I Hate You

524 5 0
                                    

Trixie menangis kencang dibalik bantal nya. Sesegukam tak beraturan.
" FUCK YOU !! ".
Berteriak dibalik bantal nya.
" I hate you ".
Kembali menangis kencang.
Ia berpikir bahwa mustahil bagi nya untuk bisa menjadi wanita nya Felix. Ia baru saja mendengar lantunan panas nan sensual yang keluar dari kamar tidur Felix. Membuat diri nya semakin sadar bahwa bersama Elio lah pilihan terbaik untuk nya. Felix memang tak sebanding dengan diri nya. Mereka berjarak 20 tahun. Dari segi kesibukan saja diri nya dan Felix sudah sangat jauh. Apalagi umur. Kini Trixie  menginjak usia 22 berbeda 20 tahun dengan Felix. Dalam artian sekarang usia Felix adalah 42 tahun.

" I HATE YOUUUU !! ".
Trixie terus berteriak di balik bantal nya.
Terus menangis kemudian tertidur.
Mata dan hidung nya bengkak memerah. Namun ia tertidur pulas. Wajah cantik nya tertutup oleh kesedihan.

🍭🍭

Hari sudah pagi namun Trixie masih terlelap dalam tidur nya. Sinar matahari menembus lubang fentilasi menerangi seluruh ruangan.
Sudah dihidangkan berbagai sarapan pagi ini oleh para maid.
" Morning ".
Charolin menyapa seluruh maid yang merapihkan hidangan di meja.
Menyadari kedatangan nyonya rumah, para maid pun segera memasuki ruangan nya.
Charolin duduk disalah satu meja yang tersedia, siap menyantap hidangan nya.
Terdengar suara garpu yang berbenturan dengan pisau. Charolin menikmati hidangan nya dengan secangkir teh lemon hangat. Perpaduan yang pas antara steak dan minuman yang maid nya hidangkan.

Suara pintu tertutup ...
Terlihatlah sosok yang ditunggu tunggu. Ya. Felix Morrone. Kini ia berjalan menghampiri Charolin. Lebih tepat nya ia menghampiri ruang makan.
" Hey good morning ".
Sapa Charolin kikuk ketika mendapati pemandangan indah di hadapan muka nya.
Felix hanya tersenyum kaku.
" Beer please ".
Felix memerintahkan salah satu maid untuk menghidangkan segelas beer beralkohol untuk nya.
" Where is Trixie ? "
Felix memecahkan keheningan antara diri nya dan Charolin.
" She is still sleeping ".
Jawab Charolin sembari meneguk segelas lemon hangat nya.
" I'm going to Trixie room ".
Felix melangkahkan kaki nya bergegas menaiki anak tangga satu persatu menuju ruangan Trixie.

Tok.. tok... tok...
Suara pintu kamar Trixie.

Tak mendapat sautan dari dalam.
Felix membuka pintu kamar Trixie.
Didapati bayi besar nya sedang tertidur pulas.
Felix mendekati gadis cantik nya. Melangkah maju menghampiri ranjang quen size milik Trixie.

" Does she just cried ? ".
Felix terheran melihat wajah Trixie yang membengkak merah. Jarang sekali ia dapati wajah Trixie yang seperti ini. Seakan menggambarkan bahwa Trixie terlalu banyak menangis akhir-akhir ini.
" Should i wake her up ? ".
Monolog Felix pada diri nya.
" She have been crying for a while ? ".
Felix mendekati Trixie. Memajukan wajah nya tepat berhadapan dengan wajah Trixie.
" Sweetheart ... ".
Lirih nya pelan berbisik di telinga Trixie.
Namun sang empun tetap terlelap tidur. Nyenyak seperti bayi baru lahir.
" Baby... ".
Felix menggerakan tubuh mungil Trixie.
Tak disangka bahwa Trixie mengeluarkan air mata. Menyadari kehadiran Felix. Namun dirinya tetap memilih untuk terpejam.

