Bab 23
“Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu, hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenanganmu,”
***
Luna memandang ombak di tengah lautan dengan mata berkaca-kaca. Kakinya membawanya melangkah ke sini, dengan firasat sebagai penunjuk arahnya. Sekarang ia tahu, takdir membawanya untuk menyadarkannya kalau apa yang ia harapkan selama ini sudah dimiliki orang lain. Ia tidak berhak mengganggu.
Luna mendesah pelan, benar-benar merasa sedih. Ia juga menyesalkan kenapa tidak bisa melewati permainan yang dibuatnya sendiri.
Luna kemudian memejamkan mata, membiarkan angin laut menerpa wajahnya. Berharap semoga angin dapat menerbangkan perasaan sedihnya seperti biasa.
***
"Pulang yuk Rei, gue udah capek nih," ajak Nadia setelah kurang lebih satu jam di pantai Ancol. Mereka menghabiskan waktu dengan membicarakan banyak hal. Mulai dari kehidupan Rei yang dipenuhi banyak pengalaman ketika tinggal berpindah dari satu negara ke negara lain mengikuti ayahnya yang sering berpergian karena tuntutan pekerjaan, sampai film-film keren yang sedang tayang di bioskop. Rei juga mentraktir Nadia es kelapa muda plus udang goreng tepung yang dijual oleh pedagang keliling di sekitar pantai.
"Ya udah yuk." Rei setuju. Nadia sengaja berjalan lambat-lambat dan membiarkan Rei jalan di depan. Wajahnya muram. Meski tadi Nadia tertawa dan menimpali pada saat-saat yang tepat ketika Rei berbicara, hatinya masih gundah. Nadia tahu, Rei berusaha memahaminya. Dia bersyukur Rei tidak mendesak agar Nadia menceritakan masalahnya. Cowok itu cukup bijaksana dengan memutuskan untuk membiarkan Nadia terlarut dalam pikirannya.
Namun karena serius melamun, Nadia malah tidak memperhatikan jalan ataupun keadaan di sekeliling. Dia baru tersentak dari lamunan ketika Rei yang berjarak kira-kira tiga meter di depan, berlari sekuat tenaga ke arahnya dan berteriak keras.
"AWAS, NAD!" Nadia kaget. Ia menoleh ke kanan, ke arah mata Rei tertuju dan melihat motor sport besar melaju dengan kecepatan tinggi.
BUG!
Nadia merasakan kepalanya membentur tanah lalu mengeluarkan darah. Tetapi pandangannya tiba-tiba menjadi gelap, lalu dia tak merasakan apa-apa lagi.
***
"Nad, kamu udah sadar?" tanya Mama khawatir. Nadia yang baru saja membuka mata, mengangguk pelan. Kepalanya pusing banget!
"Udah kok, Ma." Nadia bisa melihat di ruang perawatan itu ada Papa dan Rei juga. "Tidak ada Luna" pikirnya. "Apa dia nggak tahu kalau gue lagi di rumah sakit?"
"Maafin gue, Nad. Gue nggak bisa jagain lo." Rei kelihatan frustrasi dan merasa bersalah. Digenggamnya tangan gadis itu dan diusap-usap kepala Nadia pelan, tanpa peduli ada kedua Nadia orang tua yang menatap mereka sambil senyum-senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRLY ✓[REVISI]
Short StoryNadia yang ceroboh dan pemalas tinggal di Jakarta hanya bersama mamanya. Nadia mematung mendapati seraut wajah serupa dengannya di ruang tamu. Apakah Nadia akan terima jika selama ini mempunyai saudara perempuan yaitu bernama Luna yang rajin dan pin...