23. Adam Bae

246 45 1
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey

|||

Vote & komen



-----------------------------🌹-----------------------------























“Itu mereka, kenapa lama sekali?” Tiffany bangkit dari sofa ruang ketua yayasan, menghampiri Jennie serta yang lain di depan pintu. Adam Bae ikut beranjak dari sofa, menyambut si Oracle dengan kedua mata berbinar cerah.

“Kami pergi ke kantin sebentar membeli minuman.” Jennie melambaikan botol teh polong ditangannya, lalu menatap ke sisi lain sofa dimana Adam Bae memberi senyum penuh hormat. “Ah, maaf membuat semua orang menunggu lama. Paman pasti paman Adam? Senang bertemu dengan paman.” Jennie menyapa dengan sopan.

“Jangan terlalu sopan, senang juga akhirnya dapat bertemu dengan Oracle kami.” Adam Bae mendekat, menghampiri Jennie, menekuk satu kakinya meraih punggung tangan gadis itu lalu mengecupnya dengan penuh rasa kasih. “Demi dewa dan semesta, demi kebajikan serta kebaikan yang menembus langit dewa serta kehidupan. Selamat datang keturunan terakhir Oracle Delfi.”

Sebuah keharusan bagi mereka para tetua di setiap generasi untuk menyapa sang Oracle dengan kalimat tersebut. Itu adalah doa dan berkat atas rasa syukur mereka karena dipertemukan kembali dengan yang terkasih. Mendengar kalimat yang sakral itu, tubuh Jennie gemetar entah karena apa. Dia dapat merasakan pemujaan yang luar biasa serta apresiasi tinggi dimana kehadirannya begitu diharapkan. Ini kali pertama Jennie merasa hidupnya benar-benar berarti untuk semua orang, dalam sekejap mata. Semua hal yang ia lalui di masa lalu seolah hilang.

Tiffany Bae serta Irene Bae hanya bungkam di tempat menatap nanar ayah mereka yang mencium punggung tangan si Oracle. Ingin cemburu namun, pria tua itu adalah ayah mereka sendiri. Ditambah sedari awal saat kemari, Adam Bae telah memberitahu mereka untuk mengatakan hal yang sama setiap kali bertemu dengan Jennie Addams. Mereka harus menjaga lisan, tak boleh seenak hati memanggil nama si Oracle seperti seorang teman namun, tentu saja. Tiffany Bae beberapa detik lalu bahkan lupa dengan kata-kata ayahnya saking gembira melihat Jennie akhirnya muncul.

“Terima kasih, paman Adam. Paman juga tidak perlu berbicara sopan padaku.” Jennie tersenyum lembut. Para tetua jelas memiliki lebih banyak pengalaman dalam membedakan bagaimana mereka harus bersikap, karena itu Adam Bae menggelengkan kepala, tidak setuju.

“Aturannya tidak begitu bagi kami para tetua di setiap generasi. Oracle kami adalah berkah di seumur hidup manusia, kami bukanlah apa-apa ketika Oracle tidak ada di dunia ini. Jika anak-anak berkelakuan tidak baik sebagai penjaga, tolong laporkan pada saya. Saya akan menghukum mereka.” kata Adam serius. Sikapnya jelas lebih ketat dibanding Marco Owen Manoban. Itulah mengapa baik Irene maupun Tiffany tidak berani banyak bertingkah sedari tadi.

Ayah mereka adalah seorang pengusaha yang dermawan serta bijaksana, sementara ibu mereka seorang artis papan atas. Namun, bukan berarti. Adam Bae dapat mentolerir tindakan-tindakan buruk pada si Oracle. Generasi Adam dan Marco belum pernah melayani Oracle secara langsung, karena runtuhnya Oracle sebelum ini membuat para orang tua hanya mempelajari beberapa aturan dengan begitu ketat melalui kakek dan buyut mereka. Hal-hal kolot yang telah diemban berpuluh tahun lamanya, akhirnya dapat disalurkan ketika menemukan si Oracle telah kembali.

Jadi, tentu. Adam Bae tidak akan setuju dengan aturan tidak adanya kesopanan diantara Oracle serta penjaga. Dia telah mendengar betapa banyak anak-anak mereka membuat ulah dan menyulitkan si Oracle dalam beberapa hari ini.

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang