47. Kota dengan Ilusi

188 40 0
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey

|||

Vote & komen

------------------------------🌹---------------------------


















“Kudengar, walikota Islar Bay memang agak berbeda. Dia jarang mengikuti aktivitas pertemuan dengan pemimpin wilayah lain. Aku tidak menduga, dia cukup menyebalkan.” ucap Seulgi ketika mereka berhasil keluar dari ruangan si ketua yayasan universitas Hedwig.

“Aku tidak terlalu peduli dengan pak tua itu, Teya Regaz cukup menarik perhatianku.” Irene menyahut, yang membuat Jennie tertarik untuk menolehkan kepala. “Dia terlihat sangat muda, aneh sekali. Bahkan, jika itu di televisi, melihatnya secara nyata membuatku merasa wajahnya tidak sesuai dengan umur.”

“Berapa umurnya?” tanya Jennie, pada awalnya dia tak ingin terlalu ambil pusing dengan masalah satu ini. Apalagi mendengar bahwa Teya Regaz mengambil peran cukup besar dalam mengembangkan kuil-kuil di Islar Bay.

Jennie juga tidak terlalu peduli dengan omong kosong yang mengatakan bahwa pria itu dapat melihat masa depan. Namun, setelah bertemu secara langsung, menyadari keanehan yang tak biasa yang pria itu miliki membuat pikiran Jennie mulai terganggu.

Irene mengetuk dagu, mencoba mengingat. “Kupikir, itu hampir mendekati kepala empat. Dia seharusnya sudah memiliki istri tapi, dia mengatakan omong kosong tentang, pemimpin kuil haruslah suci. Orang-orang suci berbeda dengan manusia biasa.”

Jennie berhenti melangkah, bibirnya mengkerut lalu sedikit mengeluarkan tawa. “Apakah dia tengah membuat sekte atau semacamnya? Itu terdengar seperti aliran sesat.”

“Ya, kamu benar. Tapi, banyak wanita yang menyukainya karena wajahnya yang tampan. Kupikir itu hanya omong kosong belaka tetapi, melihatnya secara langsung tadi membuatku sedikit terkejut.” Kata-kata Irene membuat semua orang terdiam, menyadari tak adanya tanggapan. Irene melirik pada mereka dengan bingung. “Kenapa? Apa ucapanku salah?”

Seulgi yang pertama membalas, melempar tatapan jijik. “Kamu terdengar seperti salah satu dari wanita-wanita itu.”

Irene melotot. “Apa ada kalimat yang keluar dari mulutku, yang mengatakan aku menyukai pria tua itu? Meski dia tampan, umurnya sudah separuh dari umurku. Gadis cantik sepertiku mana mungkin jatuh cinta dengan pria tua!” Mengibaskan rambut tepat di depan muka Seulgi.

“Gadis cantik, ya gadis cantik.” Seulgi berdecak mendorong kepala Irene menjauh. “Hanya Lalisa yang tertarik padamu, selebihnya tidak ada.” Ikatan tidak bersahabat diantara mereka masihlah ada, meski memang Seulgi mulai terbiasa berbicara dengan si gadis Bae itu.

Mereka sudah bermusuhan sedari kecil, dan Seulgi sangatlah membenci gadis centil, baginya, Irene Bae adalah salah satunya. Itulah yang membuat Seulgi tidak berselera menganggap gadis satu ini cantik seperti yang orang-orang lain katakan diluar sana.

“Apa katamu?!” Irene semakin melotot hendak mencolok kedua mata kecil Seulgi. Tapi, Jennie menahan lengannya, sementara yang lain hanya menonton seolah hidup mereka tinggal setengah hari lagi.

“Sudah, berhenti. Bukan waktunya untuk bertengkar.”

“Ya, kami kelaparan.” ucap Jisoo, Rosie serta Wendy serempak.

“Oh, tidak. Bukan waktunya untuk makan sekarang. Kita harus segera pergi ke penginapan. Baru setelah semuanya selesai membersihkan diri, kita akan keluar mencari makan malam.” Tiffany yang bertugas sebagai pembuat jadwal berkata, Taeyeon disampingnya hanya menganggukkan kepala. Pertanda itu adalah agenda yang harus mereka lalui hari ini. “Karena setelah makan malam, akan ada pertemuan untuk para kelompok yang mengikuti kompetisi. Lima kelompok dari masing-masing universitas akan mengambil undian untuk menentukan siapa yang akan memulai lebih dulu. Kita harus pergi ke aula pusat kota untuk mengambil undian ini. Masyarakat setempat akan menjadi saksi penentuan kelompok pertama yang akan memulai kompetisi saat hari H nanti. Kalian juga harus tahu, besok kita akan mengikuti parade pembukaan. Jadwal kita di kota ini sangat padat.” jelas Tiffany panjang lebar.

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang