"Sayang, kamu nggak mau ke kantin?" Suara Ethan yang berat mengalun lembut, membelai telinga Luna. Tentu saja Luna kaget dan langsung menjauhkan kepalanya, menciptakan jarak di antara mereka."Nggak," tolak Luna langsung. Konsentrasinya pada bahan ulangan Kimia hari ini langsung buyar ketika melihat cowok itu duduk di sebelahnya.
"Kenapa?" tanya Ethan heran.
"Nggak lapar!"
"Emangnya kalau ke kantin mesti lapar? Nemenin cowoknya yang kelaparan kan, sah sah saja," kata Ethan tenang. Cowok itu seperti tidak sadar bahwa hubungan mereka saat ini hanya diakui satu pihak saja.
"Lo kan tadi cuma nanya, gue mau atau nggak ke kantin kan? Dan jawaban gue, enggak! Titik!" ucap Luna kasar.
Mata Ethan menyipit, dia tidak suka kalau Luna bersikap terlalu kasar seperti ini terhadapnya. Namun, cowok itu sekuat tenaga mengenyahkan keegoisannya dan matanya pun melem- but lagi. "Kalau begitu, ya sudah. Aku ke kantin sendiri juga nggak apa-apa. Tapi ingat, jangan dekat-dekat sama cowok lain selama aku nggak di kelas. Ngerti?" katanya halus, tapi tandas dan sarat ancaman.
Luna tak menanggapi perkataan Ethan dan berusaha keras
untuk fokus pada materi ulangannya. Tak lama kemudian, Ethan kembali dengan segelas es susu untuk Luna. Ethan menemukan Aji, sang ketua kelas, terlihat sedang tertawa akrab dengan Luna. Mereka sedang membicarakan Andien, teman sebangku Luna yang ditaksir Aji sejak lama.
Andien sedang mengikuti lomba bulutangkis putri tingkat Jawa, maka Aji memanfaatkan ketidakhadirannya untuk bertanya banyak hal melalui Luna, sebagai sahabat Andien.
Melihat kedekatan Luna dan Aji, seketika Ethan langsung berang terbakar cemburu. Luna seingatnya tidak pernah selepas itu jika tertawa bersamanya, bahkan cenderung selalu tertawa terpaksa. Dengan langkah tergesa, Ethan menghampiri dan tanpa berpikir langsung mengguyurkan es susu ke seragam putih Aji.
"Jauh-jauh dari cewek gue!" geram Ethan. Anak-anak yang kebetulan berada di kelas kontan terkejut melihat insiden yang cukup menggemparkan di pagi hari ini.
Tak ada satu pun yang berani tertawa bahkan senyum sekalipun ketika melihat wajah Aji melongo. Mereka sudah tahu,dalam situasi seperti ini, Ethan sangat berbahaya. Cowok yang gayanya memang keren dengan wajah ganteng, tapi terkenal posesif, dan tidak segan-segan main gampar siapa saja yang membuatnya tidak senang.
Aji langsung keluar kelas tanpa berkata apa-apa lagi. Dia takut pada Ethan meski cowok itu membuatnya harus menahan geram, marah, dan sakit hati karena dipermalukan di depan murid sekelas. "Apa-apaan sih, lo?!" bentak Luna setelah Aji pergi. Dengan pandangan penuh amarah, ditentangnya mata hitam Ethan yang memandangnya dengan tajam.
"Apa-apaan? Lo ruh yang apa-apaan! Gue kan udah bilang jangan dekat-dekat cowok lain! Ini? Bukan cuma dekat, tapi malah mesra mesraan sama cowok lain!"
"Mesra mesraan? Ternyata lo bukan cuma sakit jiwa ya, tapi juga katarak!"
Ethan menggebrak meja di sampingnya dengan kuat sampai buku-buku dan benda-benda kecil lain yang berserakan di meja berjatuhan. Suasana kelas mendadak hening mendengar itu. Semua memandang pertengkaran Luna-Ethan itu dengan ekspresi cemas sekaligus penasaran. Bagi mereka, ini tidak terlihat seperti sekadar pertengkaran sepasang kekasih. Tetapi terlihat seperti pertengkaran sengit dua kepala suku dalam perebutan batas tanah.
Tanpa sadar, semua menghentikan aktivitas masing-masing Bahkan yang sedang membuat PR sekalipun, mereka lupa sama sekali kalau harus mengumpulkan PR tersebut pada jam pelajaran pertama. Tetapi ada juga beberapa orang yang memi lih untuk keluar karena merasa suasananya terlalu tegang.
