Bab 22

163 11 1
                                    

"Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu, hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenanganmu,”

"Bodohnya aku terlena dalam untaian kata indah darimu, hingga akhirnya ku tenggelam dengan kenanganmu,”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Hari Minggu pun tiba. Hari ketika diperbolehkan santai-santai, bangun siang, dan nggak perlu belajar. Pokoknya enak, deh! Nadia memutuskan untuk pergi ke toko buku. Lihat-lihat novel teenlit baru, siapa tahu ada yang bagus. Nicky kebetulan minggu depan ultah. Nadia mau membelikan buku saja untuk kado. Nadia memutuskan untuk mengajak Luna.

"Lun, lo mau ikut sama gue, nggak?" Nadia menyamper Luna yang lagi asyik nonton film Korea di ruang tamu.

"Ke mana?"

"Gue mau jalan-jalan ke mal, cuci mata gitu. Nicky juga kan mau ultah, jadi gue mau sekalian beli kado buat dia," jawab Nadia. Luna kelihatan berpikir sejenak sampai kemudian memutuskan untuk menolak.

"Gue nggak bisa, Nad. Tugas gue banyak banget. PR pada belum selesai, jadi gue pengin di rumah aja. Makasih, ya, udah ngajak," balas Luna dengan tampang seolah-olah sangat kecewa nggak bisa pergi bareng Nadia.

"Ya udah kalau gitu. Gue pergi dulu ya," pamit Nadia tanpa merasa kecewa.

"Hati-hati di jalan," seru Luna tulus.

***

Jam menunjukkan pukul satu siang saat Nadia sampai di mal. Sesuai rencana, Nadia langsung pergi ke toko buku dan begitu sampai di bagian novel, ia pun mulai membaca sinopsis buku-buku baru yang dipajang. "Kayaknya The Hostnya Stephanie Meyer cocok deh buat Nicky yang emang suka novel novel fantasy romantic kayak gini" Nadia membatin sebelum memilih buku yang akan dibeli.

"Udah nyampe kok nggak bilang-bilang sih?" Suara lembut cowok dari arah belakang Nadia membuatnya kaget. Nadia berbalik dan seketika terkejut melihat Rei yang menjulang di depannya.

"Rei?" Nadia masih terkejut.

"Iya dong! Lo kira siapa?" Rei tersenyum manis sekali. membuat Nadia seketika melayang ke awang-awang, Senyum Rei yang manis itu khusus untuknya!

"Kebetulan banget ya kita ketemuan di sini!" seru Nadia girang. Rei mengernyit heran.

"Kebetulan?" Tanya Rei dengan bingung.

"Kalau nggak kebetulan, apa dong namanya?" Nadia jadi ikutan bingung.

"Hari ini kan kita janjian mau jalan ke toko buku, Nad Jadi, nggak kebetulan, dong. Kok lo kelihatan aneh sama bingung gitu, sih?" kata Rei heran.

"Kita janjian di toko buku? Hari ini?" Nadia kaget banget. Kalau gitu berarti Luna dong yang janjian sama Rei? Kurang ajar banget sih Luna. "Berarti tadi Luna bohong banget berlagak mau di rumah aja ngerjain PR!" Nadia berkata dalam hati dengan geram.

"Lo kok aneh banget sih, Nad?" Rei kelihatan curiga. "Kemarin kan gue ngajak ke toko buku, terus lo mau. Tapi lo nolak gue jemput. Janjian ketemuan aja, kata lo. Inget kan? Lo nggak kena Alzheimerkan, Nad?" Rei mencoba memulihkan ingatan Nadia yang menurutnya sedang tercecer entah di mana.

FAIRLY ✓[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang