ORACLE
Lazy_Monkey|||
Vote & komen
-----------------------------🌹-----------------------------
Saat Jennie masuk ke dalam kedai hidangan laut yang katanya populer dan enak itu, suara gaduh terdengar dari dalam. Tepat di depan pintu, meja-meja di pojok sebelah kiri tepat menghadap ke arah pantai telah berserakan. Seorang pria tua dengan janggut panjang berwarna merah menyala, mengingatkan Jennie pada rambut badai milik Joy Hawkins, mengamuk. Pria tua itu tengah mengacungkan telunjuknya pada Qalen serta Peeta, dari raut wajahnya, jelas sekali pria tua ini tengah marah besar.
“Kubilang pergi dari sini!”
“Bibi Tera, bibi tidak boleh membiarkan seorang pria tua terlalu lama berada diluar. Jika ini terus terjadi, tidak akan ada yang berani mengunjungi tempat ini.” kata Peeta begitu tenang, seolah pria tua di depannya yang sedari tadi menunjuk mereka berdua dengan marah, hanyalah lelucon belaka.
Taeyeon serta yang lain hanya menonton di belakang, mereka mengambil kursi lain untuk diduduki. Toh, kemarahan kakek tua itu bukan ditujukan untuk mereka. Menyadari keberadaan Jennie di depan pintu, Taeyeon melambaikan tangan memanggil.
“Ayah, sudahlah. Kamu selalu saja membuat pelanggan kita ketakutan.” Bibi yang dipanggil Tera tadi, mungkin adalah si pemilik kedai. Bentuk tubuhnya gempal rambutnya seperti sarang lebah. Jennie menyadari kedai yang katanya enak ini hanyalah kedai kecil dengan nuansa tua yang khas.
Jennie melihat beberapa meja yang tidak terisi. Tak sesuai dengan bagian yang katanya enak, maksud Jennie, tentulah jika enak tentunya kedai tersebut akan ramai namun, jelas sekali. Kedai ini tidak memiliki pengunjung lain selain mereka.
“Omong kosong! kalian tidak bisa menekanku, kalian benar-benar merasa diri kalian mampu menekan semua orang?” Pria tua itu berdecak dan semakin menjadi marah dan marah. “Walikota sialan! Kota sialan serta orang-orangnya yang suka mencuci otak—”
Dalam sekejap, suasana disekitar berubah menjadi padat. Jennie mengerutkan dahi, menyadari sesuatu yang tiba-tiba menguasai atmosfir, tekanannya aneh, yang membuatnya menolehkan kepala ke arah Seulgi. Namun, yang lebih aneh. Jennie dengan jelas melihat Seulgi tidak bergerak. Tatapan Seulgi masih tertuju pada pria tua disana yang tengah marah, dan sialnya, mata Seulgi tidak berkedip.
Jennie menatap sekitar dan jantungnya mulai terasa berdebar. Dia tidak mungkin salah menilai kepekaannya sendiri. Namun, saat ini, seseorang dengan kemampuan pengendalian waktu, menghentikan waktu sekitar yang beruntungnya tidak mempengaruhi perputaran waktu Jennie. Semakin dalam Jennie berusaha mencari siapa gerangan yang memulai pengendalian ini, semakin dirinya tidak menemukan orang aneh yang bersembunyi disekitar.
Bunyi klik samar terdengar yang membuat Jennie langsung segera waspada. Tetapi, suasana disekitar perlahan kembali seperti semula. Seolah itu dihidupkan kembali hanya dengan satu jentikan jari.
“Ya, ampun! Maafkan aku anak-anak. Ini pasti ulah preman itu lagi!”
“Tidak apa-apa, bibi. Kami mengerti hal-hal seperti ini bisa saja terjadi. Teman-teman kami butuh tempat yang lebih luas untuk makan. Bisakah bibi membolehkan kami duduk di pelataran depan?”
“Tentu saja. Pilih tempat ternyaman untuk duduk, sembari menyuruh suamiku untuk membersihkan hal ini. Aku juga akan menyiapkan hidangan paling lezat untuk kalian sebagai permintaan maaf.”

KAMU SEDANG MEMBACA
ORACLE
FantasíaΔελφοί [Orakel] : Oracle Seumur hidupnya, ia tak pernah menyangka akan bertemu dengan mereka. Percaya bahwa itu hanyalah mitologi semata, juga fakta tentang siapa dia yang sebenarnya. "Aku melihatmu, jauh sebelum kamu menyadari keberadaanku." Start...