"Luna, gue begitu karena cemburu. Lo nggak pernah ngomong semanis itu sama gue. Padahal jelas kan kalau gue ini pacar lo? Sedangkan Aji tuh siapa?" Suara Ethan mendadak berubah lembut.
Luna menyadari perubahan nada Ethan dalam kemarahan tertahan. Segala tingkah laku Ethan, mulai dari sikap posesif sampai suara yang sering naik turun secara drastis, selalu membuatnya naik darah.
"Lo mau gue ngomong sama lo pake kata-kata manis? Jangan pernah mimpi deh!" kata Luna dengan kasar. Dengan langkah tergesa, Luna keluar kelas dan langsung mencari Aji untuk minta maaf. Meninggalkan Ethan yang langsung meng. geram marah, namun tak berusaha mengejar Luna.
***
Suasana hati Luna masih sangat buruk hingga pulang sekolah. Bukan cuma Luna jadi malu di depan umum, tapi Luna juga merasa bersalah dan terpaksa mencucikan baju Aji. Ia juga me relakan uang jajannya hari ini habis untuk membelikannya seragam baru di koperasi. Tidak mungkin kan, Aji belajar di kelas dengan baju penuh bercak susu cokelat?
"Luna!" Terdengar suara Ethan memanggilnya. Luna terus berjalan menyusuri trotoar menuju halte bus terdekat, mengacuhkan panggilan Ethan yang terus meneriakkan nama.
"LUNA" Kali ini bukan hanya panggilan, tetapi disertai ben takan dan cekalan di pergelangan tangan kirinya.
"Apa sih?!" tanya Luna kasar. Buru-buru ia menepis tangan Ethan yang mencekalnya.Cekalan Ethan terlepas dan dia memandang Luna dengan tatapan tajam.
"Kenapa kamu pulang sendiri? Aku tunggu kamu di parkiran, kamu nggak muncul-muncul. Waktu aku izin ke toilet pas bel pulang, kamu sudah nggak tahu pergi ke mana. Sama aku saja ya, aku antar kamu sampai rumah," tawar Ethan lembut. Lebih tepatnya paksaan yang lembut. diutarakan dengan
"Nggg..."
"Ayo!"
Belum selesai Luna menolaknya, Luna sudah ditarik paksa oleh Ethan. Kalau sudah begini, tidak ada yang bisa Luna laku kan selain mengikuti langkah Ethan. Bahkan ia merasa sete ngah berlari untuk menyeimbangi langkah Ethan sampai mereka tiba di depan CRV milik Ethan. Memang, setiap berangkat dan pulang sekolah, biasanya Ethan selalu memaksa untuk antar-jemput Luna.
"Masuk!" perintah Ethan setelah membukakan untuk Luna. pintu mobil
"Ya, ya, gue tahu kok. Lo pikir gue mau duduk di kap mobil? Kalau begitu sih mending gue naik ke atap kereta saja sekalian, biar tersangkut kabel listrik, terus tewas!" gerutu Luna, membuat Ethan tertawa.
"Gue nggak akan biarin lo tersangkut kabel listrik kereta. Karena gue sayang banget sama lo dan nggak akan mau hidup tanpa lo. Jadi, gue akan ngelindungin lo, Luna," kata Ethan dengan wajah dan nada bercanda, namun serius. Bahkan dia lupa menggunakan aku-kamu yang manis seperti biasa.
"Ha ha ha..." Luna tertawa sinis. "Omong kosong! Bullshit! Buat gue, lo nggak lebih dari sekadar cowok psikopat yang terobsesi sama gue!" cibir Luna.
Mendengar perkataan Luna, lenyap sudah wajah bercanda milik Ethan. Amarah bergejolak tanpa ampun di hatinya. Ethan menggebrak dasbor kuat-kuat, membuat Luna terlonjak kaget. Ethan kemudian menstarter mobil, lalu untuk menyalurkan amarah, dia mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah Luna. Tidak dipedulikannya lagi wajah yang memucat di sampingnya.
***
Gimana part ini?? Ada yang kangen sama Nadia gak???
Jangan lupa vote ya!!!💓💓💓
[1 Juni 2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRLY ✓[REVISI]
Short StoryNadia yang ceroboh dan pemalas tinggal di Jakarta hanya bersama mamanya. Nadia mematung mendapati seraut wajah serupa dengannya di ruang tamu. Apakah Nadia akan terima jika selama ini mempunyai saudara perempuan yaitu bernama Luna yang rajin dan pin...