Bab 18

192 13 0
                                    


"Minta tur keliling Eropa selama setahun, Nad!" Luna member saran kepada Nadia setelah mendengar kejadian yang kembarannya tadi siang alami.

"Tur keliling Eropa sih terlalu gampang," tolak Nadia. la menjatuhkan diri di kasur dengan wajah ditutupi bantal berbentuk hati. Pusing! Jangankan cuma tur keliling Eropa, bulan saja mungkin Ethan masih sanggup bayar. Nadia tahu pasti kalau Ethan itu tajir banget!

"Kalau gitu, lo minta pesawat luar angkasa aja sekalian. Biar susah tuh si Ethan," Luna mencoba memberi saran lagi. Lans yang tadi duduk di sofa kecil Nadia, sekarang pindah duduk di kasur Nadia.

"Yaaah! Lo nggak bakal biarin Ethan mikir lo itu cewek gila kan, gara-gara permintaan itu?" tolak Nadia lagi.

"Ya udah deh. Terserah lo aja mau minta apa," kata Luna santai. Mendengar nada bicara Luna barusan, Nadia jadi terkejut.

"Maksud lo apaan sih, Lun? Kok lo sekarang jadi nggak peduli lagi sama Ethan dan gue? Inget ya Lun, semua yang gue lakuin ini berpengaruh buat lo nantinya. Jadi, jangan main-main." Nadia mengingatkan dengan nada tajam. Luna nggak menjawab. Namun dalam hati merasa bersalah juga. Kenapa bisa begitu ya? Sekarang Luna benar-benar nggak peduli sama Ethan dan malah mulai menikmati peran menjadi Nadia yang hidup tanpa beban di sekolah. Apalagi waktu Luna sadar banget kalau sudah bebas dari Ethan seutuhnya, karena ada Nadia yang menggantikan posisinya.

"Sori deh. Maksud gue... gue percaya apa yang jadi keputusan lo itu pasti yang terbaik," ralat Luna dengan nada yang lebih bersimpati.

"Gue kira karena lo udah nggak peduli lagi sama kehidupan lo sendiri," kata Nadia sambil bangkit dan ke luar kamar. Luna ternyata tidak dapat memberikan solusi apa pun seperti yang la harapkan. Malah membuatnya jadi begitu geram.

***

Cerahnya langit pagi ini membuat Nadia tidak punya alasan untuk nggak masuk sekolah. Apalagi dengan suhu badan yang normal, Nadia nggak bisa beralasan sakit. Harusnya Luna yang yang mengalami kebingungan. Kembarannya itu yang mestinya pusing memikirkan cara supaya masa depannya tetap cerah. Tetapi bukannya bingung, takut apalagi menunjukkan perilaku orang dengan trauma, tertekan, dan sebagainya, Luna malah terlihat santai-santai saja.

Kalau Nadia jahat, ia bisa aja minta hal yang paling gampang buat dikabulkan Ethan. Tetapi artinya kehidupan Luna bakal terganggu. Nadia ternyata nggak setega itu. Lagi pula, yang akan jadi pacar Ethan sampai satu semester ini kan dirinya, bukan Luna. Jadi terpaksa deh, sejak semalam Nadia nggak tidur buat mikirin ini.

Tiba-tiba Nadia menyeringai. Pengorbanannya sampai tidak tidur ternyata membuahkan ide yang sangat brilian. Ide yang tidak memerlukan uang besar, juga tidak membutuhkan perjalanan ke luar angkasa. Tetapi ide yang butuh keberanian besar untuk menjalaninya. Untuk bilang "Ya, gue penuhi keinginan lo!"

***

"Sekarang, apa permintaan lo?" tanya Ethan saat jam istirahat tiba, Sebelumnya cowok itu juga sudah menyeret Nadia ke tempat yang sama ketika memberikan penawaran kemarin.

"Gue nggak yakin kalau lo bakalan bilang iya, Nadia meremehkan."gue yakin Columbus bakalan punya saingan baru yang bilang kalau bumi udah nggak bulat kalau sampai lo bilang"batin Nadia sombong.

"Bilang aja, dan gue bakalan jawab 'ya'!" kata Ethan yakin, cowok itu agak kesal karena merasa kalau Luna terlalu menganggap remeh dirinya. Nadia tersenyum misterius menanggapi keberanian Ethan itu.

