Bab 21

192 12 1
                                    

"Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu, hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenanganmu,”

"Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu, hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenanganmu,”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Makasih ya Rei, udah nganterin pulang, Mau mampir dulu nggak?" tanya Luna melalui kaca jendela mobil Rei yang terbuka saat mobil itu berhenti tepat di depan rumah Luna.

"Nggak usah deh. Udah jam enam sore. Kapan-kapan aja ya," Jawab Rei setelah melirik jam tangan.

"Ya udah kalau gitu. Hati-hati di jalan ya. Jangan ngebut" Luna dapat merasakan pipinya memanas karena tidak bisa menahan diri untuk tidak memberikan perhatian pada Rei. Sementara Rei tersenyum tipis, senang juga diperhatikan.

"Tenang aja, gue bakalan hati-hati kok. Eh... Tapi, kapan-kapan boleh jalan bareng lagi kan?" tanya Rei penuh harap.

"Pasti!" jawab Luna langsung.

Rei tersenyum senang mendengar semangat yang terpancar dalam suara Luna. "Ya udah, gue pulang dulu ya. See you," kata Rei. Setelah Luna mengangguk, cowok itu mengemudikan mobilnya menjauh dari rumah Luna.Setelah mobil Rei hilang di pojokan jalan, Luna segera mengeluarkan ponsel dan terkejut melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Nadia. Ada 47 panggilan tak terjawab dan 1 SMS yang semuanya dari Nadia.

Luna membaca pesan dari Nadia dan sekarang ia merasa cemas campur ketakutan. Jadi Nadia tadi menelpon untuk hal sepenting ini?

"Baru pulang? Dianter sama Rei ya? Dari mana aja, sih?" Nadia menodong Luna dengan pertanyaan yang diucapkannya dengan nada super ketus. Matanya memancarkan amarah, dan tangannya berkacak pinggang dengan sikap menghina. Luna langsung mengelus-elus dada karena terkejut melihat Nadia telah membukakan pintu saat Luna sedang meraih kenopnya.

"Gue... habis dari toko buku," sahut Luna gugup.

"Ooh, toko buku. Terus, HP lo ke mana?" Jawab Nadia sebisa mungkin menutupi kemarahan dalam suaranya.

"Tadi HP-nya gue silent. Terus gue lupa ganti profilnya lagi. Maaf banget ya, Nad." Luna benar-benar merasa bersalah.

"Maaf itu gampang banget diucapin. Tapi asal lo tahu, kata maaf itu nggak akan bisa mengubah keadaan," lanjut Nadia. "LO TAU KENAPA BANYAK ORANG MASUK PENJARA? KARENA MAAF DAN PENYESALAN AJA NGGAK PERNAH CUKUP!"

"Kalau gitu kasih gue kesempatan buat benerin keadaan, Nad." Luna memandang Nadia dengan sorot penyesalan yang terpancar jelas di matanya.

"Kalau lo mau perbaiki keadaan, berarti perjanjian kita selesai. Mulai besok, keadaan akan kembali seperti sebelumnya. Lo adalah Luna, dan gue adalah Nadia. Dan itu berarti, lo harus benahi sendiri urusan lo sama Ethan," kata Nadia dengan suara lebih pelan namun penuh penekanan.

Nadia benar-benar marah dan kecewa. Alasan ke toko buku dan lupa ganti profil ringtone HP mungkin masih bisa Nadia terima. Tetapi Nadia nggak buta! Dia lihat siapa yang mengantar Luna tadi ketika mengintip dari jendela. Nadia juga memperhatikan bagaimana Luna melemparkan senyum malu-malu pada Rei. Yah, pukul kepada gue pakai vas bunga, kalau Luna nggak mulai naksir sama Rei!

FAIRLY ✓[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang