-Ups And Downs

10 2 0
                                    

Chapt: 034. Ups And Downs

Kalian pacaran, ya?!

, . , . .

Di kantor polisi, Mawar dan Elfa datang ke sana, atas perintahnya petugas kepolisian, karena polisi ingin meminta keterangannya dua saksi mata. Mawar di dampingi oleh Andra, dan satu orang lainnya yang juga ikut, Mutia.

Mawar dan Elfa keduanya itu menduduki sebuah bangku yang berhadapan dengan aparat kepolisiannya. Suasana begitu menegangkan di sana, Mawar takut kalau ujungnya di dijadikan tersangka.

“Di sini saya mau memintai keterangan kalian berdua. Sebagai saksi mata yang berada pada saat kejadian, tentunya kalian tahu, bagaimana kronologi kejadiannya, sebelum korban memutuskan untuk loncat dari atas sana?!”

Mawar menarik nafas. Sebenarnya Mawar masih ada perasaan takut, tapi dia lawan itu semua, Mawar menoleh kepada Elfa, yang sama sekali tidak membuka suara, itu artinya harus Mawar yang membuka suara. “Pak, pagi itu....”

“....Pagi itu saya lihat korban naik ke atas rooftop dari tangga, lalu saya mengikuti korban sampai ke atas. Saya lihat korban, mau meloncat dari atas sana, saya sudah berusaha menghentikan korban, tapi saya kalah cepat.”
jelas Mawar, sejujur-jujurnya.

“Bohong!” celetuk Mutia, masih tidak menerima keterangannya Mawar, Mutia merasa ada yang disembunyikan oleh Mawar dan Elfa. “Pak! Waktu kejadian itu, di atas rooftop cuma ada Mawar dan Elfa.” jeda sejenak.

“Dan setahu saya, mereka bertiga itu sedang
terlibat konflik. Saat itu korban sedang mempunyai masalah dengan mereka berdua, jadi udah jelas banget, kalau mereka dengan sengaja mendorong tubuh korban dari atas, dan beralibi palsu!” tuding Mutia.

Mawar menjadi menatap gadis itu.
“Gila lo! Sekesal-kesalnya gue sama orang, gue nggak akan pernah ada niatan buat nyakitin mereka, apalagi bunuh mereka!”

“Dan kalau lo nggak tau apa-apa, lebih
baik diam. Biar polisi dan hukum yang
usut tuntas kasus ini!” timpal Elfa mendukung pembelaan Mawar.

“Halah! Manusia pendusta kayak lo
berdua, nggak pantas banget buat di percaya!” Mutia masih mengotot, mukanya memasang ekspresi wajah marah.

“Lo berdua ada bukti-nya nggak, yang menyatakan kalau bukan lo berdua yang nyelakain Lala, sampai dia meninggal?!”

“Lo juga punya  bukti nggak, yang menyatakan kalau gue sama Kak Elfa yang nyelakain Lala?! Ada?!” dibalas Mawar.

Iyya juga, nggak ada sih.

Tapi gue yakin! Seyakin-yakinnya, ini pasti rencananya kalian, kan? Lala itu anaknya kuat, dia nggak bakal pernah ada niatan buat bunuh diri!” Mutia masih menyangkal. Andra di sana sudah pusing sekali, menghadapi keributan kecil itu.

“Orang yang kuat di luar, belum tentu dalamnya juga kuat. Lo nggak tahu, gimana hati, perasaan, dan mentalnya orang.” Mawar menjelaskannya, seperti ahli psikolog saja dirinya itu.

“Terus juga, kejadian kemarin, yang bikin
dia malu, itu dampaknya besar banget buat sikisnya Lala. Jadi, nggak heran dong kalau dia lagi stress-stress, sampai ada niatan bunuh diri.” Elfa menambahkan.

“Gue nggak percaya! Pokoknya gue yakin,
seribu persen, kalau lo berdua yang udah bunuh Lala! Tapi lo rekayasa, seolah ini adalah kasus bundir—lo jahat!” tidak tahan lagi berada di sini, Mutia pun bergegas meninggalkan kantor polisi ini.

Mawar Untuk Andra ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang