Bab 6

264 16 2
                                    


"Nad, Mama mau ke Bandung ya," kata Mama di sela sarapan.

"Uhuk.. uhuk..." Sop ikan yang sedang Nadia kunyah tiba tiba membuatnya tersedak karena terkejut mendengar perkataan Mama.

"Hati-hati dong, Nad," kata Mama sambil menepuk-nepuk punggung Nadia dan menyodorkan air.

"Mama mau ke Bandung? Uhuk... ngapain?" tanya Nadia setelah menenguk banyak-banyak air.

"Urusan bisnis. Ada yang mau buka waralaba butik Mama. Lumayan lho untungnya. Makanya, sekarang ini Mama mau bantu survei tempat di sana yang kira-kira cocok."

Nadia mengangguk-angguk mengerti.

"Lama nggak kira-kira, Ma?"

"Nggak kok, nggak sampai seminggu"

"Kapan Mama perginya?"

"Hari ini, sekitar jam sepuluh nanti."

"Hari ini? Kok buru-buru banget sih, Ma?"

"Ini juga jadwalnya mendadak banget, Sayang, Kebetulan kan ini hari Minggu, jadi daripada menunda-nunda pekerjaan. lebih baik diselesaikan sekarang supaya cepat selesai, mamanya memberikan alasan. Tak ada yang bisa Nadia lakukan selain mengangguk memberikan izin. Mamanya memang sudah seringkali meninggalkannya di rumah sendirian untuk urusan pekerjaan.

Pukul setengah sepuluh, Mama pamit untuk pergi. Nadia meminta mamanya untuk mengabari kalau sudah sampai. "Mama pergi dulu, Nad, pamit Mama.

"Ya. Mama hati-hati di jalan, ya. Jangan lupa oleh-olehnya."pesan Nadia mengingatkan sang mama.

Mama mengiyakan sambil tersenyum manis. "Tenang saja, nanti Mama bawakan kamu kejutan dari sana,"janji mamanya.

***

"Papa mau ke mana? Rapi banget..." tanya Luna heran saat melihat papanya terlihat keren siang ini.

"Ke danau, Lun. Mancing sebentar," jawab Papa ringan.

"Kok tumben mau mancing? Ada sesuatu' ya?" goda Luna.

Papa tersenyum lebar. "Mau menenangkan diri saja. Capek kerja berhari-hari. Mumpung libur," jawab Papa. Memancing memang menjadi sarana efektif untuk banyak hal, termasuk melatih kesabaran dan menenangkan pikiran. "Oooh... Bawa ikan yang besar ya, Pa. Kalau bisa ikan tongkol."

Papa tertawa. "Memangnya Papa mau mancing di laut?"

"Oh ya, Luna lupa tongkol hidupnya di laut."balas luna

Papa tersenyum sambil geleng-geleng. "Ya sudah, Papa pergi dulu ya," pamitnya.

***

Mobil yang ditumpangi Ratna mulai menapaki Bandung setalah beberapa jam yang melelahkan. Matahari kini benar-benar sudah berada di puncaknya. Ratna ditemani Dewi, perempuan yang membeli franchise butik Ratna, langsung menuju tempat cabang butiknya akan dibuka untuk melihat-lihat situasi dengan teliti.

Lokasi yang cukup strategis, di pinggir jalan dekat area nongkrong anak muda sekitar. Pasti banyak yang akan mengunjungi butiknya jika benar-benar membuka cabang di sini.

Sebelum menyelesaikan urusan lain tentang pembukaan cabang barunya, Ratna memutuskan untuk pergi sebentar ke sebuah tempat penuh kenangan saat ia masih tinggal di kota ini.

Dulu.

Dulu sekali.

Rama memerintahkan Pak Hadi, sopir pribadinya, untuk pergi ke danau rekreasi tak jauh dari situ. Walaupun nyaris dua puluh tahun tidak menginjakkan kaki di Bandung dan kota itu mengalami perubahan yang pesat, Rama masih hafal jalan tempat

FAIRLY ✓[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang