Bab 26

149 11 2
                                    

"Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenagamu"

"Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenagamu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*

**

"Ehm... kalau gue bilang bahwa gue bukan Luna, lo bakal percaya?" tanya Nadia pelan. Perasaannya yang kacau membuat pertanyaan gila itu muncul begitu saja.

Ethan nggak langsung menjawab dan kelihatan berpikir sebentar. Wajahnya tidak tampak kaget, tapi cenderung seperti sedang menyusun kata untuk menjawab pertanyaan Nadia.

"Gue bisa bilang kedua-duanya gue percaya tapi nggak percaya," jawab Ethan, membuat kening Nadia berkerut bingung mendengar jawaban seperti itu.

"Maksud lo apa?"

"Kadang sifat lo nggak mirip sama Luna yang gue kenal dulu. Tapi kadang-kadang mirip juga," jawab Ethan. "Wajah lo yang persis kayak Luna, nggak menandakan kalau lo palsu," urai Ethan.

"Jadi, apa kesimpulan lo? Gue ini Luna atau bukan?" desak Nadia penasaran.

"Gue nggak punya kesimpulan apa-apa," jawab Ethan misterius.

Nadia diam. Walau secara lisan Ethan bilang nggak punya kesimpulan apa-apa, tetapi dalam hati Ethan pasti sudah punya kesimpulan sendiri. Sepertinya cowok itu ingin menyimpan kesimpulan itu sendiri.

Tetapi Nadia sama sekali tidak takut kalau pada akhirnya Ethan tahu semua. Karena itu berarti drama tukar tempatnya akan berakhir meski belum sebulan. Tapi memikirkan tentang memberitahu Ethan saja sudah membuatnya jadi saudara kembar yang sangat jahat.

Tetapi mau gimana lagi? Nadia kesal karena Luna sering berbohong dan menyakiti hatinya. Kenapa dia nggak boleh melakukan hal yang sama pada Luna?

"Tapi kalau seandainya gue bukan Luna, apa yang bakal lo lakuin?" tanya Nadia lagi. Kali ini benar-benar berharap ada jawaban yang memuaskan dari Ethan.

"Tergantung," jawab Ethan santai.

"Tergantung apa?"

"Tergantung siapa yang gue sayang saat itu," jelas Ethan, air mukanya benar-benar serius sekarang.

"Gue nggak begitu paham maksud lo," komentar Nadia, membuat Ethan tertawa pelan.

"Kalau seandainya lo benar-benar bukan Luna, tapi gue merasa sayang sama lo, gue bakal tetap perjuangin lo," jelas Ethan. Matanya menatap tajam tepat ke manik mata Nadia sampai cewek itu merinding.

"Kalau gue bukan Luna dan gue nggak sayang sama lo?"

"Kalau gue menyerah sama alasan klise begitu, jangan panggil gue Ethan," sambut Ethan menjawab tantangan Nadia. Sedangkan Nadia malah terdiam, pelan-pelan menelan ludah. Kalau begini masalahnya, gawat banget!

"Kalau begitu, Luna yang sebenarnya bakal lo tinggalin?" tanya Nadia setelah beberapa lama berpikir.

"Ya!" jawab Ethan mantap.

"Berarti, lo termasuk cowok yang nggak setia ya? Giliran ada yang baru, yang lama dibuang," komentar Nadia pedas.

"Gue gampang suka sama orang " Jawab Ethan santai.

"Tapi gue sama sekali nggak gampang sayang sama orang." Ethan mengembangkan senyum sinis saat menjawab kata-kata Nadia. "Lagi pula, kalau gue tiba-tiba sayang sama lo, terus ternyata lo bukan Luna, berarti bukan salah gue dong kalau sampai ninggalin Luna. Salah kalian sendiri karena main-main sama gue." Ethan bicara lagi, walaupun diucapkan dengan lembut dan penuh perhatian, Nadia dapat melihat mata Ethan berkilat aneh penuh ancaman.

"Oh." Nadia kehabisan kata-kata. Lalu suasana di antara mereka pun jadi canggung, keduanya cukup lama terdiam. Untungnya makanan yang dipesan Ethan kemudian datang, setidaknya membantu mereka sedikit mencairkan kebekuan.

"Makasih," kata Ethan pelan pada pengantar makanannya. Cowok itu lalu menyodorkan sepiring nasi goreng seafood kepada Nadia kemudian mulai memakan nasi gorengnya sendiri.

Melihat nasi goreng itu, Nadia semakin tidak nafsu makan. Bukan karena jijik melihat tampilan makanan kaki lima, tapi karena Nadia melihat di bagian atas nasi goreng itu... ada udang! Gawat, Nadia kan alergi udang!

Melihat Nadia hanya diam memandangi nasi pannya, Ethan jadi agak heran.

"Kenapa nggak dimakan?" tanya Ethan lembut.

"Kenapa lo nggak bilang kalau bakal pesan nasi goreng seafood buat gue?" gerutu Nadia. Di Sebal membayangkan tubuhnya bakal merah-merah dan panas dingin kalau nekat memakan nasi goreng ini. "Tadi katanya terserah gue aja mau pesan apa. Jadi ya gue itu." Ethan berusaha membela diri.

"Tapi kan gue alergi udang!" Tanpa sadar Nadia pun nyaris memekik.

Ethan tersenyum lembut dengan sorot mata meminta maaf. "Bukannya lo paling suka sama udang?" tanya Ethan memasang wajah terkejut.

Kali ini giliran Nadia yang terkejut. Jadi, selama ini Luna suka udang? Gawat! Kalau Nadia bilang sekarang ini dia suka banget sama udang, berarti Nadia harus memakan nasi goreng di depannya. Selain kulit Nadia bakal merah-merah, bentol-bentol, plus gatal, rahasia Luna dan Nadia juga bakal terbongkar.

Tetapi kalau Nadia mempertahankan fakta bahwa dia alergi udang, maka rahasianya dan Luna bakal lebih mudah lagi terbongkarnya.

Setelah cukup lama bingung, Nadia pun memutuskan untuk memilih satu dari dua alternatif yang sama-sama menyesatkan dan berakibat buruk itu. Dilihatnya Ethan yang masih menatapnya dari tadi, menuntut penjelasan.

"Lo salah, Than! Gue alergi sama udang. Nah, sekarang apa yang lo pikirin? Jelas-jelas gue bukan Luna kan?" tanya Nadia nyaris histeris. Tanpa menunggu respons Ethan, Nadia langsung beranjak.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

FAIRLY ✓[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang