-Perang Dingin

9 2 0
                                    

Chapt: 017. Perang Dingin

"Kak Andra cuma milik gue."

, . , .

Seperti magnet yang semakin menempel saja, begitu juga dengan Mawar dan Andra, yang semakin lama mereka berdua tambah nempel saja, seakan sulit untuk dipisahkan seperti anak ayam dengan induknya.

Buktinya, keduanya sudah asyik berduaan. Sebenarnya Mawar tadi memintanya untuk tidak menjemputnya dengan alasan dia tidak mau naik motor, tapi Andra yang tidak menerima alasan apapun, justru membawa mobil dan menjemput Mawar.

Seniat itu memang Andra kalau menyangkut tentang Mawar. Yang paling penting dia bisa bersama terus dengan Mawar, setiap masa dan kapanpun. Keduanya tengah berjalan bersama menyelusuri lorong sekolah yang cukup panjang, menuju kelas mereka masing-masing.

"Oh, jadi lo nanti habis pulang sekolah, ikut
rapat OSIS dulu, baru kalau udah selesai, pulang. Gitu?" Mawar meyakinkan kalau kesimpulan yang dia ambil itu benar.

"Iyya. Lo gapapa kan kalau pulang duluan?
Jangan nungguin gue, takutnya lama." tanggap Andra melontarkan balik pertanyaan kepada Mawar. Andra tidak enak kalau sampai Mawar nanti pulang telat, karena menunggunya selesai rapat.

"Gue bisa naik ojol nanti. Don't worry
about me. Sukses ya nanti rapatnya,
waketos." Mawar berdalih menyemangati Andra. Hitung-hitung balas budi yang semalam. Ah, Mawar jadi keingat lagi kan yang kemarin.

"Tumben baik. Ada maunya nih?" Andra berburuk sangka. Biasanya Mawar ini sangat ketus, baru kali ini gadis galak itu bersikap sangat manis. Apakah ada udang dibalik bakwan.

"Nethink mulu lo sama gue. Nggak boleh
gitu, nggak baik." Mawar sok-sok'an menasihati Andra. Ala-ala mamah dedeh,
atau ustadzah yang tengah bercemarah. Mawar mode alim gengs.

"Yaudah sorry. Habisnya sikap lo nggak
kayak biasanya." papar Andra, mendengarkan ceramah singkat Mawar tadi, bahwa ia tidak boleh berburuk sangka seperti itu kepada orang lain, belum tentu dia sebaik yang kita kira, hehe.

"Emang biasanya gue gimana?" Mawar benaran tidak tahu, memangnya sikap yang menurut Andra 'biasa' itu, kayak gimana? Kasih tahu dong.

"Biasanya sikap lo dulu kayak setan." ejek Andra, dengan sengaja dia mau mencari keributan dengan Mawar. Tiada hari tanpa ribut, pasukan anti berdamai.

"Kalau sekarang? Kayak apa? Kayak malaikat?" Mawar kepedean. Benar-benar sangat kepedean, sampai rasanya Andra mau muntah. Malaikat apa seperti ini? Malaikat maut kah?

"Kayak dakjal." cemooh Andra. Berarti kalau dakjal itu kan, lebih lebih daripada setan? Wah, maksudnya apa nih ngatain Mawar,
yang spek bidadari gini, dakjal? Hah?! Ajak bertumbuk kau?!

Karena kesal, Mawar secara jahilnya mendorong tubuh Andra sedikit ke samping, sehingga tubuhnya berbenturan dengan tembok di sampingnya, untungnya saja tidak kencang. Andra membalas kejahilan itu dengan mengacak-ngacak rambut Mawar secara gemasnya.

Di sisi lain lorong itu, rupanya ada Nancy
yang melihat aksi mereka berdua. Padahal masih saja pagi hari, tapi Nancy sudah dihadangkan dengan hal yang membuatnya sangat kesal. Belum sembuh luka yang semalam, sekarang sudah ditambah lagi.

Mawar Untuk Andra ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang