-Number One

8 2 0
                                    

Chapt: 030. Number One.

“Kapan gue maafin lo?”

, . , .

Mawar berjalan tanpa tahu ke mana arah tujuannya. Merunduk ke jalanan, membuar air matanya jatuh menetes ke permukaan bumi. Sepinya jalan yang tengah di laluinya, tidak mengentarkan Mawar untuk mundur, dia malah nyaman seperti ini.

Anak sama ibu ternyata sama.

“ Sama-sama nggak ada malunya.”

“Cewek sialan!”

Sontak Mawar menutup telinganya itu kuat-kuat, berharap semua suara yang terus terputar di otaknya, terdengar menyampai ke indra pendengarnya itu agar cepat menghilang. Dia sudah muak. Capek.

“Pokoknya gue benci Kak Andra!”

Inikah kehidupannya sekarang? Harus menerima mamahnya yang menikah lagi? Harus menanggung seluruh kebenciannya Andra seumur hidupnya? Kalau iyya, kurang sial apalagi Mawar?

Mawar menyeka air matanya ketika ia
sampai di belakang jaring-jaring penghalang sebuah lapangan basket. Dilihatnya ada beberapa remaja tengah memainkan bola basket, makanya itu Mawar memasukkan air matanya, supaya jangan tumpah.

Menduduki kursi berjejer yang ada di belakangnya, pandangannya Mawar menatap kosong, terbentang langit malam yang gelap, mempunyai penerang berupa bulan purnama dan ribuan bintang kecil. Terlintas di pikirannya, Papah yang memantaunya dari atas langit sana. Mawar rindu Papah.

“Pah. Sekarang Mamah udah punya kehidupan yang baru, Pah. Mamah ada suami baru, dan ada Kak Andra, anak tirinya Mamah sekarang. Mawar binggung, habis ini Mawar gimana, Pah?”

“Mawar...nggak terbiasa lihat Mamah sayang
ke yang lain, selain ke Papah. I selfish i
know, but i cant....” curhatkan semuanya kepada Papahnya sembari memandangi langit.

Tumpah. Air matanya turun lagi, tanpa
dipinta oleh Mawar. Sedikit terisak, Mawar menekankan keningnya dengan kedua tangannya, benar-benar dia sedang terjebak dalam duka tanpa ada ujungnya. Lalu mengacak-ngacak rambutnya.

“Hei. What happen? Why you so sad?
tanya remaja laki-laki begitu perduli kepada Mawar. Keenan—kebetulan Keenan sedang melintas di sini, melihat Mawar yang bersedih di belakang lapangan basket, membuat Keenan berinsiatif mendekatinya.

Mencari kesempatan,  dalam kesempitan.

Buru-buru menghapus jejak sisa dari air matanya, Mawar bersikap biasa, dan menoleh kepada Keenan. Mawar tidak tertarik sama sekali untuk cerita satupun masalahnya pada Keenan. “Lo....ngapain di sini?”

“Lupain gue. Sekarang, cerita aja sama gue. Apa alasan lo sampai sesedih ini, di sini? Gara-gara Andra? Atau ada orang yang jahat sama lo? Mawar, just tell me all.

“Orang jahat? Orang jahat bagi gue itu,
Keenan Armatja, cowok brengsek yang udah selingkuhin gue, sama teman gue sendiri lagi.” Mawar memutar kembali ingatannya disaat menciduk'i Keenan bersama Audi.

“Masih aja lo bahas.” kedua netra matanya terputar sembilan puluh derajat. Sorotnya memancarkan kekesalannya kepada Mawar yang tiba-tiba malah mengungit itu lagi.

Mawar terperanjat. “Lo kesel gue tiba-tiba ungkit itu? Sama, gue juga kesel. Gue kesel ngelihat lo di sini, yang pake sok care  segala ke gue. Keenan, gue bukan Mawar pacar lo lagi.”

Mawar Untuk Andra ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang