-lama dibiarkan hanya akan menjadi basi. Ia cuma perlu mengabaikan pemandangan ini, karena dirinya tahu hanya sampai disana yang terlihat.

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang