"Tadi Rai benar-benar sama gue ya?" Nadia menopang dagu di meja belajar kamar sambil senyum senyum sendiri.
"Gue gila banget sih!" Nadia mengomeli diri sendiri .Ia berniat membuat gebrakan baru besok. Harus tampil lebih cantik supaya Rai meliriknya. Ya,supaya Rai melihatnya!
"Lip glass transparan. Nggak terlalu mencolok, tapi bikin bibir jadi bersinar. Membuat penampilanmu jadi keren banget di depan sang gebetan." Nadia membaca kalimat di majalah remaja yang membuat artikel berjudul Tips Dandan untuk menarik perhatian gebetan di sekolah.
"Natural face dengan bedak sewarna kulit supaya nggak terlihat berminyak. Membuat penampilan kamu lebih cute," Baca Nadia lagi.
"Agar mata kamu lebih segar, besar, tajam, dan menggoda, nggak ada salahnya menggunakan sedikit maskara. Doi bakalan klepek klepek pas kamu mengedipkan bulu mata panjang menggodamu." Nadia cekikikan membaca tips dandan terakhir dalam artikel tersebut . Diam diam ia membayangkan Rai terpesona padanya saat ia mengedipkan mata penuh maskaranya.
"Nggak mungkin!".
"Dasar cowok sok cool!". Tapi dalam hati, Nadia tergoda sendiri untuk mencoba tips dari majalah tersebut.
Iseng iseng mencoba dan melihat hasil dandanan di wajahnya. Satu satunya jalan agar bisa pakai maskara apalagi sekarang udah sangat malam dan tidak ada lagi toko yang buka adalah dengan pinjam punya mamanya.
Mama pemilik butik yang cukup terkenal di Jakarta, tentunya harus selalu tampil maksimal di depan pelanggannya.
Dengan langkah santai, Nadia berjalan menuju kamar mamanya. Namun sesampainya di depan pintu kamar, Nadia ragu. Mama percaya bahwa wanita harus tampil anggun dan rapi, tapi tidak suka Nadia dandan berlebihan.
Nadia membuka pintu kamar mamanya diam diam. Samar samar terdengar gemericik air dari kamar mandi. Sempurna! Hanya perlu kurang dari semenit untuk masuk dan keluar lagi dengan barang incaran.
Nadia berhenti mengendap sebelum sampai ke meja rias ketika matanya melirik kasur mama. Di sana, terlihat sebuah foto terbalik. Ada dorongan kuat dalam diri Nadia untuk melihatnya Ragu ragu, ia mengambil foto tersebut dan melihatnya obyek yang terlihat di sana.
Mata cokelat dibingkai bulu mata dan alis hitam tebal, te ngah menatapnya hangat. Hidung mancung dan kulit langsat bersih memperjelas bagaimana menawannya rupa dalam foto itu. Berusia sekitar dua puluh tahunan dan terbalut sweter krem hangat. lelaki muda
Nadia tertegun. Foto siapa itu? Terus saja ia pandangi lekat- lekat foto tersebut sambil mengingat-ingat apakah ada atau kerabatnya dengan wajah seperti itu? Fokus mata Nadia benar-benar terpusat pada satu titik sehingga benar-benar terke jut ketika foto itu mendadak lenyap dari pandangan Nadia. mata sepupu
"Mama?!" Nadia tersentak, nyaris memekik ketika dilihatnya sang Mama telah berdiri di depannya.
"Dari mana kamu dapat foto ini, Nadia?" tanya Mama, suaranya sarat dengan emosi yang tidak terbaca oleh Nadia. Tetapi dari matanya, Nadia bisa merasakan takut, panik, dan curiga yang sangat dalam.
"Anu... Ma... hm..." Nadia tidak bisa bicara lancar kalau Mama menghunjamnya dengan tatapan tidak bersahabat seper itu. Mama menyadari kepanikan Nadia dan menarik napas dalam-dalam. Tak lama kemudian mata Mama perlahan melembur, walaupun emosi sebelumnya masih mendominasi.
"Aku... nggak sengaja nemu di situ," ujar Nadia sambil me nunjuk kasur.
"Terus kenapa kamu ada di kamar Mama?" tanya Mama tegas hingga Nadia tersentak. Sepertinya Mama mengisyaratkan kalau Nadia sebenarnya dilarang masuk. Padahal, biasanya Nadia sah-sah saja masuk dan tidur di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRLY ✓[REVISI]
Cerita PendekNadia yang ceroboh dan pemalas tinggal di Jakarta hanya bersama mamanya. Nadia mematung mendapati seraut wajah serupa dengannya di ruang tamu. Apakah Nadia akan terima jika selama ini mempunyai saudara perempuan yaitu bernama Luna yang rajin dan pin...