"Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu, hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenagamu,"
***
"Udah masuk sekolah, Nad?" sambut Rei senang, saat melihat Luna masuk ke kelas mereka.
"Makasih, Rei." Luna tersenyum tipis.
"Harusnya gue..."
"Minta maaf?" potong Luna langsung. "Harus berapa kali gue bilang, ini bukan salah lo. Salah gue sendiri nggak hati-hati." Luna mendesah pelan tanpa kentara. Ini memang salahnya. Seandainya ia tidak mengkhianati perjanjian dengan Nadia, kembarannya itu tidak akan bertemu dengan Rei di toko buku, lalu mereka tidak akan pergi ke pantai dan Nadia juga tidak akan kecelakaan.
"Kalau nggak boleh minta maaf, gue mau ngucapin makasih karena lo baik banget nggak nyalahin gue." Rai masih berusaha mengungkapkan penyesalannya. Luna tersenyum, kemudian mengangguk mengiyakan.
"Oh nanti sore, mau makan di tempat yang dulu itu ya, nggak? Gue yang traktir," ajak Rei.
Luna memikirkannya sebentar. Waktu berlalu sangat cepat, mungkin ia harus menikmati saat-saat bersama Rei sebelum semuanya berakhir dan tidak ada kesempatan lagi untuk pergi berdua. Luna menanggapi ajakan Rei dengan anggukan, yang disambut oleh senyum manis cowok yang ditaksirnya itu.
"Oke deh!" seru Rei bersemangat.
***
"Kamu mau makan apa, Lun". tanya Ethan di food court salah satu mall sepulang sekolah. Di depan Ethan dan Nadia ada beberapa restoran cepat saji dengan makanan yang terlihat enak-enak, apalagi ini. saat mereka sedang sangat lapar seperti saat Pertama, ada warung bakso, lalu KFC, dan restoran Jepang dengan desain interior klasik serta mewah. Masakan Jepang kelihatannya cukup enak. Lagiankan harganya pasti lebih mahal, biar bangkrut deh Ethan bayarnya.
Nadia mengikik dalam hati. Tapi Ethan kan tajir, pasti nggak berat juga buat cowok itu membayar.
"Gue mau makan di sana aja," jawab Nadia sambil menunjuk restoran yang dimaksud.
"Oke." Ethan tersenyum tipis, kemudian menggerakkan tangan untuk menggandeng Nadia dan langsung ditepis.
"Nggak usah pegang-pegang gue deh!" bentak Nadia. Ethan menurut, tak lagi mencoba meraih tangan Nadia dan membiarkan ceweknya itu berjalan duluan.
"Selamat siang, makan di sini atau take away?" Di depan pintu restoran, seorang pelayan yang memang tugasnya menyambut tamu berbicara pada Ethan dan Nadia. Nadia tersenyum tipis sambil celingukan mencari tempat kosong di restoran yang sepertinya cukup ramai itu.
Tiba-tiba mata Nadia menyusuri bagian sudut belakang res toran dan terkejut. Ada Luna bersama Rei! Nadia merasakan kakinya beku. Nggak menyangka Luna bakal tega melakukan hal seperti ini lagi padanya. Padahal baru kemarin Nadia kecelakaan, dan baru kemarin juga Nadia memergoki Luna janjian berdua Rei.
Nadia pun sadar, nggak aman kalau sekarang ini masih berada di depan restoran. Ethan nggak boleh sampai melihat Luna yang asli bersama Rei. Buru-buru, Nadia menarik Ethan sedang memilih-milih dari katalog menu yang ditawarkan oleh penjaga restoran. Ethan terkejut, namun tetap mengikuti Nadia.
"Ada apaan sih, Lun?" tanya Ethan heran saat mereka di depan eskalator.
"Nggak apa-apa, kok. Cuma gue tiba-tiba nggak pengen makan di sana aja."
Sepertinya Ethan tidak begitu saja percaya dengan alasan yang diberikan Nadia. "Jadi, mau makan di mana?" tanya Ethan lembut, mencoba menekan kecurigaannya.
"Di warung kaki lima aja deh," kilah Nadia. Suaranya mulai aneh menahan perasaan yang berkecamuk di dada. Ethan hanya mengangguk tanpa bicara sepatah kata pun.
Mereka berjalan keluar dari mal, menyusuri pinggiran jalan raya menuju warung kaki lima terdekat. Tetapi Nadia terus melamun. Dia bener-bener tak habis pikir dengan sikap Luna. Sekarang Nadia jadi yakin kalau Luna benar-benar punya perasaan khusus untuk Rei.
Nadia juga kesal pada dirinya sendiri. Kenapa dia tidak bisa bilang tidak saat Luna mengajukan tentang tukar tempat. Wajah Luna yang melas dan sangat tertekan membuatnya tidak tega. Tetapi sekarang, rasa sesalnya memuncak.
"Makan di sini?" tanya Ethan. Nadia mengangguk pelan, mengikuti Ethan masuk ke satu warung. Pikiran Nadia melayang dan Ethan tampak menyadari itu.
"Mau makan apa?" tanya Ethan lagi saat mereka telah duduk di dalam.
"Terserah aja," jawab Nadia murung. Dia kehilangan nafsu makannya.
"Ya udah, gue pesenin ya?" Ethan berdiri dan mendatangi penjual untuk memesan. Tak lama, Ethan kembali ke tempat mereka duduk. Ethan terlihat menahan penasaran keanehan Nadia tadi. Tapi sepertinya ia mencoba untuk tidak bertanya terlalu banyak agar Luna tidak terganggu.
Hal itu membuat Nadia berpikir bahwa pada dasarnya, Ethan memang benar-benar cowok yang baik dan perhatian. Hanya caranya untuk mengungkapkan perasaan yang salah. Masa lalu memang dapat menentukan karakter seseorang. Mungkin masa lalu Ethan telah menjadikannya orang yang bersifat posesif, kasar, dan ambisius.
Lima belas menit berlalu...
"Lo kenapa sih, Lun?" tanya Ethan akhirnya. Nadia yang sedari tadi menunduk dan melamun, tiba-tiba mendongak dan menatap Ethan dalam-dalam.
"Ehm... kalau gue bilang bahwa gue bukan Luna, lo bakal percaya?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRLY ✓[REVISI]
Short StoryNadia yang ceroboh dan pemalas tinggal di Jakarta hanya bersama mamanya. Nadia mematung mendapati seraut wajah serupa dengannya di ruang tamu. Apakah Nadia akan terima jika selama ini mempunyai saudara perempuan yaitu bernama Luna yang rajin dan pin...