48. Monumen Oracle Xera

221 40 0
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey

|||

Vote & komen

------------------------------🌹----------------------------

Ps : Part ini dua digabung jadi satu.
















“Jadi, apa yang harus kita lakukan?” tanya Irene mendesak. Dari kejauhan dia dapat melihat Peeta serta Qalen muncul dan tengah berjalan menuju ke arah mereka.

Seperti apa yang dikatakan Eugene, orang-orang tidak akan menyadari keberadaan mereka saat ini. Peeta serta Qalen hanya melewati lorong tanpa bicara, raut wajah dua orang itu terlihat berbeda. Salah satunya tampak santai sementara yang lainnya memiliki ekspresi wajah mirip banteng yang siap mengamuk. Kedua alis Qalen mengkerut, sesekali dia akan melirik pada Peeta dan gadis itu seolah tidak peduli, hanya berjalan dengan mengabaikan tatapan panas Qalen.

Wendy perlahan menyenggol lengan Rosie. “Apa mataku yang salah melihat atau memang mereka berdua terlihat tengah bertengkar?”

“Mungkin keduanya sepasang kekasih.” Rosie hanya menebak. “Mereka tampaknya bertengkar saat kita sibuk di dalam. Peeta itu cantik kuakui dan Qalen tampan. Tapi, apa urusan kita? Tidak ada. Jadi tutup mulutmu, nona Claire.” sambungnya sambil memutar mata.

“Kamu sangat dingin.” cibir Wendy.

“Pertanyaanmu konyol, jadi diam.” Rosie melotot.

“Apa kita akan tetap disini menyapa mereka atau pergi diam-diam? Dua orang ini, aku agak curiga dengan mereka berdua.” tanya Seulgi pada Jennie yang langsung menggelengkan kepala. Mengabaikan percakapan antara kedua temannya disana yang agak tidak pada tempatnya. Jika mereka pergi diam-diam, sudah pasti Peeta maupun Qalen akan mencari keberadaan mereka saat ini. Tetapi, jika mereka tidak pergi, itu akan jadi lebih buruk. Tak mungkin mereka tiba-tiba muncul dari penghalang ilusi yang dibuat oleh Eugene.

“Tidak perlu. Penglihatan Peeta sudah terbuka. Aku melakukannya saat di kedai makanan laut.” kata Jennie, membuat mereka menoleh penuh melempar tatapan aneh. “Aku hanya merasa sedikit dekat dengan Peeta Taora, entah kenapa keinginanku hanya untuk membantunya. Dia cukup memiliki bakat.” lanjutnya lagi, mengakui. Jennie tahu anak-anak ini pasti akan curiga karena dia memuji orang lain. “Sesuatu tentang dia tiba-tiba membuatku berkeinginan untuk melindunginya, itu seperti rasa sakit dan peduli. Dia memiliki penglihatan yang baik, dia menyadari ada yang salah namun, dia tidak bisa bergerak. Aku sudah memutuskan sedikit tali yang menjeratnya tadi, tidak banyak. Dia masih membutuhkan bantuan untuk benar-benar terpisah dari ilusi.”

“Apa yang kamu lihat tentang masyarakat disini sebenarnya?” tanya Taeyeon.

Jennie melirik sebentar, mengangkat dagunya tinggi. Tatapannya berubah jadi serius lagi. “Dari awal gerbang, aura yang tersebar sangat tidak bagus. Itu kelam dan gelap. Tapi, ketika kita masuk, semua pengunjung serta warga setempat terlihat bahagia. Faktanya adalah, apa yang mereka jual, apa yang mereka lakukan, senyuman bahkan sinar di mata mereka kosong. Kupikir, tumbalnya bukan hanya warga di tempat ini. Orang-orang yang datang berkunjung adalah sasaran paling empuk. Aura mereka lebih banyak dihisap dibanding yang lain. Itu mungkin yang membuat mereka tidak dapat keluar dari tempat ini.”

“Artinya juga, ada beberapa oknum yang tahu tentang hal menjijikan ini. Bukan hanya orang itu yang melakukannya, mereka yang membuat kota Islar Bay sebagai kota daya tarik wisata dan membuka pintu untuk semua orang berkemungkinan saling bekerjasama. Untuk mengembangkan kota agar terlihat dan berkembang, mereka perlu lebih banyak tumbal.” Jennie menoleh penuh pada Taeyeon yang kini terdiam, mulai paham.

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang