Bab 30

169 6 1
                                    

Up aku undur setiap Sabtu .

Sebelum baca jangan lupa vote.

Semoga harimu menyenangkan!!!


"Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenagamu"

"Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenagamu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
"Selamat pagi, mohon maaf kepada bapak-ibu yang sedang mengajar." Suara guru dari pengeras suara yang terhubung ke semua kelas menghentikan aktivitas di kelas. Para murid mendengarkan pengumuman baik-baik.

"Panggilan kepada Reihan Wijaya dan Nadia Kembar Arum kelas 12IPA2 agar dapat ke ruang Kepala Sekolah sekarang juga. Sekali lagi, perhatian kepada Reihan Wijaya dan Nadia Kembar Arum kelas 12IPA2 agar dapat ke ruang Kepala Sekolah sekarang juga. Terima kasih."

"Ada apa nih disuruh ke ruang kepsek?" celetuk salah seorang cowok.

"Barengan, lagi. Ciye, ciye... emang pasangan serasi. Jangan jangan mau dijodohin sama Pak Edwin tuh!" tambah yang lain. Di bangkunya, mendengar perkataan teman sekelasnya yang bernama Irfan itu, Priska tersenyum sinis.

"Sudah! Tenang-tenang!" perintah Bu Erna, guru seni yang sedang mengajar di kelas Nadia. "Silakan kalau kalian mau ke luar menemui kepala sekolah." Bu Erna mempersilakan Rei dan Luna dengan nada lembut. Rei dan Luna berjalan ke ruang Pak Edwin berdampingan. Namun sama-sama penasaran dengan alasan mereka dipanggil Kepala Sekolah.

"Kira-kira kenapa kita sampai dipanggil, Rei?" kata Luna khawatir.

"Gue nggak tahu, Nad. Tapi perasaan gue nggak enak banget deh," jawab Rei.

"Sama. Perasaan gue juga nggak enak. Gue yakin kita dipanggil karena ada masalah serius," kata Nadia. Rei mengangguk pelan, setuju dengan perkataan Luna. Mereka lebih terkejut lagi saat di ruang Kepala Sekolah bukan cuma ada Pak Edwin. Tetapi ada Bu Ria juga, guru BK yang berwibawa itu.

"Silakan duduk, Rei dan Nadia." Pak Edwin mempersilakan.

Nadia dan Rei duduk di kursi yang berhadapan dengan Pak Edwin "Kalian tahu kenapa dipanggil ke sini?" tanya Pak Edwin tenang, namun matanya memancarkan kemarahan dan kekecewaan. Luna dan Rei menggeleng menjawab pertanyaan Paka Edwin, karena memang tidak tahu kesalahan apa yang mungkin diperbuat sampai harus berhadapan dengan Kepala Sekolah tanpa melalui guru BP terlebih dahulu.

"Baiklah, akan saya beritahu," kata Pak Edwin masih purabpura tenang. "Tolong serahkan itu pada mereka, Bu Ria!" perintah Pak Edwin.

Rei dan Luna pun segera mendapati lima lembar foto seukuran kartu pos di meja. Foto-foto tersebut diletakkan terbalik di meja tepat di depan Luna dan Rei.

"Kalian tahu itu foto apa?" tanya Pak Edwin. Ada kemarahan terpancar dari suaranya. Rei dan Nadia menggeleng lagi, sama sekali tak punya bayangan mengenai isi foto tersebut.

FAIRLY ✓[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang