Bab 36

168 6 2
                                    

" Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenagamu "

" Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenagamu "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Mama sama sekali tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran kalian berdua, Luna, Nadia!" Mama berkata dingin, memandang Luna dan Nadia yang duduk bersebelahan di depannya secara bergantian. Sorot mata Mama sama dingin seperti nada suaranya.

Nadia hanya diam, sementara Luna agak gelisah. Nadia sudah tidak peduli lagi dan memilih untuk tak banyak bicara. Mereka berdua dipanggil Mama ketika Luna selesai menceritakan semua permasalahan. Bahwa yang membuat masalah di sekolah bukan Nadia melainkan Luna. Bahwa yang pergi kemping selama ini bukan Luna melainkan Nadia. Bahwa kepura- puraan mereka di sekolah ini sudah berlangsung sebulan lebih. Walau Luna sendiri tidak mengungkapkan secara spesifik alasan dari pertukaran mereka. Hanya sekadar penasaran bagaimana rasanya menjadi orang lain.

"Maaf, Ma," kata Luna lirih.

"jadi semua ini salah Luna, bukan Nadia." Mama mendesah lelah. "Mama benar-benar kecewa sama kalian berdua. Jadi masalah di sekolah bagaimana? Tidak mungkin menceritakan ini pada Kepala Sekolah. Nama kamu juga sudah kadung rusak, Nadia." Mama tidak bermaksud memihak Nadia, hanya merasa agak prihatin.

Nadia sekali lagi hanya diam sambil menunduk. Mama benar, sudah tidak ada yang bisa dilakukan. Jadi lebih baik terima saja, tidak usah gegabah dan malah membuat segalanya jadi lebih kacau.

"Jangan bilang Papa soal masalah ini," saran Mama dengan nada yang lebih bijak. Naluri keibuan membuatnya tidak tega membuat kedua anaknya terpuruk dalam kesedihan dan penyesalan. "Papa kalian pasti marah dan kecewa sekali kalau sampai tahu."

Nadia dan Luna kontan serempak mendesah lega. Kalau Papa sampai tahu, pasti masalah ini akan jadi lebih parah lagi.

"Makasih banyak ya Ma," kata Luna terharu.

Mama mengangguk, tapi menambahkan dengan serius. "Tapi Mama mulai sekarang nggak mau dengar kalian main pacar-pacaran lagi sampai kalian lulus! Ini serius! Kalau sampai hal memalukan begini terjadi lagi, Mama pastikan Papa kalian akan tahu! Mulai sekarang kalian juga nggak boleh pergi lebih dari jam enam sore. Harus bantuin Mama beres-beresin rumah setiap hari Minggu, dan uang jajan kalian akan Mama potong setengah selama sebulan. Mengerti?"

Nadia dan Luna berpandangan sejenak, kemudian mengangguk pasrah. "Oke, Ma." jawab mereka kompak.

"Sepakat. Dan mulai besok, di sekolah, hiduplah normal. Jadi diri kalian sendiri, supaya tidak ada masalah lagi," pinta Mama menasihati tanpa tahu bahwa besok perjanjian di antara anak kembarnya itu memang sudah resmi berakhir.

FAIRLY ✓[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang