Bab 4

346 20 3
                                    

Keesokan hari, Nadia sama sekali tidak menggubris tips dan dan di majalah yang ia baca semalam. Ia bahkan ke sekolah tanpa bedak. Foto itu merasuki pikiran Nadia, membuatnya tidak bisa tidur. Semalaman ia menghabiskan waktu dengan memikirkan papanya sehingga tidak konsentrasi melakukan pun.

Apa tetapi setelah sampai di sekolah, pikiran Nadia teralihkan. Saat sedang melangkah pelan-pelan di koridor sekolah yang cukup ramai, tak sengaja Nadia berpapasan dengan Rei yang berjalan santai tanpa peduli sekeliling.

Di samping Rei yang entah bagaimana jauh lebih ganteng dari kemarin, terlihat Priska mengajak ngomong Rei terus-terusan. Jelas sekali terlihat cewek itu lagi caper. Padahal Nadia Atau orang lain yang melihat hal itu yakin seratus persen kalau Rei sama sekali tidak memedulikan Priska. Ajaibnya, Priska juga tahu hal itu. Yang lebih ajaib lagi, justru itulah yang membuat Priska sangat tertarik. Priska menemukan cowok yang harus dikejar dan bukan mengejarnya.

Nadia mengakui kalau Priska memiliki fisik yang nyaris sempurna. Secara finansial, cewek itu sepertinya tidak pernah ke kurangan. Cantik, seksi, plus tajir. Tiga hal yang tentunya sangat wajar membuat Priska begitu beken.

Namun Nadia selalu melihat Priska dengan matanya sendiri. Ia bukan golongan cewek yang memuji Priska lalu berharap untuk berteman dengannya, tapi sebenarnya membenci Priska habis-habisan karena iri. Di mata Nadia, Priska tak lebih dari cewek sombong yang merasa sudah memiliki segala nya di bumi ini. Cewek narsisme yang merasa dunia belum lengkap tanpa dirinya.

Hubungan Priska dan Nadia sendiri juga tidak bisa dibilang baik. Sewaktu Masa Orientasi Siswa, tanpa sengaja Nadia mematahkan jepit rambut Priska. Waktu itu Nadia sudah meminta maaf dan berjanji akan menggantinya. Tetapi, Priska yang memang senang mencari musuh, bukannya memaafkan Nadia, Priska malah menghinanya habis-habisan. Cewek itu memaki Nadia di depan para peserta MOS lain, bahkan di depan para senior!

Priska bilang, sampai mati Nadia tidak mungkin bisa mendapatkan jepit yang sama karena jepit itu buatan luar negeri yang sangat mahal dan langka. Jepit yang tak akan terbeli dengan uang jajan Nadia selama satu semester pun. Nadia tersinggung mendengar itu. Perang mulut di antara keduanya pun terjadi dan sejak saat itu, sudah jadi rahasia umum kalau Nadia dan Priska itu musuh bebuyutan.

"Nad, lo udah bikin PR Fisika belum? Pasti belum deh! Gue juga nih. Nad. Nyontek sapa ya hari ini? Mana Endro nggak masuk".Runi menyadarkan Nadia dari lamunannya be gitu sahabatnya itu sampai di kelas dan menemukan Nadia tengah menopang dagu di meja.

Jelas, wajah Nadia langsung bersemu merah. Rei sudah du dak di bangkunya yang hanya berjarak beberapa puluh senti meter dari bangku Nadia. Tak perlu ditanya lagi, Rei pasti mendengar Rani Duh, kedengarannya kan jadi seperti Nadia suka nyontek dan nggak pernah bikin PR

Nadia melirik Rei yang sedang konsentrasi membaca komik Meski begitu, kadar GR Nadia yang di atas rata-rata tetap membuatnya panik dan mengira-ngira.

Rei dengar kata-kata Runi nggak ya? Kalau dengar, bisa habis reputasi gue! batin Nadia.

"Duh, Run! Bisa nggak sih ngomongnya pelan sedikit?Nggak malu".gerutu Nadia. Runi yang memang suka telat mikir plus polos, malah menyahut dengan jujur.

"Emang kenapa sih sama omongan gue tadi? Kita kan memang sering nyontek PR Endro. Sekelas ini juga sudah pada tahu kan? Ya kan, Nad? Benar kan?"yang Runi sambil menarik-narik lengan baju Nadia seperti anak kecil yang sedang meminta permen. Nadia menutup wajah dengan tangan. Saat sekilas matanya melirik Rei lagi, bibir cowok itu nyaris membentuk senyuman tipis. Sampai akhirnya Nadia memperhatikan betul-betul komik apa yang sedang Rei baca.

Doraemon?! Pantas saja Rei nyaris tersenyum tadi. Pasti karena membaca ulah konyol Nobita yang menjengkelkan.

"Lo ini ya Run, telat mikir kok nggak sembuh-sembuh sih?" Nadia langsung memarahi Runi, dengan suara berbisik tentu nya. "Emangnya lo nggak malu kalau semua orang nantinya berpikir kalau kita ini tukang sontek dan nggak pernah bikin PR".

"Tapi kenyataannya kita kan memang begitu... hhmmpphh.." Kalimat Runi langsung terpenggal begitu Nadia membekap mulutnya. Setelah memastikan Runi tidak akan bicara lagi, akhirnya Nadia melepaskan bekapannya.

"Gue mengakui kalau kenyataannya memang begitu. Tapi di kelas ini ada cowok perfeksionis itu, siapa ya namanya? Gue lupa!".Nadia pura-pura tidak hapal nama Rei.

"Reihan Brahmana Wijaya!" jawab Runi langsung, Nah! Ketahuan! Kalau soal cowok, Runi nggak telat mikir. Bahkan sampai hafal nama panjangnya.

"Ya, ya, itu dia. Jangan sampai reputasi kita rusak juga di depan cowok itu, ngerti Runi mengangguk menjawab pertanyaan Nadia yang diucapkan dengan nada suara yang mengisyaratkan bahwa Runi tidak punya pilihan selain harus mengangguk.

Tanpa kedua gadis itu sadari, Rei menangkap pembicaraan mereka. Alhasil, saat keduanya tidak melihat, bibir Rei tanpa bisa dicegah membentuk garis senyuman tipis. Senyum yang bukan sekadar nyaris, walau hanya sebentar.

 Senyum yang bukan sekadar nyaris, walau hanya sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Hai gimana kabarnya?! Suka gak part ini? Maaf ya cuman 780 kata nanti aku bikin part yang panjang deh kalo bisa sih!!!

Jangan lupa vote ya!!!

Jangan lupa follow ig:wp_wirenna💓💓💓

FAIRLY ✓[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang