9. Kalung yang bagus

821 178 11
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey96

|||

Vote & komen


----------------------------🌹------------------------------































"Lepaskan aku!" Jennie melotot galak, kedua matanya hampir melompat keluar menatap Seulgi Kang yang terlihat begitu santai menggendong gadis itu melewati koridor kampus. Mengabaikan tatapan manusia-manusia lain disekitar lorong yang memperhatikan mereka dengan penuh minat.

Seulgi hanya menunduk sebentar, melempar senyum geli melihat bibir si gadis Addams tergigit kuat menahan geram. Langkah kakinya yang lebar bergerak membawa mereka menuju tempat yang lebih sepi. Taman belakang universitas. Ada tiga taman utama di tempat itu, taman samping dimana lokasinya dekat dengan lapangan utama lalu taman asrama serta taman belakang yang memiliki peminat jauh lebih sedikit dari kedua taman yang disebutkan.

"Apa? Kamu pikir aku takut dengan tatapan kucing kecil ini?"

Seulgi mencolek dagu Jennie dengan lancang setelah dia berhasil mendudukkan tubuh mungil si Addams di bangku taman. Serta-merta membuat si empunya wajah meringis mengusap dagunya sendiri seolah sentuhan Seulgi berhasil melukai kulitnya. Masih setia pula melempar tatapan tajam memicingkan mata yang justru membuat Seulgi terkekeh tak berdaya. Seulgi pikir usahanya untuk mengambil kendali lebih dulu tidak percuma, Jennie Addams cukup lucu.

"Apa maumu sebenarnya?" Jennie risih dipandangi begitu, kedua mata gadis itu menatap sekitar mencari Niki maupun Daehwi yang tampaknya tidak berniat untuk mengikuti.

"Kamu sudah mendengarnya, telingamu tidak tuli bukan?"

Betapa Jennie ingin mengatakan bahwa dia geli dengan cara Seulgi memanggilnya, bukannya merasa tersipu Jennie malah merasakan hawa dingin tak biasa setiap kali gadis itu melempar senyuman manis bergetah.

"Berhenti disana jika kau ingin berharap lebih, aku tidak tertarik pada siapapun dan tolong berhenti membuatku terlihat di depan semua orang. Aku benci menjadi pusat perhatian." kata Jennie, tak tahu darimana keberanian ini kembali muncul. Namun, ia harus menekankan kata-kata terakhir agar hidupnya berjalan dengan tentram sampai kelulusan.

Sampai kelulusan? Jennie ingin tertawa keras, memukul dirinya sendiri. Ini bahkan baru hari pertama dan dia baru saja memulai proses registrasi. Tapi, masalah telah datang padanya berkat si anak walikota Ravenfield.

Seulgi mengeluarkan tawa sinis yang lucu, tatapannya fokus ke depan tampak santai namun, satu tangannya menahan pergelangan tangan Jennie agar tidak beranjak. "Yakin dengan kata-katamu?"

Jennie menoleh dengan marah, dia tipikal gadis yang keras kepala sebenarnya. Jadi, saat Seulgi terus menahan lengannya disana Jennie membawa tangan itu ke arah mulutnya. Menggigit tangan Seulgi dengan keras tapi, si lawan hanya menoleh melempar tatapan geli melihat usaha Jennie yang sia-sia.

"Kamu punya gigi-gigi kecil yang kuat, aku sangat yakin itu sama persis dengan kucing tetanggaku. Tapi, sungguh. Bisakah kamu berhenti menggigit tanganku seperti anak kucing pemarah? Aku membawamu kemari untuk berbicara dan berteman."

Jelas sekali kata-katanya tidak dapat dipercaya. Beberapa menit lalu Seulgi berkata dia menyukai Jennie yang bahkan baru melihat wajah Seulgi beberapa kali. Itu menyebalkan, kali ini Jennie menargetkan kaki Seulgi. Menginjaknya dengan kuat yang cepat pula diketahui oleh Seulgi, gadis itu hanya menggeser kakinya sedikit membiarkan Jennie menginjak tanah dan gadis itu malah menjerit karena kakinya justru terpelintir.

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang