"Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenagamu"
***Nadia terus berlari menembusi hujan yang makin deras. Tanpa tahu di mana dirinya berada. Yang terpenting sekarang terbebas dulu dari Ethan dan semua rencana yang ada dalam otak cowok itu.
Alasan Ethan menculik dari acara kemping sekolah dan membawanya kabur ke vila di luar kota ini pasti bukan untuk hal Iyang positif. Cowok itu pasti berniat macam-macam, batin Nadia.
Sekian lama, Nadia baru sadar kalau sekarang telah jauh memasuki hutan yang sebelumnya terletak di kiri dan kanan jalan. Ia tidak ingat arah datangnya tadi, yang berarti Nadia juga tidak harus menuju ke mana untuk kembali ke mobil Ethan. Semua pohon terlihat sama dan sepertinya Nadia hanya berputar di tempat yang itu-itu saja tanpa melihat ada jalan keluar. Kemungkinan Nadia nggak akan bisa keluar dari hutan ini dan Nadia nggak bisa membayangkan kemungkinan terburuk apalagi yang bisa menimpanya. Ini semua gara-gara Ethan dan Luna juga! Kalau sampai nggak selamat dari hutan ini, Nadia bersumpah bakal jadi roh gentayangan yang mengganggu hidup Luna dan Ethan selamanya.
Namun saat melangkah hampir dua ratus meter lagi, kaki Nadia sudah tak kuat lagi menopang tubuhnya. Nadia limbung dan akhirnya jatuh berlutut di tanah hutan belantara itu.
***
Sekali lagi, Luna membaca ulang surat pemanggilan orang tua yang Nadia kan diberikan Kepala Sekolah, sambil berbaring di kasur yang malam ini menjadi miliknya untuk menyempurna penyamaran. Tadi Luna sudah berhasil bilang Mama, sekolahnya mendadak mengadakan rapat guru jadi seluruh muridnya diperbolehkan pulang lebih awal.
Luna masih bingung memikirkan cara memberikan surat ini ke orangtuanya. Karena yang dipertaruhkan sebenarnya bukanlah nama Luna, melainkan Nadia! Luna nggak bisa membayangkan betapa marah Nadia nanti kalau sampai tahu kejadian ini. Hal yang benar-benar memalukan, merusak nama baik di depan guru, sekolah, dan orang tua!
Tetapi Luna tetap harus menyerahkan surat ini ke Mama atau Papa. Kalau tidak, maka masalahnya bisa jadi tambah gawat. Sampai tidak memenuhi panggilan Kepala Sekolah, maka hukuman yang diterima Nadia nanti akan jadi semakin berat. Akan lebih buruk lagi kalau pihak sekolah menghubungi orang tuanya secara langsung. Mereka akan jauh lebih marah karena Luna tidak bersikap jujur dan menjadi pengecut sejati.
Luna mendesah, kepalanya pusing dan pikirannya penuh. Ia pejamkan mata, mencoba menenangkan diri sejenak. Setelah merasa sudah cukup sore, Luna memberanikan diri keluar dari kamar Nadia dan pergi ke dapur, mendatangi Mama yang sedang memasak.
"Ma?" panggil Luna ketika sampai di dapur. Mama yang sedang sibuk menguleni, tersenyum pada Luna.
"Ada apa, Nad?"
"Besok di sekolah ada rapat orang tua. Mama atau Papa bisa datang kan?" Luna mencoba berbohong, sebisa mungkin membuat suaranya terdengar ceria agar mamanya tidak curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRLY ✓[REVISI]
Short StoryNadia yang ceroboh dan pemalas tinggal di Jakarta hanya bersama mamanya. Nadia mematung mendapati seraut wajah serupa dengannya di ruang tamu. Apakah Nadia akan terima jika selama ini mempunyai saudara perempuan yaitu bernama Luna yang rajin dan pin...