30 detik berlalu...

"Cepat bilang deh!" desak Ethan. Nadia masih senyum-senyum misterius, biar kesannya lebih ngeri gitu, lho. "JANGAN BIKIN GUE EMOSI, LUN!" bentak Ethan.

"Oke, oke. Gue mau lo..." Nadia sengaja menggantungkan kalimatnya

"Apa" desak Ethan.

"MATI!" Nadia menjawab lantang.

Deg!

Ethan terkejut."Mati Benar-benar permintaan yang gak masuk akal", Ethan membatin.

"Ya... atau tidak?" Nadia tersenyum menang. Dalam hati memuji kepintarannya kali ini. Kalau sampai Ethan tidak meyanggupi, maka cowok itu harus pergi, dan keadaan akan kembali seperti semula. Keadaan di mana Luna akan tetap menjadi Luna, dan sebaliknya. Ditambah lagi ia akan men. dapatkan jepit rambut Luna yang dijadikan tambang emas untuk memperalat Nadia. Ethan tak langsung menjawab dan berpikir sejenak. Kalau dirinya menyanggapi dan benar-benar mati, percuma saja, dong! Dia tidak akan dapat apa-apa di alam kubur sana. Tetapi ketika akhirnya Ethan menjawab tantangan itu, gantian Nadia yang terkejut.

"Ya!" kata Ethan lantang.

"Hah?! Lo sanggup?" Nadia meyakinkan diri. Apa sih yang ada dalam pikiran Ethan sekarang? Menerima tantangan untuk hal mustahil seperti ini! Lagi pula, Nadia memang tidak mengharapkan Ethan bersedia menerima tantangannya. Karena kalau Ethan benar-benar mati, maka Nadia pasti akan dihantui rasa bersalah seumur hidup. Belum lagi kalau Ethan memutus kan untuk gentayangan, bisa gawat tujuh turunan nih nasib Nadia!

Ethan tersenyum sinis melihat keterkejutan Nadia. Dengan lembut cowok itu memegang kedua pundak cewek yang amat dipujanya itu, kemudian Ethan mendorong Nadia rapat ke din-ding koridor dan dikurung dalam dua rentangan tangannya. Ethan menatap lekat manik mata cewek di depannya yang melebar karena ketakutan.

"Gue terima tantangan lo untuk mati," katanya lembut. "Terus, lo kaget? Sebagai orang yang pernah jadi pacar gue, harus nya lo tahu dong. Sayang. Gue kan nggak bisa ditantang."

Ethan meneruskan kata-kata sambil tersenyum manis. Dengan lembut dan gemas mengacak-acakan rambut Nadia, tanpa peduli wajah di depannya yang kini jadi pucat.

Nadia mendorong tubuh Ethan jauh-jauh saat dirasakan wajah mereka berjarak semakin dekat. Bahkan Nadia dapat merasakan desah hangat napas Ethan di wajahnya. Setelah berjarak cukup jauh, Nadia berbicara dengan nada ketus, "Nggak akan ada yang bisa ngerti sikap lo!" Ethan tersenyum.

"Kalau bener begitu, tunggu kejutan dari gue, Sweetheart kata Ethan, kemudian cowok itu balik badan dan berlalu dengan bahu tegak penuh kemenangan. Nadia menatap kepergian Ethan dengan kening berkerut. Cepat sekali keadaan berbalik. Sebelumnya ia yang meninggikan dagu dengan bahu tegak tak terkalahkan. Sekarang ia berdiri sendirian di koridor yang sepi dengan bahu merosot ketakutan.

Nadia benar-benar syok. Kejutan? Pasti Ethan sudah punya rencana cukup licik dan tak terduga. Nadia mendesah kesal. Ternyata Ethan masih beberapa langkah di depannya karena cowok itu begitu cepat mempelajari situasi. Nadia tahu yang harus dilakukannya sekarang adalah mempersiapkan diri menjadi pihak yang dirugikan.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Seperti biasa jangan lupa vote and komen!!! Jadi aku sekarang cuman bisa up hari Minggu,jangan lupa follow ig:wp_wirenna.

FAIRLY ✓[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang