Bab 32

174 8 4
                                    

"Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenagamu"

***

"Den Ethan."

"Hah? Ethan bilang nama saya Nadia?!" Nadia benar-benar tidak percaya, ia yakin ada permainan di balik semua ini. Sebelumnya, bahkan hingga tadi siang, Ethan bilang nggak percaya kalau ia bukan Luna. Ethan mengucapkan itu dengan nada sangat yakin, tapi... kenapa keadaannya jadi begini?

"Betul, Non. Kalau bukan Den Ethan yang bilang, Bi Lastri mana bisa tahu?" kata Bi Lastri polos. Nadia tidak bisa mencerna kata-kata Bi Lastri lagi karena pikirannya penuh dengan teka-teki tak terpecahkan.

"Kalau gitu, saya mau pulang sekarang aja, Bi. Tolong kasih tahu jalan keluar dari rumah ini!" kata Nadia, suaranya panik.

"Tapi, Non..."

"Tolong banget Bi, saya bener-bener harus keluar dari rumah ini sekarang juga. Saya ini diculik, tahu!" Bi Lastri kelihatan bingung, tak tahu mesti bagaimana menghadapi Nadia yang sekarang mulai terisak.

"Bentar lagi Den Ethan pulang, Non. Nanti kalau Den Ethan nyariin, gimana? Dia bilang saya harus terus jagain Non. Jangan biarin Non Nadia pulang sebelum Den Ethan datang. Bi Lastri berusaha menyakinkan Nadia dengan suara yang menenangkan.

"Saya nggak peduli Bi! Kalau Bibi nggak mau ngasih tahu pintu keluarnya ya sudah, saya bisa cari sendiri!" kata Nadia sambil berdiri dari duduknya. Ia kemudian berjalan melintasi vila itu dan mencoba mencari pintu keluar. Bi Lastri terus mengikuti Nadia dan mencoba menahan Nadia. Berulang kali Bi Lastri menahan tangan Nadia yang dengan mudah dapat ditepis. Tak lama kemudian Nadia berhasil menemukan pintu keluar, berukuran lebih besar dari seluruh pintu yang ada, di sampingnya terdapat dua jendela besar dengan tirai terbuka hingga memperlihatkan pemandangan luar rumah. Terlihat air hujan membasahi tanaman hias yang di kebun depan. Dengan kelegaan luar biasa, Nadia berlari-lari kecil menuju pintu tersebut dan...

Ceklek!

Tiba-tiba pintu terbuka, tepat saat Nadia sedang meraih kenop pintu. Gerakan Nadia langsung terhenti saat melihat siapa yang berdiri menjulang di depannya. Ethan! Rambut cowok itu basah akibat hujan di luar. Di tangannya sudah ada kantong plastik supermarket besar berisi berbagai macam camilan.

"Mau ke mana?" tanya Ethan sambil tersenyum. Nadia tidak menjawab karena kepalang panik. Ethan kemudian berjalan maju mendekati Nadia yang otomatis mundur menjauh untuk merentangkan jarak.

Tetapi gerakan itu trik Ethan. Setelah posisi berdiri Nadia cukup jauh dari pintu tersebut, Ethan segera mengunci pintu rapat-rapat lalu memasukkan kunci rumah ke saku celananya. Cowok itu tersenyum geli, melihat Nadia begitu pucat karena tidak bisa kabur. Ethan beruntung, karena berhasil pulang sebelum Nadia bisa pergi.

Nadia dapat melihat di balik senyum yang menyebalkan itu, Ethan sebenarnya begitu lelah. Perkiraan Nadia memang benar, mengingat sebagian besar waktu di hari ini sudah Ethan habiskan dengan menyetir mobil dari Jakarta ke Bandung, juga menyusuri hutan untuk mencari Nadia. Ia sama lelahnya dengan Nadia, bedanya Ethan cukup kuat untuk tidak pingsan.

FAIRLY ✓[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang