Episode 40.

331 32 2
                                    

Di dalam rumah hantu udaranya sangat dingin, kadang kami juga mendengar jeritan orang lain dari sisi lain. Belum lagi jeritan dari dua gadis muda yg ada di depan ini.

"Kyaaa!!!" Nah keluar lagi jeritannya.

"Nyesel aku ke sini" Kata Lumine penuh penyesalan.

"Salah siapa masuk" Balas ku.

"Katanya Ayaka ini seru" Ucap Lumine dengan gemetar.

"Aku aja di kasih tauin kak Ayato" Ayaka melemparkannya ke kak Ayato.

Kak Ayato hanya tertawa kecil. Kami semua terus berjalan ke depan.

"Apa tidak ada peta atau semacamnya disini?" Tanya kak Thoma sambil menyentuh tembok sekitar.

"Tidak ada, hati hati saja takutnya ada tombol yg buat kita pisah na--" Jawab kak Ayato namun setelahnya suaranya menghilang sekejap mata.

Aku reflek melihat ke belakang, kak Ayato dan kak Thoma benar benar menghilang.

"Ihh dasar kakak sialan knp haru sekarang sih ilangnya" Protes Ayaka.

"Tenang saja kan ada kakak ku yg senantiasa akan menjadi kita" Balas Lumine bawa bawa aku.

"Hahh iya, tenang saja akan ku jaga kalian berdua" Kata ku terpaksa.

"Dah dah yuk jalan lagi" Lanjut ku sambil mendorong kedua gadis muda ini.

Aku, Lumine dan Ayaka berjalan bertiga di lorong rumah hantu yg entah sampai di ujung atau tempat finalnya kapan. Hahh benar benar meresahkan, ngasah otak buat berpikir ya iya tapi ya gak gini juga. Setidaknya beri kami petunjuk gitu.

Rasanya semakin dalam kami berjalan semakin panjang juga ni lorong. Apa mainnya harus pisah pisah biar bisa keluar gitu? Kalo iya sih sangat amat meresahkan.

"Kyaa!!" Teriak Ayaka membuat ku kaget.

"Ada apa Ayaka?!" Tanya ku langsung.

"It-itu" Jawab Ayaka gemetaran sambil menunjuk ke arah sesuatu.

Teryata itu hantu kepala buntung, Lumine dan Ayaka sudah gemetaran sambil pegang pegang tangan.

Aku menarik nafas lalu membuangnya, tanpa aba aba langsung saja ku pegang tangan Lumine dan Ayaka dan terobos lari ke depan.

S

etalah merasa sudah cukup jauh dari hantu itu aku pun berhenti berlari. Lumine dan Ayaka seketika langsung menghirup udara dengan rakusnya. Kuping ku rasanya sakit gara gara teriakan mereka.

Aku pun bersandar di sebuah dinding, ikut menghirup udara dengan rakusnya.

"Hahh huhh hahh huhh hahh huhh, kakak ini buat jantungan aja!" Protes Lumine dengan terengah-engah.

"Masih mending kamu tadi ku tarik daripada ku tinggal sendiri" Balas ku.

"Huhh makasih ya Aether" Kata Ayaka.

"Oh, iya sama sama" Balas ku.

Tangan ku tiba tiba terasa gatal, karna tidak kuat jadi ku garuk saja, ketika sedang sibuk menggaruk tangan ku yg gatal tak sengaja siku ku memencet sebuah tombol dan itu pun membuat ku pisah dengan Lumine dan Ayaka.

"Kakak!!"

>>>>>>>>>AETHER✧POV✧END<<<<<<<<<

>>>>>>>>>>AUTHOR✧POV<<<<<<<<<<

Di suatu lorong yg entah dimana letaknya, terlihat Xiao yg berjalan sendiri menyusuri. Dia membantu ayahnya dengan cepat agar tidak membuat Aether menunggu lebih lama.

"Rumah hantu atau labirin sih ini" Ujar Xiao kesal.

Dengan penerangan berupa lilin kadang samar samar dari jauh terlihat sosok hantu lain. Walaupun bagi Xiao biasa namun terkadang dirinya juga bisa tegang karna takut.

"Pergi!!" Teriak seseorang dari belakang.

Xiao membalikkan badannya karna suara teriakan itu mirip dengan nada suara Aether.

Betul saja dugaannya, sosok rambut pirang berkepang panjang pun keluar dari kegelapan dengan air mata yg tampak mulai siap berlomba lomba untuk keluar.

"Aether disini" Kata Xiao melambaikan tangan.

"Oh! Xiao!"

Aether dengan cepat berlari menuju Xiao lalu langsung memeluknya seperti guling.

"Knp? Takut?" Tanya Xiao sambil menenangkan Aether dengan elusan kepala.

"T-tidak" Jawab Aether.

"Lalu?" Tanya Xiao lagi karna bingung.

"Tadi.. ada orang yg entah siapa, te-terus dia mau ngajakin aku ngelakuin itu" Jawab Aether dengan nada gemetar.

"Apa?" Ucap Xiao tak percaya.

Xiao mengangkat dagu Aether dengan cepat. Mata kaca kaca tampak sangat begitu jelas di mata Aether.

"Hei pria mungil ayo kemari main sama kami, kami jamin pasti enak kok" Kata seseorang dengan penuh percaya diri.

"Ugh! It-itu dia" Kata Aether semakin gemetar dan berusaha berlindung di belakang Xiao.

"Shh tenang saja, aku akan melindungi mu" Ujar Xiao siap dengan pistolnya.

"Jang-jangan di bunuh, buat dia jadi takut aja" Lirih Aether tak ingin Xiao membunuh seseorang di depan matanya.

"Iya sesuai permintaan mu, darling~"

"Cup~"

^<>^<>^<>^<>^<>TBC<>^<>^<>^<>^<>^

Ya.. sebenarnya ni episode udh selesai, cuman lupa ke simpan mau ga mau harus nulis ulang༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ

[XiaoTher]Bought By The Mafia//ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang