-Benci Atau Cinta?

7 2 0
                                    

Chapt: 021. Benci Atau cinta?

"Gue lebih benci lo!"

, . , .

Beberapa bulan yang laluu...setelah sehari pindahnya Mawar ke Bandung.

Rianti sedang melakukan rutinitas yang biasanya dia lakukan, yaitu memasak untuk Mawar. Karena kebetulan dia sudah menyelesaikan segala urusannya rumahnya, dan pekerjaannya, kini tinggal memasak saja.

Di waktu yang tepat, tukang sayuran yang senantiasa berkeliling di komplek perumahan Rianti lewat, dapat Rianti dengar dengan jelas suara penjualnya tersebut yang berseru, 'sayurr'.

Rianti cepat-cepat mengambil dompetnya yang ada di atas kulkas. Lewat pintu belakang dia keluar dari rumahnya lalu Rianti menghampiri penjual tersebut. Setidaknya dia tidak perlu repot-repot ke pasar tradisional, kalau di rumahnya saja ada tukang sayur.

Memilih beberapa bahan masakan yang akan dimatangkan, lalu di saji sebelum Mawar bangun tidur. Perlu di ingat ini adalah hari pertama mereka pindah dan memempati rumah ini, bukan hari pertama kali Mawar bersekolah.

Setelah membayar belanjaannya yang habis sekitar delapan puluh ribu, Rianti dengan buru-buru berniat masuk ke rumahnya. Tetapi sebelum sampai di depan gerbang rumahnya, ada mobil Avanza merah melaju dengan kecepatan tinggi.

Rianti menoleh ke mobil itu di kirinya. Bukannya cepat minggir, dan menyingkir dari sana, Rianti justru terdiam di tempat, tangannya tersilangkan menutupi wajahnya, terdengar jeritannya yang sangat kencang. Ala-ala FTV Indosiar.

"Arrrgggghhh!"

'TIN-!'

Pengemudi di dalam mobil itu membunyikann klaksonnya sekencangnya sampai suara klakson itu memekik sekali di indra pendengaran Rianti. Sejenak Rianti berpikir kalau mobil itu akan menabraknya lalu membuat nyawanya terenggut. Nyatanya dia salah.

Sebelum sempat terkena Rianti, beruntungnya pengemudi itu siaga menarik pedal mobil, remnya yang pakem membuat gaya gesekan hingga mobil itu berhenti. Rianti rasanya hampir pingsan di tempat, syok berat karena nyaris saja kecelakaan menimpanya.

Jantung Rianti berdegup tidak karuan. Keringat dingin mulai dingin membasahi dirinya, wajah yang pucat itu menjelaskan kalau dia benar-benar setakut itu tadi. Rianti menarik nafas dalam-dalam, saat tahu dirinya masih selamat dia mengusap-ngusap dadanya yang jantungnya hampir copot.

Dari ekor matanya Rianti ia melihat pengemudi ceroboh tersebut yang hampir saja menabraknya karena membawa mobil ini kencang-kencang sekali. Lihat saja, akan Rianti ceramahi ala-ala emak Indonesia.

"Maaf...maaf, saya tidak sengaja. Eee-ibu
gapapa? Duh, saya beneran minta maaf banget, Bu. Saya lagi buru-buru." Eza-ayahnya Andra sosok terduga yang nyaris menyelakai Rianti.

Tampan.

Astagfirullah!

"Pak! Gimana, sih? Lain kali kalau
berkendara itu kudu hati-hati, mau seburu-buru apapun kita, safety is number one. Ingat, malang tak berbau." langsung disemprot dengan ceramah panjang dari Rianti.

Mawar Untuk Andra ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang