Episode 18

459 44 0
                                    

>>>>>>>>AUTHOR✧POV✧END<<<<<<<<

>>>>>>>>>>XIAO✧ POV<<<<<<<<<<

Saat itu adalah musim dingin ayah menemukan di pojok toko kedinginan kalo tidak salah aku masih berumur lima tahun. Lalu ia memberikan ku sebuah roti baru mengajak ku pulang.

Di rumahnya sudah ada empat anak lain, mereka bukan anak kandung tapi anak asuh, ayah sengaja mengasuh keempatnya karna merasa kasihan.

"Ayah kembali, dan lihat siapa yg ayah bawa?... Yap! Adik baru kalian, Xiao" Kata ayah memperkenalkan ku.

"Wahh adik baru?! Aku ingin menggendongnya!" Kata kakak ketiga ku bernama Bonanus.

"Hei aku dulu!" Balap kakak keempat ku yaitu Indarias.

"Tenang kalian bisa membuatnya takut nanti" Peringat kakak kedua ku, Menogias.

"Siapa duluan dia dapat!" Kata kakak pertama ku Bosacius.

"Lohh! Abang curang!" Protes kedua kakak perempuan ku secara bersamaan.

Di situlah keributan di mulai. Ayah terlihat sudah capek dengan keempat. Lalu dengan tegas di memukul dinding, bahkan dindingnya yg ia pukul sampai muncul retak sedikit.

"Gantian ya?" Tanya ayah dengan nada penuh kesal.

"Baik!" Jawab semuanya dengan kompak.

Yg pertama ingin mengendong ku adalah Bonanus aku yg masih kecil hanya diam begitu saja tidak mengucapkan apapun.

Lalu setelah beberapa menit baru gantian dengan yg lain. Mereka semua terlihat sangat bahagia akan kedatangan ku, melihat semua itu aku jadi tak sangka jika senyum terukir di wajah ini.

Ketika senyum ini terukir mereka semua girang kesenangan. Kayak ga pernah lihat senyum anak kecil hahaha.

Beberapa tahun berlalu aku mulai tumbuh besar, hubungan ku dengan keempat kakak ku juga sangat dekat. Namun...

Suatu hari saat aku dan keempat kakak ku sedang makan makan di wangshu inn, ayah tidak bisa ikut karna ada urusan. Saat itu kami semua tidak tau jika ada yg mau meracuni kita berlima.

Awalnya kami menunggu pesanan tiba sambil ngobrol bareng, pesanan pertama yg datang pasti adalah minuman. Semua sangat kehausan karna terlalu banyak ngomong. Di saat aku ingin minum air ku aku sadar akan sebuah bubuk yg terlihat familiar.

Beberapa menit aku melihatnya dan sadar jika itu adalah bubuk racun yg masih belum  larut. Aku dengan empat melihat ke arah air punya keempat kakak ku, benar saja.

Bubuk yg ada di minuman kakak ku sudah larut duluan, ada sedikit serpihan bubuknya di bawah pojok gelas.

"Ada racun di dalam minumannya!" Teriak ku langsung.

"Hmm? Racun? Ga mungkin Xiao, jangan asal ngomong nanti bikin takut" Ucap kak Bonanus sambil mencubit pipi ku.

"Enggak beneran!" Balas ku yg tidak mau mengaku yg nyata memang seperti itu.

Semua melihat satu sama lain, kak Bonanus melepaskan cubitannya dan melihat ke minumannya.

Aku langsung panik bukan main, tiba tiba kak Indarias hilang kesadaran dan tergeletak di atas meja begitu saja. Kak Bosacius langsung memeriksanya dan jantung nya berhenti berdenyut.

Selanjutnya adalah kak Menogias, dia terlihat sesak dan ikut juga tergeletak. Kak Bosacius mulai panik dan segara menyuruh orang orang yg ada untuk memanggil dokter secepat mungkin.

Beberapa orang ada yg langsung pergi mencari dokter dekat dan ada yg menghampiri kami. Kak Bonanus memegang tangan ku dengan erat dan air mata yg berlomba lomba untuk keluar, ku pikir target berikutnya adalah kak Bosacius namun teryata target selanjutnya ialah kak Bonanus.

Sudah tiga orang tergeletak, hanya tersisa aku dan kak Bosacius, kak Bosacius menatap ku dengan senyum terakhirnya.

"Kirim pesan pada ayah ya... Xiao~ jadi anak yg baik ma ayah..." Itu adalah kata terakhirnya.

"Kak kumohon jangan tinggalkan aku, ini ini masih terlalu awal kak!" Ucap ku yg benar benar tidak ingin kehilangan kakak terakhir ku.

"Dokter?! Dimana dokternya?!" Protes ku pada semua yg melihat.

"Sudah telat Xiao... Rasanya kakak mulai lemas..." Kata kak Bosacius dengan nada lemasnya.

"Tidak kak! Ku mohon jangan!" Balas ku dengan cepat dan langsung memeluknya untuk terakhir kalinya.

"Maaf ya kalo kami berempat ada salah sama kamu... Senang bisa bertemu dengan mu... Ingat kami berempat selalu mengigat mu dimana pun kami berada.. kami akan selalu menyayangi mu apapun keadaan mu.. kami... Selalu... Ada di... Samping kiri.. mu..."

Aku bisa merasakan jantung kak Bosacius perlahan tidak berdenyut. Aku tidak tahan akan air mata ini, hingga terdengar ucapan paling terakhirnya.

"Kami menyayangi mu..."

Disitulah aku langsung berteriak tak terima dan menangis sejadi jadinya. Semua orang yg melihat jadi ikut sedih, barulah saat itu dokter datang, tepat juga ada ayah yg datang.

^

<>^<>^<>^<>^<>TBC<>^<>^<>^<>^<>^

Ahahaha, author nangis astaghfirullah⊂(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)つ. Menurut game genshin para yaksha ini mati gara gara perang archon, ini author buat sendiri yak, murni ide sendiri⊂(⁠ ̄⁠︶⁠ ̄)⁠⊃.

[XiaoTher]Bought By The Mafia//ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang