12. Lalisa...

1.3K 162 18
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey96

|||

Vote & komen









-

------------------------------🌹---------------------------




------------------------------🌹---------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

























Kegiatan akan dimulai saat malam tiba, mahasiswa baru satu-persatu perlahan berkumpul di lapangan. Beberapa kakak tingkat mulai terlihat disekitar, mereka mengenakan pakaian bebas. Jennie tidak tahu akan ada kegiatan seperti ini sebelumnya, acara perkenalan atau apalah itu namanya. Andaikata Joy tidak memberitahu. Jennie tidak akan tahu. Maka, Jennie menunggu di lapangan hingga tiga puluh menit lamanya sampai sosok dua manusia yang dengan tega meninggalkan Jennie seorang diri di kantin siang tadi, muncul dengan wajah sumringah.

“Kami mendapatkan apartemen yang bagus tak jauh dari sini, dua kamar, dua kamar mandi, ruang tamu serta dapur hanya dengan seribu dollar! Aku sampai ingin mencium telapak kaki si pemilik tanah!” Niki berkata dengan riang, seolah dia lupa masalah beberapa jam lalu dimana dia meninggalkan sahabat baiknya yang tengah direcoki Seulgi Kang.

Terlalu bahagia karena, ya siapa yang tidak bahagia mendapatkan unit apartemen murah seharga seribu dollar perbulan? Berisi dua kamar pula, ia jadi tak perlu berdempetan tidur dengan Daehwi. Ternyata kehidupannya yang malang tidak terlalu mengenaskan. Jika mengambil asrama mereka perlu mengikuti segala tata aturan, tinggal di unit apartemen seharga seribu dollar perbulan dengan fasilitas yang terbilang cukup untuk seukuran mahasiswa pemilih sepertinya adalah keberuntungan yang luar biasa. Meski harganya justru tiga kali lipat dari harga sewa kamar asrama. Namun bagi Niki, harga segitu jelas terlalu murah.

“Oh, senang mendengarnya.” Jennie berujar sinis. Niki tertawa kecil, peluk leher si Addams dengan gemas mencubit kedua belah pipinya yang bulat. Niki tahu Jennie masih marah, yang satu ini agak pendendam terkadang.

“Demi Apollo, tatapanmu bisa membolongimu wajahku yang cantik ini, Addams.” Niki terkikik saat Jennie menepis tangannya dengan sebal. “Sebagai permintaan maaf karena meninggalkanmu, kamu bisa mampir ke unit kami setiap waktu.” Merogoh sesuatu di dalam saku, sebuah kartu akses ia sodorkan di depan Jennie yang dahinya berkerut tidak mengerti.

“Apa ini?”

“Dasar rabun, ini kunci apartemen apalagi?”

Jennie memutar bola mata malas. “Aku tahu. Tapi, untuk apa?” Melirik Daehwi yang sedari tadi hanya manggut-manggut tidak jelas sembari mengulum permen kaki. Pria itu tampaknya lebih tertarik untuk melihat si kakak tingkat di depan sana. Kakak tingkat berwajah tampan, berdada bidang dengan gaya rambut setengah cepak. Dari perawakannya saja Jennie bisa menebak selera Daehwi adalah pria-pria berbadan kekar. Ya, ampun. Bottom detected!

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang