41. Teman

294 50 0
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey

|||

Vote & komen

------------------------------🌹----------------------------























“Kita harus pergi, Jennie.”

“Tanpa Lalisa?”

Taeyeon menghela napas panjang, kedua matanya menatap lurus pada si Oracle yang kini masih tak bergerak barang sejengkal berdiri di depan gerbang. Wajah bulat itu menekuk sedih, sesekali melihat ke belakang, berpikir mungkin Lalisa tiba-tiba akan muncul. Tentu saja, itu tidak mungkin. Taeyeon sudah mendengar dari paman Adam tentang kondisi Lalisa yang sudah mulai tenang, meski setiap tiga jam sekali dia akan kembali merasakan sakit lagi. Gua dekat universitas dimana paman Marco membawa Lalisa hanyalah tempat sementara. Paman Adam mengatakan untuk melewati gejala awal tahapan ke-empat, Lalisa harus dibawa pergi menuju gunung Eru, gunung dengan sumber titik panas terbesar di kota Harver.

Gunung tersebut menjadi gunung leluhur para Manoban sepanjang generasi, termasuk kakeknya. Ini mungkin agak kolot dan ya, terlalu mengikuti tradisi. Namun, segala hal tentang kekuatan yang bersumber dari inti Oracle terhubung pada beberapa titik energi alam disekitar mereka. Secara tidak langsung pula, sembari menunggu Lalisa melalui fase puncak tahapan ke-empat. Para tetua Manoban akan melakukan beberapa ritual. Itu seperti pemanggilan, meminta berkat pada dewa api, Hepha. Lalu memberikan beberapa persembahan yang banyak.

Proses ini akan selalu memakan banyak waktu. Apalagi Lalisa adalah satu-satunya anak muda yang berhasil mencapai tingkatan hampir penuh. Itu bisa menjadi lebih lama, seminggu, sebulan atau mungkin setahun. Tergantung dari seberapa kuat Lalisa mampu menghadapi siksaan api yang perlahan mulai membakar seluruh sel di dalam tubuhnya.

“Lalisa tidak bisa pergi, paman Adam baru saja memberitahuku. Paman Marco akan membawa Lalisa pergi ke gunung Eru malam ini. Para tetua Manoban lain juga akan hadir untuk melakukan ritual dan segala macam. Tahapan kenaikan tidak semudah fase kebangkitanmu, Jennie. Itu akan memakan banyak waktu dan kita tidak bisa menunggu. Kompetisi Trisula akan dimulai pekan ini, kamu diperlukan untuk pembukaan dan kita sudah terlanjur menyetujui.” kata Taeyeon perlahan.

Taeyeon sadar ini mungkin akan membuat Jennie semakin khawatir, karena kenyatannya, paman Marco sendiri meminta Taeyeon untuk menahan Jennie jika gadis ini memaksa ingin bertemu dengan Lalisa. Taeyeon tahu apa maksudnya. Paman Marco tak ingin membuat amarah putrinya semakin terpancing, apalagi setelah dia mendengar cerita sebenarnya dari Taeyeon yang dipaksa untuk memberitahu.

Pria tua itu memang terlihat biasa saja pada Jennie, dia bahkan sempat memberitahu bahwa semua fasilitas yang Jennie inginkan seperti menaiki kereta untuk sampai ke Islar Bay, sudah dipersiapkan. Kemarin gadis itu menolak transportasi pribadi untuk dibawa sendiri, dia ingin perjalanan mereka benar-benar terasa seperti petualangan serta liburan. Jadilah, van hitam hanya akan membawa mereka sampai ke stasiun kereta.

Jennie menunduk sedih. Tadi malam dia menangis lagi, yang membuat Jennie begitu frustasi tentu saja karena dirinya tidak diperbolehkan melihat Lalisa secara langsung. Taeyeon selalu berada disisinya seolah dia memang diperintahkan untuk menahannya. Bukan Jennie tidak tahu, paman Marco memang tersenyum padanya tapi, pria mata pria tua itu tidak berbohong, ada sorot kecewa disana.

“Baiklah, ini adalah tanggung jawabku, bukan?” Merubah raut wajahnya menjadi datar. Jennie melangkah masuk ke dalam van hitam mini, teman-temannya yang lain sudah berada di dalam. Hanya Eugene yang tak terlihat. “Kemana dia?” Kedua mata Jennie tertuju pada bangku kosong di sudut tengah. Tepat di samping Seulgi.

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang