Bab 2

450 21 2
                                    

"Lupakan saja kalau yang barusan kamu ucapkan itu impian terbesar kamu. Kamu sendiri sudah tahu jawabannya kan? Mimpi kamu itu nggak akan terkabul! Jadi mendingan kamu cari mimpi lain deh". Kata Ethan santai, walau berbanding terbalik dengan hatinya yang sedang risau.

Kenapa sih, Ethan nggak menyerah juga? Batin Luna dengan geram.

"Kalau gue mau putus, gimana?"tantang Luna. Ia menatap mata elang Ethan yang menusuk.

"Luna !" Desis Ethan tajam.

"Apa sih? Manggil Luna-Luna? Gue nggak tahan banget sama lo, ngerti nggak? Gue itu sudah kesel, sebel, pusing, capek sama sikap lo yang mengekang. Gue bukan boneka yang bisa seenaknya lo atur-atur. Mending gue cari cowok lain yang lebih bisa menghargai kebebasan pacarnya. Kita putus! Pokoknya kita putus!" Omel Luna panjang lebar.

"KITA NGGAK AKAN PUTUS!" Tegas Ethan ketika emosinya mulai mencuat.

Dasar psikopat! Gerutu Luan dalam hati.

"Itu sih urusan Lo," Balas Luna tanpa minat.

Ia kemudian beranjak meninggalkan Ethan di deretan bangku kantin yang masih sepi karena murid-murid memang jarang sarapan di kantin.

Sementara itu, di bangkunya, Ethan menutup mata, rahangnya mengeras. Sekuat tenaga dia menahan amarah dan emosi agar dua mangkuk bakso di depannya yang sama sekali belum tersentuh, tidak akan melayang atau jatuh berserakan sebagai pelampiasan amarahnya.

***

Luna meremas-remas kasar foto Ethan yang sekarang sudah hancur ditusuk-tusuk jangka. Kalau saja Luna orang yang sadis, pasti sudah dari kemarin-kemarin Athan ia santet.

Drrtt...Drrtt...pergi kau ke ujung dunia, dehidrasi di gunung sahara, hilang di Segitiga Bermuda...Drrtt...

Ia melihat layar ponsel yang berkedip-kedip, walau sebenarnya tidak perlu, karena Luna tahu siapa yang menelponnya. Luna memang sengaja membuat _ringtone_ khusus di ponselnya lagu Gita Gutawa untuk panggilan dari Ethan.

Dengan geram, ia meletakkan ponsel asal-asalan dan langsung menjatuhkan diri ke kasur dengan wajah tertutup bantal sampai ketiduran.

Ketika terbangun sejam kemudian Luan melihat panselnya lagi. 27 missed calls and 5 new messages.

Lun, kok nggak diangkat sih telp nya?

km lagi di mana sih Lun? Kok gak denger 2 aku telp2in km dari tadi?

km lagi jlan sama cow Laen ya? Makanya km ga angkt2 telp aku?

Lun! Bales chat aku atau angkat telp aku!atau km mau aku tanyain ntar kalau kita ketemu!? Dan itu bakalan panjang ceritanya!

LUNA!!!

Luna tersenyum sinis saat membaca pesan yang semuanya dari Ethan.

"Nggak nyesel deh gue putus dari Lo!"guman Luna setelah membaca pesan-pesan Ethan yang mengintimidasi.

"Perlu bantuan pihak ketiga nih buat minta putus dari Ethan" pikir Luna kesal

Satu-satunya cara yang terpikir olehnya saat ini adalah papanya.

Dengan semangat baru, Luan meraih kembali ponselnya, menggenggamnya erat di dada seolah harapan terakhir hidupnya ada di dalam ponsel tersebut dengan langkah pasti berjalan keluar kamar Menuju kamar papanya.

Luna membuka pintu kamar papanya yang tak terkunci. Dengan jelas ia bisa melihat papanya terduduk di tepi kasur, tertunduk lesu.

"Pa?" Bisik Luna pelan. Papa yang tak menyadari kehadiran Luna sebelumnya, tersentak dan segera menatap Luna.

"Luna? Ada apa, Sayang? Sudah malam begini kamu belum tidur?" Tanya Papa gugup. Luna memperhatikan papanya berusaha menyembunyikan selembar kertas yang Luna yakini merupakan foto seseorang.

"Papa habis nangis, ya?" Tanya Luna khawatir.

"Oh, nggak kok, Sayang." Suara papanya yang gemetar dan terlihat ada bekas air mata di pipi papa belum kering.

"Apa sih yang papa Sembunyikan? Luna tahu kok kalau papa bohong," tuduh Luna.

"Papa kangen sama mamamu, Lun. Papa sangat mencintai dia. Tapi kenapa tuhan tega memisahkan kami begitu cepat?"papa tersendu.

Pelan-pelan Luna merasa air matanya mulai menitik juga. Ia begitu menyayangi papanya dan tak bisa sedikit pun melihat papanya menangis, terutama untuk hal-hal yang menyakitkan. Sejak bayi, Luna tak tahu bagaimana wajah mamanya, juga tak pernah merasakan belaian sayang mamanya.

Sewaktu kecil Luna hanya bisa iri memandang temannya yang di banggakan ibu masing masing karena bekal yang mereka bawakan dari rumah sangat lezet atau menceritakan pengalaman mereka bersama ibu mereka untuk menghabiskan akhir pekan.

Namun Luna tak pernah menyesali kenyataan bahwa ia hanya memiliki papanya. Papa merangkap menjadi apa pun yang Luna butuhkan pemimpin yang tegas, ibu yang lembut sampai curhat yang paling aman. Sosok mama tak pernah terbersit sedikit pun dalam benaknya ketika ia beranjak dewasa. Tapi Luan baru tahu bahwa mamanya pasti sangat istimewa untuk papanya.

"Yang tadi papa Sembunyikan itu foto mama kan?" Tanya Luna lembut.

"Luna boleh lihat, nggak? Biar Luna bisa ketemu Mama di mimpi. Siapa tau diam-diam Mama pengin ketemu Luna terus curhat kalau dia juga sangat sayang sama papa walau sudah berada di surga. Mama pasti bakal bilang kalau dia nggak suka papa sedih."

Papa Menggeleng pelan dan Luna berusaha menelan kekecewaan karena papa lagi-lagi tak mengizinkannya melihat foto mama.

"Kamu harus tidur. Tidak perlu memikirkan kecengengan papa ini ya?"

Luna hanya bisa mengangguk, tak ingin membantah.

Luna hanya bisa mengangguk, tak ingin membantah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Gimana part ini pada suka gak?

Aku setiap up hari Minggu yah, kalo hari Minggu aku gak up berarti aku sibuk, kalo punya waktu luang bakalan up deh!!!

Tunggu part selanjutnya !!!

Jangan lupa vote yang banyak ya💓💓💓💓

[13 mei 2023]

FAIRLY ✓[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang