36. Oracle yang perhatian

228 45 1
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey

|||

Vote & komen


-------------------------------🌹---------------------------



















Hari telah beranjak malam saat Jennie kembali ke tubuh fana, dia telah membuat semua orang lari ketakutan karena teriakannya yang mengusir mereka. Cukup membuat beberapa tamu di aula ikut terkejut melihat sisi asli dari si Oracle. Mereka yang berniat ingin bertemu dengannya secara pribadi setelah pertempuran kelompok, memilih untuk tidak mencari masalah terlebih dulu. Pada akhirnya hutan terlihat begitu sepi, pertempuran telah usai dari beberapa jam lalu dan kini, hanya tersisa Jennie di menara tower beserta ke-delapan penjaga yang dengan begitu setia mengawasi tubuh fana si Oracle dari kejauhan. Mereka duduk di tanah, merasa cemas dan takut secara bersamaan.

Taeyeon yang memang tidak pergi ke tengah hutan karena tanggung jawab di aula, kini ikut bergabung. Tak ada yang berbicara, terlebih semua orang mulai menyadari reaksi Jennie agak berbeda terakhir kali. Bahkan Lalisa, yang seharusnya mereka curigai dan dilempar banyak pertanyaan, enggan untuk berbicara. Ekspresi gadis itu seolah mengirim pesan bahwa dia juga tidak ingin diganggu.

“Mengapa kalian semua disini?” Jennie yang baru saja turun dari tower menara agak terkejut melihat teman-temannya duduk di tanah seperti gembel. Hari sudah malam dan jelas sekali, udara di hutan kini begitu dingin. Jennie tidak berpikir anak-anak ini masih ingin menunggunya ketika dia memarahi mereka.

Rosie yang pertama kali mengangkat kepala. “Kami menunggumu kembali.” Tatapan mata anak anjingnya terlihat begitu sedih, Jennie mengalihkan pandangan pada yang lain dan semuanya melakukan hal yang sama. Hanya Lalisa yang mencoba keras untuk tidak memandang Jennie. Seolah beberapa waktu lalu, Jennie telah mengusir gadis itu dari hidupnya.

“Kami khawatir, sesuatu terjadi padamu.” Irene mengeluh dengan tidak berdaya, meski wajahnya yang cantik kini terlihat kumal. Biasanya Irene akan mengeluh bahwa dia harus mandi setelah satu harian penuh melakukan aktivitas diluar. Terlalu menjaga kecantikan. Namun, kini. Irene bahkan tidak peduli jika disampingnya ada kotoran.

“Memang ada sedikit masalah...” Jennie mengakui. Tatapan mereka kini lebih khawatir dari sebelumnya, membuat Jennie mau tak mau tertawa. “Tapi, sudah baik-baik saja. Kalian seharusnya tidak perlu menungguku. Kalian terlalu manis.” Melempar senyum teduh.

Jennie menyadari betapa anak-anak ini memiliki dampak yang besar terhadapnya. Mereka lebih dari kata teman dan keluarga, tindakan mereka mencerminkan bahwa apapun yang terjadi mereka tidak akan pernah meninggalkan Jennie. Hal ini membuat hati Jennie terasa sejuk dan tersentuh, dia tidak tahu harus berkata apa. Membayangkan ramalan Oracle Xera, Oracle sebelum dirinya yang meriwayatkan ramalan tentang pengorbanan mereka membuat perasaan nyaman di hati Jennie kini berubah menjadi pahit dalam waktu singkat.

“Jangan terlalu banyak berkorban untukku. Di masa depan, tolong pikirkan diri kalian sendiri.”

“Apakah kami membebanimu?” tanya Seulgi. Kemarahan Jennie beberapa jam lalu berbeda, itu terlihat seolah dia mulai muak dengan segala hal. Tidak memungkiri, kata-kata Seulgi jelas terasa benar di hati para penjaga lain. Apakah mereka terlalu membebani Jennie? Jika Oracle muak dengan mereka, apa yang harus mereka lakukan?

Jennie menggelengkan kepala. “Tidak, tidak sama sekali. Seharusnya aku yang merasa begitu. Kalian terlalu baik. Ayo pulang sekarang, aku akan mentraktir kalian makanan hangat di kantin.” katanya dengan nada seperti dia adalah orang kaya. Anak-anak itu menatap Jennie dengan lucu. “Jangan meremehkanku, pak walikota memberi cukup banyak uang jajan untukku hingga lulus di universitas ini. Aku masih cukup mampu untuk menghidangkan makanan lezat pada kalian.”

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang