56. Oracle Delfi

614 92 11
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey

|||

Vote & komen

--------------------------------🌹--------------------------

--------------------------------🌹--------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















Api biru menyambar dalam skala besar, meretakkan dinding ruang waktu yang dibuat oleh si Oracle, mengejutkan semua penduduk kota Islar yang akhirnya tersadar. Pada awalnya, kebingungan jelas tergambar dari wajah semua orang. Beberapa atap bangunan sekitar telah runtuh, pemandangannya tersebut membuat mereka merasakan kengerian tak biasa berakhir teriakan beruntun membuat kepanikan semakin menyebar. Ini kali pertama setelah beratus tahun bencana datang pada wilayah mereka. Semua orang merasakan kedamaian namun, saat ini situasi mencekam tiba-tiba muncul di depan mata.

Walikota Islar menyeret tubuhnya menjauh, terkejut setengah mati melihat sesosok monster wanita dengan kuku panjang berambut merah menyala berada tak jauh didekatnya, terikat dalam kobaran api biru yang membentuk rantai serta seorang gadis pengguna Gift api?

"A-apa yang terjadi disini?"

"O-racle! Oracle!" Suara panik Peeta Taora bercampur dengan teriakan seluruh masyarakat sekitar yang berlari mencari tempat perlindungan. Peeta melihat si Oracle tergeletak tak berdaya di tanah, tubuhnya penuh dengan luka dan Peeta mencoba mendekat namun, sesosok gadis tak jauh disana mengalihkan tatapan padanya, mendesis marah.

"Sampah seperti kalian tidak berguna! Kalian yang membuat Jennie menjadi seperti ini!"

Mata gadis itu menampilkan sinar biru mencekam. Wujudnya terbakar penuh, tekanannya sungguh luar biasa yang membuat Peeta terjatuh sekali lagi ke tanah. Ini kali pertama Peeta melihat seorang pengguna Gift dengan kekuatan tak biasa, tekanan yang gadis itu berikan hampir sama dengan milik si Oracle. Gift-nya jelas adalah esensi warna merah namun, tampaknya itu telah berevolusi ke dalam tahap yang lebih tinggi. Peeta pernah mendengar hal ini. Meski dirinya tak pernah keluar dari kota Islar. Peeta tahu satu-satunya pengguna Gift tersebut begitu terkenal di pusat ibukota.

Namun, dia tidak menyangka akan melihatnya secara langsung.

Pada saat itu, Qalen serta beberapa anak muda kota Islar muncul tanpa aba-aba, semburan air bah dalam skala menengah menghantam pada titik api biru disekitar mereka. Lalisa, menolehkan kepala dengan marah.

"Bodoh, apa yang kalian lakukan!?" teriakannya menggema dan kobaran api biru kembali menyala membakar sekitar. Para penduduk semakin histeris. Suara desisan terdengar dari seberang-si monster meronta dalam balutan rantai api biru yang dia buat. Kuncian itu hanya mampu menahan untuk beberapa waktu dan orang-orang bodoh ini, membuat Lalisa jengkel setengah mati.

"Qalen, berhenti!" Peeta berteriak, memperingati teman-temannya yang justru dengan berani mengeluarkan kekuatan yang tak seberapa.

Pada dasarnya, kota Islar adalah satu-satunya kota yang tidak terfokus pada Gift. Mereka lebih menekankan kekuatan yang berasal dari lautan, merujuk pada ritual pemanggilan segala macam atas nama dewa Poseidon. Skalanya mungkin tidak seluar biasa para pengguna Gift muda diluar sana dan ini jelas berbeda dari semua pengguna Gift di wilayah sekitar. Pemimpin kuil mereka, Teya Regaz membuat aturan ini. Dia mengatakan bahwa penggunaan Gift-lah yang membuat keseteraan hilang dari muka bumi. Adanya perbedaan antara unggul dan tidak membuat manusia menjadi serakah. Mereka hanya diajari pemanggilan sederhana, esensi warna Gift rata-rata penduduk Islar adalah biru laut. Itu sedikit berbeda dengan esensi warna mayoritas biru pekat para Ilusionis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang