26. Demi Oracle

275 50 4
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey

|||

Vote & komen



------------------------------🌹---------------------------


















“Kamu...” Suara gemetar dari si Oracle menyadarkan Lalisa. Jennie begitu marah dengan apa yang dilakukan Seulgi namun, dia dengan tidak berdaya menatap Lalisa Manoban.

Kedua mata gadis itu membulat, senyum lebarnya luntur seketika. Jennie melihat Lalisa yang menutup mulut sambil mundur dua langkah seolah kesurupan. Tatapan horor semua orang membuat Lalisa tersadar saat itu juga, dia bahkan dapat melihat wajah Irene yang memerah, kedua mata Seulgi yang membelak serta Taeyeon yang mencengkram gelas hingga suara retak terdengar.

“A-aku...aku...”

Bagaimana Lalisa bisa menjelaskan? Suara Jennie terus memanggil di dalam kepala, itu seperti dia ingin dibujuk dan hanya Lalisa yang merasakan hal itu. Dalam keterdiamannya sedari tadi, Lalisa merasa terpanggil. Dia benar-benar merasa terpanggil dan apa yang Lalisa lakukan adalah bentuk dari spontanitas.

“Lalisa Manoban berengsek!” Suara Irene yang meraung terdengar menakutkan, dalam sekejap mata kekuatan Gift gadis itu terbuka, seperkian detik setelahnya, jarum-jarum es meluncur ke arah Lalisa.

Suasana kafe yang awalnya normal kini terasa mencekam, suhu disekitar mereka naik beberapa derajat, Lalisa menghindar, mencoba menghindar lebih tepatnya namun, pukulan Irene berhasil mengenai sisi pipi kiri gadis itu. Pukulannya tidak seberapa tetapi berhasil membuat luka gores kecil yang menganga. Lalisa menatap mantan kekasihnya dengan pandangan terluka dan marah. Ini kali pertama, Irene benar-benar menyerang tanpa pandang bulu.

“Berengsek! Aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu!”

Napas Irene terengah-engah, dia tidak pernah begitu marah. Dulunya Lalisa adalah seseorang yang begitu Irene gilai, mereka berteman sedari kecil. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama yang selalu pula menimbulkan rasa cemburu ketika dia melihat Lalisa bercengkrama dengan gadis lain. Irene Bae memiliki karakter yang posesif, dia tidak suka wilayahnya dimasuki seseorang. Namun, kemarahannya saat ini jelas bukan karena Lalisa mencium gadis lain di depan kedua matanya, dia marah atas sikap berengsek Lalisa. Dia marah karena Jennie disentuh, dan Irene sadar. Sangat sadar bahwasannya rasa suka yang dirinya punya untuk Lalisa Manoban telah menghilang seperti debu.

Selain Irene yang marah, yang lain berusaha sekuat tenaga untuk tidak ikut menyerang Lalisa. Tangan Jisoo serasa gatal, Wendy hampir menahan diri untuk tidak menyanyikan lagu kematian pada si bajingan Lalisa Manoban. Kemarin Irene, lalu kini Jennie. Mengapa dia begitu beruntung? Wendy melirik Jennie yang hanya diam, beberapa menit lalu si Oracle meraung layaknya singa pada Seulgi. Lalu, apa ini? Mengapa Jennie malah menunduk dan gemetar? Dia bahkan tidak bersuara.

“Jangan gila, Irene! Berhenti menyerangku!” balas Lalisa sekuat tenaga memblokir serangan jarum es Irene.

Jarum-jarum itu datang bertubi-tubi dan Lalisa hanya menghindar tanpa membuka kekuatan Gift. Melihat Lalisa yang tak melawan membuat Irene semakin marah. Seolah Lalisa tengah meremehkan dirinya. Berakhir sudut jendela kaca kafe yang jadi korban, berderai dalam setiap hentakan pukulan kemarahan Irene yang membabi buta.

Gadis Bae itu bahkan melompat dari tempat duduk, membuat siapapun yang berada disekitar telak mundur menjauh darinya. Matanya yang tajam dan merah membuatnya tak lagi terlihat seperti seorang dewi. Dalam keadaan terjepit, Lalisa menggertakkan gigi. Irene benar-benar sinting!

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang