"Tidak ada akhir yang nyata. Itu hanya tempat di mana kamu menghentikan cerita."
***"Wow!" Nadia dan Luna berseru berbarengan. Mereka memandang pantulan wajah mereka berdua di cermin besar meja rias sebuah salon rumahan tak jauh dari rumah mereka. Di belakang mereka, dua orang karyawan salon yang beberapa menit lalu memotong rambut mereka juga sama-sama takjub. Nadia dan Luna tak dapat dibedakan sama sekali!. Mereka berdua terkikik geli. "Gue ngerasa kaya lagi ngaca deh!" kata Nadia saat memandang Luna.
"Setuju!" Luna tertawa. la menyentuh rambut yang kini dipotong sebahu dengan poni selamat datang. Di sebelahnya, Nadia melakukan hal yang sama. Ide Nadia untuk merubah gaya rambut mereka menjadi sama persis pada awalnya terdengar gila. Namun mereka langsung mengubah pikiran mereka nyaris saat itu juga. Tidak gila sama sekali. Mereka masih tersenyum satu sama lain dengan bangga.
Luna dan Nadia merasa bahwa mereka sudah terikat satu sama lainnya. Semakin lama saling mengenal, mereka mulai memahami dan saling mencintai layaknya kakak adik. Mereka menyadari, bahwa ada saat-saat tertentu dalam pertukaran identitas mereka dulu, mereka punya keinginan untuk menyakiti satu sama lain, terutama ketika sisi egois Luna yang mencintai Rei muncul dan kekesalan Nadia ketika menghadapi Ethan. Sekarang, mereka telah membuka lembar yang baru, sebagai dua orang yang menerima kekurangan satu sama lain, berusaha tak menghakimi dan mendukung satu sama lainnya.
"Lo udah SMS Ethan?" tanya Luna sambil menyisir rambutnya dengan sebuah blow comb.
"Udah dong! Rei gimana?" Nadia balik bertanya.
"Udah juga! Dia seneng banget deh Mama ngundang makan bareng."
"Ethan juga!" Nadia terkikik. Sesampainya di rumah, Nadia dan Luna dengan segera mem bantu Mama menyiapkan makan malam. Sekarang sudah pukul 5 sore. Itu berarti Ethan dan Rei akan datang sekitar dua jam lagi.
"Makasih ya, Mama mau baiiiik banget ngundang Rei sama Ethan datang." Ujar Nadia pelan pada Mamanya yang sedang mengocok telur.
"Sama-sama." Mama tersenyum. "Mama memang masih sebel kalau kalian berdua pacaran. Tapi Mama akan lebih sebel lagi kalau kalian berdua justru pacaran diem-diem. Mama menyadari bahwa alangkah lebih baiknya Mama mengenal Ethan atau Rei lebih dekat. Mama nggak mau ada yang kalian sembunyikan dari Mama. Kalau kalian butuh apa-apa, Mama akan selalu ada untuk kalian. Dan kalau kalian mau cerita, atau ada masalah, Mama juga siap mendengarkan. Jadi, no secret between us, ok?" Nadia dan Luna menghambur ke pelukan Mama, sementara Mama mencium kedua pipi anak-anaknya dengan penuh sayang.
Tak lama kemudian, terdengar suara bel berdering. Mama membukakan pintu dan menemukan Rei dan Ethan dalam pakaian rapi berdiri bersebelahan, keduanya tersenyum ramah. Masing-masing membawa buket bunga besar. Rei dengan buket mawar merah yang semerbak, dan Ethan dengan rangkaian bunga lily kuning dan krisan yang berwarna-warni. Mereka langsung menyerahkan buket mereka pada Mama.
"Selamat malam, Tante." Seru mereka berdua nyaris berbarengan. Mama tertawa. "Wah, kirain bunganya buat Nadia sama Luna."
"Ini buat Tante yang paling cantik." ujar Ethan sambil tersenyum,
"Bisa aja kamu! Ayo, masuk-masuk." Mama membuka pintu lebar-lebar kemudian memberi isyarat kepada Rei dan Ethan untuk mengikuti menuju ruang makan, tempat Nadia dan Luna sedang sibuk menuangkan minuman di dalam gelas dan menata piring. Mata keduanya berserobok dengan mata Rei dan Ethan, dan diam-diam tersenyum satu sama lain.
"Tante panggil Om dulu yah." ujar Mama sebelum naik tangga ke lantai atas.
"Kalian pasti nggak bisa ngenalin kami berdua!" ujar Nadia menggoda. Keempatnya tertawa kecil. Lalu Ethan mengambil beberapa langkah pelan ke arah Luna. Nadia berusaha keras untuk tidak melotot ketika Ethan hanya berjarak dua langkah di depan Luna yang menelan ludah gugup.
Namun, tiba-tiba Ethan berbalik badan dengan cepat dan tertawa keras. "Becanda." katanya pada Nadia. Nadia pura-pura cemberut, walaupun pipinya merona karena bahagia.
"Jadi, besok yang bakalan ke sekolah kamu atau Nadia nih?" goda Rei, duduk di kursi sebelah Luna.
"Jelas Luna yang akan datang ke sekolah Luna dan Nadia akan datang ke sekolah Nadia." Sebuah suara memotong sebelum Luna sempat menjawab. Mereka berempat mendongak dengan gugup ke arah Mama yang berdiri di dasar tangga dengan tangan bersedekap di dada.
"Jelas, Ma!" Luna meyakinkan. Mama tersenyum, tapi ketika mengancam, Nadia dan Luna langsung merinding. "Harus jelas dong. Kalau sampai kalian tukeran identitas lagi, kalian bakalan Mama hukum!"
"Siap, Mal" seru Nadia dan Luna berbarengan. Papa bergabung di meja makan lima menit kemudian. Walaupun sempat heran melihat Ethan duduk di sebelah Nadia, Papa memutuskan untuk tidak banyak bertanya.
Sisa malam itu mereka habiskan dengan membicarakan banyak hal. Hobi, cita-cita, dan apa yang mereka lakukan setelah mereka lulus SMA. Setiap pembicaraan terasa mengalir dan akrab. Nadia dan Luna bertukar pandangan satu sama lain ketika tak ada yang melihat.
***
***
Halo, gimana endny udah puas gaa? Lama sih ga update. Aku udah putusin kalo di bab ini bakalan end, kalo panjang " ceritanya takut lupa up. Kasian kalian yang mau bacaa huu.
Nanti bakalan aku revisi lagi yaa. yang salah ketik atau salah kata karna kalau aku baca sendiri tuh kadang" sering tyop ok?
Nanti jangan kangen Nadia dan Ethan, pasti kalian udah legah karna mereka berdua udah bersatu. Oh iyaa jangan lupa follow Ig wp_wirenna kalo mau info selanjutnya, kalo akun ig authorny dearlyreff yaa. Kalo ga ada infony berarti aku lupaa hehew. dadaa kalian selamat membaca, lope lope segunung.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRLY ✓[REVISI]
Short StoryNadia yang ceroboh dan pemalas tinggal di Jakarta hanya bersama mamanya. Nadia mematung mendapati seraut wajah serupa dengannya di ruang tamu. Apakah Nadia akan terima jika selama ini mempunyai saudara perempuan yaitu bernama Luna yang rajin dan pin...