" Hey ? ".
Felix tersentak kaget ketika melihat air mata Trixie mengalir membasahi mata nya. Walau ia terpejam, tetap saja kesedihan nya tak mungkin ia tutupi.
" Sweetheart are you alright ? ".
Felix menggoyangkan tubuh mungil Trixie.
Namun nihil. Trixie tetap terpejam.
" Hey Trixie ! ".
Felix menghentakan badan Trixie. Takut jika bayi besar nya mendapati mimpi buruk.

Trixie menarik nafas dalam...
Bak seorang yang baru saja terselamatkan dari kolam sedalam 20 meter.
Trixie membuka mata nya perlahan. Didapati Felix di hadapan nya.
" Sweetheart ".
Felix mengecup kilas bibir tipis milik Trixie.
Diri nya terdiam. Kebingungan dengan semua yang sedang terjadi saat ini. Tak ingin menyapa atau pun membalas kecupan nya.
Trixie masih terdiam.
" Baby ? ".
Felix kebingungan dengan keheningan yang Trixie buat.
Trixie terdiam. Pandangan nya kosong menatap langit-langit kamar nya. Semua memori kebahagiaan terlintas samar dalam benak nya. Akan kah semua ini dapat terulang. Namun air mata lah yang Trixie dapati.

" Hey what is wrong baby girl ? ".
Felix berusaha menjalin komunikasi dengan gadis nya.
" I hate you ".
Satu kalimat berhasil Trixie keluarkan dari mulut nya. Membuat Felix terdiam heran.
" You hate me ? ".
Felix mengerutkan kening nya, menatap Trixie dalam-dalam.
" Why? Am i did something bad ? ".
Lirih nya pelan. Masih lekat menatapi tatapan mata kosong Trixie.
" Pain ".
Satu kata berhasil membuat Felix tercengang.
" Pain ? What pain? I dont get it  ".
Berbobot pertanyaan yang Felix lontarkan pada Trixie.
" Just leave me please ".
Lirih Trixie menahan sesak dan air mata yang kembali akan mengaliri pipi nya.
" But sweatheart ... ?? ".
Felix bersikeras dengan pertanyaan nya.
" I SAID LEAVE ".
Trixie berteriak sekuat tenaga. Mata nya memanas dan air mata nya berhasil mengaliri wajah nya. Urat pada wajah nya terpampang jelas.
Felix tersontak kaget melihat reaksi gadis cantik nya. Ia tak terlihat seperti gadis nya kali ini. Begitu berbeda. Seolah olah seseorang telah menghancurkan hati nya.
Diri nya terkujur kaku. Bingung. Tak bekutik.

" TULI YA LO ?!! ".
Satu kalimat berhasil membuat Felix bergerak keluar meninggalkan Trixie.
Felix terdiam kaku tepat di depan pintu kamar Trixie.
" What the fuck did just happend to her ? ".
Mata nya tak berkedip sekali pun. Pikiran nya kalut. Kening nya terkerut berpikir kencang.
Felix menuruni anak tangga perlahan. Juntaian langkah kaki nya lemah. Seperti orang tak bersemangat. Tatapan nya kosong namun dalam. Ia melangkah menuju kolam renang. Berniat menenagkan isi kepala dan hati nya. Diambil nya segelas beer yang maid nya suguhkan tadi.
Ia baru saja mendapatkan goresan baru di hati nya. Tak lain Trixie lah yang berhasil mengukir goresan itu.
" God damn it !! ".
Teriak Felix sembari menendang kursi kayu dipinggiran kolam. Hancur. Karena Felix menendang nya sekuat tenaga. Berdarah. Ya. Kaki nya berdarah. Ia mengusap wajah nya gusar. Mengacak rambut nya kasar. Suasana hati nya pagi ini sudah kalut. Sedih serta marah bercampur jadi satu. Diri nya benar benar dibuat bingung oleh Trixie.
Felix terduduk dipojokan kolam, air mata nya sudah mengalir sedari tadi, berbarengan dengan darah pada kaki nya. Ya. Kini ia menangisi kondisi diri nya dan juga Trixie. Bagaimana bisa seperti ini. Ini bukanlah yang ia inginkan.

Daddy Dark DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang