45. Side story Peeta Taora

180 42 0
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey

|||

Vote & komen

-------------------------------🌹---------------------------














“Peeta!”

“Ha? Um, ya?”

“Apa yang terjadi padamu? Aku memanggilmu berkali-kali tapi, kamu hanya diam. Tingkahmu sangat aneh.” Qalen menghela napas, menatap Peeta serius. Ini kali pertama Qalen melihat Peeta tidak fokus.

Sedari tadi dirinya terus bicara namun, Peeta malah asyik memandang keluar jendela ruang kemahasiswaan. Mereka telah menyelesaikan tugas memandu, si Oracle yang mulia itu sedang berada di ruang ketua yayasan universitas Hedwig bersama teman-temannya. Dan akhirnya, setelah sibuk hampir satu harian, mereka dapat beristirahat sebentar, sebelum nanti, kembali mengantar tamu penting universitas menuju tempat penginapan.

“Aku tidak apa-apa.” jawab Peeta sambil membuang muka. Suara helaan napas gadis itu terdengar membuat dahi Qalen berkerut semakin dalam.

“Tapi, tetap saja. Bagiku, kamu terlihat asing saat ini. Apa sesuatu terjadi?”

Peeta, pada akhirnya menolehkan kepala, menatap Qalen serius lalu menghela napas kasar dan kembali membuang muka ke arah jendela. Dahinya berkerut samar, jika Qalen merasa asing, maka Peeta lebih merasa asing lagi. Sesuatu di dalam dirinya seperti baru terbuka dan entah mengapa, Peeta merasa inilah dia yang asli. Peeta tahu ada yang salah tepat saat Oracle itu menyentuh dahinya.

“Hm, Qalen.”

“Ya?”

“Apa mereka masih lama berada di dalam sana?”

Qalen menatap Peeta merasa aneh namun, tetap menjawab. “Ya. Pemimpin meminta kita untuk membawanya sebagai tamu dan tentu saja dia akan cukup lama disana.” katanya. Tidak terlalu tertarik membahas kedatangan si Oracle. Bagi Qalen semua hal yang datang dari dunia luar hanyalah pengganggu.

Kedatangan Oracle tidak membawa dampak yang cukup besar bagi masyarakat, beberapa yang tidak menghormati aturan pemimpin kota serta kuil-kuil hanya mencoba menyuarakan suara mereka seperti tikus kecil pengecut. Qalen tidak suka mendapati bagaimana orang-orangnya sendiri justru melanggar aturan kota mereka. Selama ini, sebelum kemunculan Oracle tersebar. Para minoritas yang tidak mengakui kekuatan pemimpin kuil tidak pernah berani menyuarakan isi hati. Namun, setelah beberapa hari, yang Qalen sadari, mulai ada beberapa orang membicarakan ini. Beruntungnya, pemimpin kota begitu tegas serta berwibawa.

“Oracle...”

“Hm?” Qalen menolehkan kepala, semakin tidak mengerti apa maksud Peeta.

“Panggil dia Oracle dengan cara yang baik. Jangan kurang ajar, gadis itu memiliki nama yang begitu mulia.” kata Peeta tegas, Peeta membalas tatapan Qalen serius. “Jika kamu tidak menyukainya, tahan untuk dirimu sendiri. Jangan mengatakannya di depanku, aku tidak suka.”

Qalen tercengang, ini kali pertama Peeta, yang terkenal juga membenci segala hal tentang Oracle sebelumnya, justru berbalik memberikan reaksi yang berbeda. Qalen jelas tahu bagaimana cerita tentang keluarga gadis ini, keluarganya pernah mengalami hal tragis di masa lalu yang bersangkutan dengan runtuhnya Oracle sebelum Oracle terakhir muncul. Fitnah yang membuat keluarganya di cap sebagai pembangkang kehendak dewa, dikatai kaki tangan pembunuh dari generasi ke generasi. Hanya Islar Bay yang menerima keluarga Taora, memberikan mereka sepetak tanah dekat pantai untuk ditinggali. Kakek buyut Peeta berasal dari Harver, tidak banyak orang yang tahu. Sedikit demi sedikit membangun, akhirnya keluarga Taora cukup memiliki nama di Islar Bay.

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang